*

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS)

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Yuricha Kusumawardani, Liliek Sulistyowati dan Abdul Cholil

III. MATERI DAN METODE

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

III. BAHAN DAN METODE

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DAN KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP Phytophthora infestans ABSTRACT

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

Keywords: rhizosfer, sugarcane farm soil, teaching material of fungi kingdom

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KULTIVASI MIKROBA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

TAHAPAN PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma harzianum DENGAN MEDIA DEDAK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

HI. BAHAN DAN METODE. Penclitian ini dilaksanakan di Desa R'mbo Panjang Kecamatan Tambang

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Uji Daya Hambat Jamur Eksofit terhadap Phytophthora palmivora (Butler) Butler Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

Pengendalian Hayati Penyakit Hawar Daun Tanaman Kentang Dengan Agens Hayati Jamur-jamur Antagonis Isolat Lokal. Abstrak

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Analisis Sidik Ragam Jumlah Sklerotium S. rolfsii Pada Perlakuan Jenis Ekstrak Pupuk Kandang dan Lama Perendaman umur 1, 2, 3 dan 4 hsi

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)

UJI ANTAGONIS JAMUR TRICHODERMA, VERTICILLIUM DAN TORULOMYCES TERHADAP Ganoderma boninense Pat. SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sheldon (1904), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Transkripsi:

Identifikasi Cendawan Mikroskopis yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Desa Batuah Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara Ayu Laila Dewi 1,*, Linda Oktavianingsih 2, dan Sudrajat 2 1 Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman 2 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman *Email: ayulailadewi@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis cendawan mikroskopis yang terdapat pada tanaman Lada yang mengalami penyakit busuk pangkal batang akibat serangan dan interaksi cendawan mikroskopis yang berasosiasi dengan pada tanaman lada (Piper nigrum L.) di Desa Batuah Kec. Loa Janan Kutai Kartanegara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mencatat dan menggambarkan fenomena yang didapat. Sampel diambil dari pangkal batang tanaman Lada (Piper nigrum L.) yang mengalami penyakit busuk pangkal batang dari 3 lokasi berbeda di Desa Batuah Kec. Loa Janan Kutai Kartanegara. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik direct plating pada media potato dextrose agar (PDA), yakni tiga sampel diletakkan potongan pangkal batang lada dengan menggunakan pinset ke dalam cawan petri berisi media PDA, kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang (25-27 C). Pemurnian isolat yang diperoleh dilakukan dengan proses inokulasi dalam media PDA dengan metode titik, kemudian diinkubasi ±5 hari dalam suhu 27 C dan diamati pertumbuhannya. Karakterisasi isolat cendawan mikroskopis diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri struktur morfologinya. Uji antagonisme dilakukan untuk mengetahui bentuk interaksi spesies cendawan yang berasosiasi terhadap pada pangkal batang tanaman Lada (Piper nigrum L.). Hasil penelitian diperoleh sebanyak 7 spesies cendawan mikroskopis yang berasosiasi dengan penyakit busuk pangkal batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) yaitu, Aspergillus niger, Aspergillus ochraceus, Fusarium oxysporum, Penicillium sp.,, Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride. Kata-kata kunci cendawan mikroskopis, interaksi spesies, Phytophthora sp, busuk pangkal batang tanaman lada (Piper nigrum L.). Pendahuluan Lada (Piper nigrum L.) termasuk salah satu bahan rempah yang terpenting dalam perdagangan internasional. Indonesia memegang peranan penting dalam pasar lada dunia karena merupakan salah satu penghasil lada terbesar di dunia. Produksi lada Indonesia sebesar 80% ditujukan untuk ekspor, sisanya untuk kebutuhan dalam negeri [1]. Beberapa penyakit yang dijumpai pada lada di antaranya adalah serangan dari cendawan, penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB). Gejala khas penyakit BPB ialah kelayuan tanaman apabila patogen tersebut menyerang pangkal batang. Pada dasarnya merupakan patogen yang sulit dikendalikan, oleh karena itu petani lada banyak mengalami kerugian akibat penyakit tersebut. Cendawan Dapat menyerang seluruh bagian tanaman lada, tapi serangannya pada pangkal batang merupakan serangan yang paling membahayakan karena dapat mengakibatkan kematian tanaman dalam waktu singkat [2]. Dalam waktu 10 hari tanaman lada menjadi mati. Penularan penyakit melalui percikan air hujan, dan tanah yang telah mengandung cendawan patogen [3]. Menurut Bakhrun dkk [4] jenis cendawan dibedakan berdasarkan sifat hidup dan hubungannya dengan keadaan lingkungannya. Sifat cendawan tersebut adalah saprofit, mutualis dan patogen. Beberapa jenis cendawan bersifat parasit pada tanaman, cendawan ini disebut cendawan patogen yang dapat merusak tanamanan khususnya pada tanaman perkebunan. Sementara cendawan yang lain berasosiasi saling menguntungkan (mutualistik) dengan tanaman atau bersifat non patogen [5]. Desa Batuah yang mayoritas penduduknya adalah petani, salah satunya 1

merupakan petani lada. Perkebunan lada merupakan sumber penghasilan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi belakangan ini para petani mengalami masalah pada perkebunan lada yang sebagian besar tanaman lada mengalami penurunan hasil panen bahkan kerugian. Hal ini disebabkan oleh penyakit busuk pangkal batang yang menyerang tanaman lada sehingga mengakibatkan hasil panen mengalami penurunan. Penyakit ini disebabkan oleh organisme pengganggu tumbuhan (OPT) paling berbahaya dan paling merugikan bagi petani lada [6]. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis cendawan mikroskopis yang berasosiasi dengan penyakit busuk pangkal batang tanaman Lada (Piper nigrum L.) akibat serangan di Desa Batuah Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara. Metodologi Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan hasil yang didapat. Data kualitatif disajikan dalam bentuk foto-foto sebagai acuan untuk memudahkan mengidentifikasi. Pengambilan Sampel Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) yang Mengalami Busuk Pangkal Batang Isolat Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil pangkal batang tanaman Lada (Piper nigrum L.) yang mengalami penyakit busuk pangkal batang dari tiga lokasi berbeda di Desa Batuah Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara. Setelah itu ke tiga sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label kemudian dibawa ke laboratorium. Isolasi Sampel Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) Pada Media PDA Ketiga sampel pangkal batang Lada (Piper nigrum L.) dari 3 lokasi yang berbeda masing-masing dipotong kecil dengan carter steril di dalam laminar air. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik direct plating [7] yaitu, meletakkan potongan pangkal batang lada dengan menggunakan pinset ke dalam cawan petri berisi media PDA, kemudian cawan petri ditutup lalu diberi label. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang (25-27 C). Biakan Murni Cendawan Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, setiap lokasi terdiri dari 6 isolat yang telah dibiakkan murni. Dilakukan pengisolasian di dalam laminar air flow. Isolasi cendawan diambil dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya disterilkan dengan cara dibakar ujungnya pada lampu bunsen. Masing-masing spora cendawan yang telah diambil kemudian dioleskan pada cawan petri berisi media PDA dengan bentuk titik, kemudian cawan petri ditutup. Masing-masing biakan cendawan yang telah dibuat tersebut kemudian diinkubasi ± 7 hari dalam suhu 27 C dan diamati pertumbuhannya. Setelah 7 hari pengamatan, dilakukan identifikasi terhadap 6 isolat pada ke 3 lokasi yang berbeda yaitu sebanyak 18 isolat. Hasil isolasi terhadap sampel lada yang terkena penyakit busuk pangkal batang diperoleh sebanyak 18 isolat. Inokulasi Spora Cendawan pada Media Slide Culture Disiapkan cawan petri yang berisi pipa V dan gelas objek yang telah disterilkan. Media PDA yang telah padat, diiris dengan ukuran 1cm x 1cm kemudian diambil dengan menggunakan carter steril dan diletakkan diatas gelas objek. Dengan menggunakan jarum ose diambil isolat cendawan dari tepi koloni, selanjutnya diletakkan pada setiap sisi media. Selanjutnya media ditutup dengan cover glass. Diberi air steril secukupnya ke dalam cawan petri untuk mempertahankan kelembaban di dalam lalu ditutup. Kemudian potongan isolat tersebut disimpan di dalam inkubator pada suhu 26 C. Setiap hari diamati pertumbuhannya dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera digital untuk dokumentasi [7]. Identifikasi Cendawan Pada Media Slide Culture Setelah 7 hari pengamatan, dilakukan identifikasi terhadap 6 isolat pada ke 3 lokasi yang berbeda yaitu sebanyak 18 isolat. Cendawan yang muncul diamati dibawah mikroskop. Identifikasi dilakukan dengan melihat ciri cendawan seperti hifa, ada tidaknya konidia, bentuk konidium dan konidiofor ciri lainnya dan untuk mengetahui spesies yang didapat dari 18 isolat tersebut, kemudian di foto menggunakan kamera digital dan dibandingkan dengan ciri dalam literature [8] [9] [10] [11] [5]. 2

Uji Antagonisme Cendawan terhadap Uji antagonisme cendawan dilakukan untuk mengetahui bentuk interaksi spesies cendawan yang didapat terhadap Uji antagonis ini dimulai dengan biakan murni diinokulasikan pada media PDA 2 hari lebih awal dari spesies cendawan yang didapat. Disiapkan biakan murni diambil sebanyak satu ose ke dalam cawan petri yang beisi media PDA. Setelah 2 hari perlakuan, disiapkan biakan spesies cendawan yang didapat kemudian diambil satu ose spesies cendawan yang didapat pada media PDA dengan arah yang berlawanan dari Setelah ± 7 hari perlakuan, dilakukan pengamatan zona hambat terhadap dan cendawan yang didapat. Keterangan: 1. Media PDA. 2. Cendawan 3. Spesies cendawan yang didapat. Hasil dan Pembahasan Hasil Isolasi dan Identifikasi Tanaman Piper nigrum L. yang Terserang Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada Hasil isolasi terhadap sampel lada yang terkena penyakit busuk pangkal batang diperoleh sebanyak 18 isolat. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, setiap lokasi terdiri dari 6 isolat yang telah dibiakkan murni. Setelah 7 hari pengamatan, dilakukan identifikasi terhadap 6 isolat pada ke 3 lokasi yang berbeda yaitu sebanyak 18 isolat. Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui spesies yang didapat dari 18 isolat tersebut. Dari ketiga lokasi yang berbeda terdapat 18 isolat yang didapat. Masing-masing spesies yang didapat dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 1. Uji Antagonis Tabel 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Spesies Cendawan yang Terserang Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.) No. Spesies Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Jumlah spesies 1. Aspergillus niger 1 1 1 3 2. Aspergillus ochraceus 1-1 2 3. Fusarium oxysporum 1 - - 1 4. Penicillium sp. 1 1-2 5. 1 1 1 3 6. Trichoderma harzianum 1 1 1 3 7. Trichoderma viride 1 1 2 4 Total 18 Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: Gambar 2. a. Aspergillus niger b. Konidia Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan terdapat 3 spesies yang memiliki karakteristik yang sama, dengan ciri-ciri hifa berwarna coklat tua hingga coklat kehitaman, miselium berseptat, konidia berwarna coklat atau hitam, berbentuk bulat, memiliki duriduri yang tidak beraturan dan konidiofor berdinding halus, berwarna hialin, karakteristik ini adalah Aspergillus niger. 3

panjang, konidia berbentuk bulat, semibulat hingga oval dan berdinding halus, karakteristik ini adalah Trichoderma harzianum. Gambar 3. a. Aspergillus ochraceus b. Konidia Terdapat 2 spesies yang memiliki karakteristik yang sama, yaitu hifa berwarna hijau muda, miselium berseptat, konidiofor bercabang banyak, konidia berbentuk semibulat, dan berdinding kasar, karakteristik ini adalah Aspergillus ochraceus. Gambar 4. a. Fusarium oxysporum b. Konidia Terdapat 1 spesies yang memiliki ciri karakteristik miselium berseptat, berwarna putih atau salem, konidiofor bercabang dan tidak beraturan, konidia berbentuk panjang dan runcing. Karakteristik ini adalah Fusarium oxysporum Gambar 5. a. Penicillium sp. b. Konidia Terdapat 2 spesies yang memiliki karakteristik yang sama, dengan ciri-ciri koloni berwarna putih, putih kekuningan atau kuning pucat, miselium berseptat, konidiofor bercabang, konidia berbentuk elips dan semibulat dan berdinding halus karakteristik ini adalah Penicillium sp. Gambar 6. a. Trichoderma harzianum b. Konidia Terdapat 3 spesies yang memiliki karakteristik yang sama yaitu hifa berwarna hijau tua, miselium berseptat, konidiofor bercabang-cabang dengan ukuran yang Gambar 7. a. Trichoderma viride b. Konidia Terdapat 4 spesies yang memiliki ciri karakteristik yang sama yaitu hifa berwarna hijau muda, miselium berseptat, konidiofor bercabang banyak dan membentuk anyaman, konidia berbentuk semibulat, dan berdinding kasar, karakteristik ini adalah Trichoderma viride. Gambar 8. a. b. Konidia Terdapat 4 spesies yang memiliki ciri spesifik yang sama yaitu, hifa berwarna putih, berbentuk bulat dengan pinggiran tidak rata, dengan hifa tampak lurus, miselium tidak berseptat, konidiofor bercabang dan konidia berbentuk seperti bulat telur, karakteristik ini adalah Hasil identifikasi menunjukkan dari 18 spesies yang didapat terdapat 7 spesies cendawan dengan karakteristik yang berbeda, hasil identifikasi mengacu pada pustaka dari Alexopulus dkk [9], Barnett dkk [10], Domsch dkk [11], Gandjar dkk [12], dan Soesanto [5]. Tujuh spesies cendawan yang didapat terdiri dari 5 genus yaitu, Aspergillus (Aspergillus niger dan Aspergillus ochraceus), Fusarium oxysporum, Penicillium sp.,, Trichoderma (Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride). Hasil Uji Antagonis Cendawan yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada Akibat Serangan Uji antagonis cendawan yang di dapat terhadap dilakukan dengan metode oposisi langsung dalam media PDA yang menggunakan cawan petri 9 cm secara 4

In vitro. Pengamatan uji antagonis dilakukan sejak 1 hari setelah inokulasi sampai 7 hari. Perlakuan uji antagonis dilakukan 3 perlakuan sesuai dengan cendawan yang ditemukan diulang 3 kali ulangan, bertujuan untuk mengetahui bentuk interaksi spesies cendawan yang di dapat terhadap Aspergillus niger dan Aspergillus ochraceus terhadap Gambar 9. Uji Antagonis cendawan Aspergillus niger (kiri) dan Aspergillus ochraceus (kanan) cendawan Ket: a. Cendawan b. Cendawan Aspergillus niger (kiri) dan Aspergillus ochraceus (kanan) Hasil pengujian sifat antagonis cendawan Aspergillus niger dan Aspergillus ochraceus secara in vitro, menunjukkan hasil bahwa kedua cendawan ini dapat menekan pertumbuhan cendawan penyebab penyakit busuk pangkal batang tanaman lada pada hari ke-7. Pada Gambar 9. (kiri) pertumbuhan Aspergillus niger ditandai dengan hifa berwarna putih lama kelamaan terlihat kekuningan dan pada hari ke 5 berwarna putih kecoklatan hingga menutupi seluruh permukaan media tumbuh, sedangkan pertumbuhan mulai terhambat sampai pada hari ke-7. Hifa tidak ada perubahan atau tidak ada pertumbuhan sama sekali. Sedangkan pada Gambar 9. (kanan) pertumbuhan cendawan Aspergillus ochraceus hifa berwarna putih terang seperti kapas semakin lama menjadi putih kekuningan hingga menutupi seluruh permukaan media tumbuh sedangkan pertmubuhan mulai terhambat bahkan tidak ada pertumbuhan sama sekali. Fusarium oxysporum terhadap Keterangan: a. Cendawan b. Cendawan Fusarium oxysporum Gambar 10. Uji antagonis cendawan Fusarium oxysporum terhadap cendawan Setelah 7 hari pengamatan yaitu pada saat kedua miselium cendawan tersebut bertemu sebagai cendawan patogen mampu mengalahkan pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum. Cendawan Fusarium oxysporum bersifat patogen karena cendawan ini menyebabkan penyakit layu terhadap tanaman sama seperti yang bersifat patogen yang menyebabkan busuk pangkal batang tanaman. Pada uji antagonis ini cendawan mampu menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum dimana kedua cendawan ini sama-sama termasuk jenis cendawan patogen yang dapat merusak tanaman. Pertumbuhan ditandai dengan munculnya hifa yang berupa benang-benang halus berwarna putih pada media tumbuh, dengan permukaan mulamula halus seperti kapas, hingga menutupi seluruh permukaan media tumbuh sedangkan pertmubuhan cendawan Fusarium oxysporum miselium tampak banyak atau lebat seperti seperti beludru, berwarna putih. Penicillium sp. terhadap Phytophthora sp. Keterangan: a. Cendawan b. Cendawan Penicillium sp. Gambar 11. Uji antagonis cendawan Penicillium sp. terhadap cendawan Koloni cendawan Penicillium sp. dapat tumbuh dan membentuk zona jernih di sekeliling koloninya karena cendawan ini mengeluarkan semacam zat antibiosis sehingga hifa cendawan tidak mampu menembus koloni Penicillium sp. Mula-mula Phytopthora sp. sebagai perlakuan awal tumbuh dengan hifa 5

berwarna putih terang di bagian pinggir cawan petri, setelah hari ke dua dari arah yang berlawanan hifa cendawan Penicillium sp. mulai tumbuh. Dapat dilihat pada Gambar 11. semakin lama cendawan Penicillium sp. semakin tumbuh dengan baik sampai hari ke-7 pengamatan sehingga terlihat pertumbuhan Phytopthora sp. mulai terhambat bahkan tidak ada pertumbuhan sama sekali. Menurut Djarir [13], spesies Penicillium sp. bersifat saprofit karena dapat mengeluarkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antibiosis, seperti penisilin dan riboksin, sehingga dalam pemanfaatannya Penicillium sp. dapat berfungsi sebagai agen hayati atau lebih tepat menggunakan produk bioaktif yang dihasilkan Penicillium sp. Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride terhadap Gambar 12. Uji antagonis cendawan Trichoderma harzianum (kiri) dan Trichoderma viride (kanan) terhadap cendawan Ket: a. Cendawan b. Cendawan Trichoderma harzianum (kiri) dan Trichoderma viride (kanan) Berdasarkan hasil pengamatan uji antagonis Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride terhadap Phytophthora sp. memperlihatkan bahwa pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride. Pada Gambar 12. (kiri) pertumbuhan Trichoderma harzianum ditandai dengan munculnya hifa berwarna putih lama-kelamaan terlihat kehijauan sampai hijau tua. Sedangkan pertumbuhan mulai terhambat sampai pada hari ke-4 dan pada hari ke-7 pengamatan pertumbuhan terhenti, hal ini disebabkan karena cendawan Trichoderma harzianum memiliki sifat hiperparasit yang mampu mengendalikan pertumbuhan cendawan Menurut Purwantisari dan Hastuti [14] bahwa cendawan yang tumbuh cepat mampu mengungguli dalam penguasaan ruang dan pada akhirnya bisa menekan pertumbuhan cendawan lawannya. Pada Gambar 12. (kanan) uji antagonis Trichoderma viride terhadap cendawan patogen secara in vitro memperlihatkan bahwa pertumbuhan cendawan mengalami penghambatan yang paling kuat, ditandai dengan penutupan koloni cendawan Trichoderma viride yang hampir menutupi seluruh permukaan cawan petri. Pada hari ke-6 pengamatan cendawan Phytophthora sp. tidak mengalami pertumbuhan bahkan miselium mulai ditumbuhi oleh Trichoderma viride, hal ini terjadi karena Trichoderma viride memiliki sifat hiperparasit. Dapat dilihat pada Gambar 12. (kanan) pertumbuhan miselium Trichoderma viride yang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride merupakan salah satu cendawan tanah yang bersifat saprofit dan antagonis terhadap cendawan patogen [14]. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 18 isolat yang terdiri dari 7 spesies cendawan telah berhasil diisolasi. Tujuh spesies cendawan yang didapat terdiri dari 5 genus yaitu, Aspergillus (Aspergillus niger dan Aspergillus ochraceus), Fusarium oxysporum, Penicillium sp.,, Trichoderma (Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride). 2. Cendawan yang berasosiasi dengan penyakit busuk pangkal batang akibat serangan pada tanaman Lada terdiri dari 6 spesies, diantaranya 5 spesies termasuk cendawan saprofit yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan yaitu Aspergillus niger, Aspergillus ochraceus, Penicillium sp., Trichoderma harzianum, Trichoderma viride. Sedangkan 1 spesies cendawan yang bersifat patogen yaitu Fusarium oxysporum. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada kedua Orangtua saya Bapak Anshori dan Ibu Latifah, serta keluarga besar atas motivasi dan dukungan yang diberikan. Terima kasih kepada Laboratorium Mikrobiologi atas fasilitas yang 6

diberikan untuk melakukan penelitian ilmiah ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Sudrajat SU, dan Ibu Linda Oktavianingsih, M.Si selaku pembimbing saya yang telah memberikan dukungan, arahan dan motivasi yang tiada henti. Referensi [1] Yoganingrum, A. 2000. Lada (Piper nigrum Linn). Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. Jakarta. [2] Manohara, D., dan Kasim, K. 1996.Teknik Pegendalian Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada. Proc. Seminar Pengendalian Penyakit Utama Tanaman Industri secara Terpadu. Bogor. [3] Tjahjadi, N. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisus. Yogyakarta. [4] Bakhrun, M., Muchroji dan Y.A. Cahayana. 1997. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisa Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. [5] Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Raja Grafindo. Jakarta. [6] Anonim, 2010. Penyakit Lada di Desa Batuah Loa Janan. http://luki2blog. wordpress.com/2009/07/07t-sebagaidecomposer/. Diakses tanggal 24 Desember 2012.Pukul 16:35 WITA. [7] Malloch, D. 1997. Moulds Isolation, Cultivation, Identification, Mycology. Departement of Botany University of Toronto. Toronto. [8] Iskandar, R. E. 1997. Pengaruh Perubahan Vegetasi Hutan Terhadap Keragaman Jenis/Populasi Mikroba Tanah di Hutan Pendidikan di Bukit Soeharto. Laporan penelitian. Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman. Samarinda. 46 h. [9] Alexopulus, C.J. dan C.W. Mims. 1996. Introductory Mycology. John Wiley & Sons. New York. [10] Barnett, H. L., Hunter. B. 1998. Ilustrated genera Of Imperfect Fungi.The American Phyropathological Society St. Paul. Columbia. [11] Domsch, K., Gams, W., Anderson, T.H. 1980. Compendium Of Soil Fungi Volume 1.Academic Press. London. [12] Gandjar, I; O. Aryanti dan S. Wellyzar. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. [13] Djarir, M. 1993. Mikotoksin Pangan. Kanisius. Yokyakarta. [14] Purwantisari S, dan Hastuti R. B. 2009. Uji Antagonisme Fungi Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. http://eprints.undip.ac.id.pdf Diakses tanggal 29 Juni 2013 pukul 23:12 WITA. 7