Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

PENGEMBANGAN PRODUK FORMULASI UMPAN RAYAP UNTUK PERLINDUNGAN BANGUNAN Development of Termite Formulation Baiting for Building Protection

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

Bahan dan Metode. Persiapan bahan

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Kata kunci : Aceh Selatan, Coptotermes curvignathus, Daya Jelajah, Myristica fragans, Populasi.

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

EFEKTIVITAS BIOATRAKTAN DARI BAHAN ALAMI TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS TOKSISITAS KITOSAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP (Coptotermes curvignathus HOLMGREN) PADA TANAMAN KARET

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

Anang Kadarsah ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

SEBARAN DAN KARAKTER MORFOLOGI RAYAP TANAH

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI WANGI (CYMBOPOGON

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

PENGUJIAN LABORATORIS KEAMPUNAN UMPAN HEXAFLUMURON TERHADAP RAUAP TANAH Coptoterrnes eurvignathus Wolmgren (Isoptera : Rhinotermitidae)

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

TOKSISITAS DAN REPELENSI EKSTRAK SEREH WANGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN

Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

STRATEGI PENGENDALIAN RAYAP SECARA TERPADU PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT STATEGY OF INTEGRATED CONTROL OF TERMITES ON OILPALM PLANTATION

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

TERMITE CONTROL / PENGENDALIAN RAYAP DI PERPUSTAKAAN: STUDI ACTION RESEARCH PADA PERPUSTAKAAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

SEBARAN DAN UKURAN KOLONI SARANG RAYAP POHON Nasutitermes sp (ISOPTERA: TERMITIDAE) DI PULAU SEBESI LAMPUNG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

BUKTI MATEMATIKAMENURUTWITTGENSTEIN

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

DAYA RACUN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignatus Holmgren)

KERUGIAN EKONOMI AKIBAT INFESTASI RAYAP PADA BANGUNAN PERUMAHAN (STUDI KASUS DESA GANDASULI, BOBOTSARI, PURBALINGGA, JAWA TENGAH)

Skripsi. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Biologi

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap Dan Upaya Pencegahannya pada Saat Pra dan Pasca Konstruksi

PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KELURAHAN MAHARATU KECAMATAN MARPOYAN DAMAI PEKANBARU

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Agus Ismanto & Paimin Sukartana

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI

JENIS-JENIS RAYAP(INSEKTA: ISOPTERA) YANG TERDAPAT DI KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Transkripsi:

Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 Juli 215, Vol. 12 No. 2, 73 79 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 1.5994/jei.12.2.73 Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung Application of fipronil-treated pinewood sawdust as bait for subterranean termite, Macrotermes gilvus (Isoptera: Termitidae) in Bandung Amran, Intan Ahmad *, Ramadhani Eka Putra, Eko Kuswanto Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha No. 1 Bandung 4132 (diterima Juli 214, disetujui Desember 214) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan umpan serbuk kayu pinus yang dicampur dengan insektisida berdaya kerja lambat fipronil, dalam mengendalikan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung. Pada penelitian ini juga dilakukan pendugaan ukuran koloni rayap dengan menggunakan metode capture-mark-release-recapture, serta berat kayu yang dimakan untuk setiap stasiun pengamatan. Hasil perkiraan menunjukkan bahwa 77.951 individu rayap pekerja berada di daerah teritori seluas 234 m 2, dengan banyaknya konsumsi kayu berkisar antara,2 6,16 g/stasiun/hari selama empat bulan pengamatan. Pengamatan pada 18 stasiun yang telah diberi umpan yang terbuat dari campuran 4 ppm fipronil dan serbuk kayu pinus menunjukkan bahwa setelah 4 hari aplikasi umpan telah terjadi penurunan aktivitas mencari makan dari rayap pekerja M. gilvus. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa campuran serbuk kayu pinus dan fipronil efektif dalam menekan populasi rayap pekerja M. gilvus, yang berperan sebagai pencari makan dalam waktu 4 hari. Kata kunci: pengendalian, populasi, rayap pekerja, umpan bercampur insektisida ABSTRACT In this study, termite bait comprising of pinewood of sawdust and a slow action insecticide, fipronil, was made and applied to control subterranean termite Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) in Bandung. Colony size was measured using capture-mark-release-recapture prior to the bait application, along with the measurement of wood consumption at each station. Colony foraging populations at all stations were estimated to be 77,951 termites, with mean wood consumption rates ranging from.2 to 6.16 g/station/day. Observation at 18 stations installed with bait consisted of 4 ppm fipronil mixed with pinewood sawdust showed that number of foraging activity termites was effectively reduced in 4 days. It is concluded that fipronil-treated pinewood sawdust bait is effective in controlling the population of foraging M. gilvus workers in 4 days. Key words: control, bait imbeded with insecticide, population, worker termites *Penulis korespondensi: Intan Ahmad. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha No. 1, Bandung 4132 Tel: 22-2511575, Faks: 22-251533, Email: intan@itb.ac.id 73

Amran et al.: Umpan fipronil untuk mengendalian Macrotermes 74 PENDAHULUAN Rayap sebagai hama telah menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar. Di lingkungan permukiman, rayap seringkali merusak kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam bangunan gedung (Tarumingkeng 21). Walau tidak ada data yang akurat mengenai estimasi kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di Indonesia, tetapi khusus untuk kota Bandung penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sobri (213) memperkirakan nilai kerugian akibat serangan rayap mencapai 1,37 trilyun rupiah. Di Indonesia, jenis rayap yang paling menyebabkan kerugian secara ekonomi adalah genus Coptotermes (Nandika et al. 23; Tarumingkeng et al. 25). Di negara lain, selain Coptotermes, Reticulitermes adalah jenis rayap yang banyak menimbulkan kerugian secara ekonomi, seperti di Amerika Serikat (Su & Scheffrahn 1998), Thailand (Sornnuwat et al. 23), Malaysia (Sajap et al. 2), dan Jepang (Miura 24). Untuk Indonesia, upaya pengendalian terhadap kedua genus rayap tersebut selama ini lebih banyak ditujukan kepada Coptotermes karena jenis rayap ini banyak dilaporkan menyerang bangunan pada lingkungan pemukiman di kota-kota besar antara lain di Jakarta, Padang, Surabaya, dan Medan (Safarudin 1994; Jusmalinda 1994; Munif 1995; Siregar & Batubara 27). Pengendalian rayap yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah dengan menggunakan termitisida tanah. Walaupun demikian, cara ini menimbulkan kendala seperti yang banyak dilaporkan di Amerika Serikat dan negara-negara lain bahwa selain biayanya tinggi dan hasilnya tidak efektif karena memiliki sedikit efek langsung pada rayap, juga membunuh organisme non target, dan dapat mencemari lingkungan (Su & Scheffrahn 1998). Oleh karena itu, agar pengendalian rayap dapat lebih tepat sasaran maka teknologi pengendalian rayap dengan menggunakan umpan telah dikembangkan. Teknologi umpan merupakan cara yang paling efektif, aman, dan ramah lingkungan karena racun dapat dimasukkan ke dalam umpan untuk menghilangkan koloni rayap (Huang et al. 26). Walaupun insektisida berbahan aktif fipronil telah banyak digunakan sebagai termitisida tanah di Indonesia, tetapi informasi yang berkenaan dengan aplikasi umpan berbasis fipronil untuk mengendalikan rayap, terutama Macrotermes yang potensi merusaknya pada bangunan tidak kalah besar dibandingkan dengan Coptotermes, belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan oleh campuran umpan dan fipronil terhadap aktivitas, terutama aktivitas mencari makan, dari koloni rayap Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) yang menyerang bangunan di Bandung. BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Pondok Karya Ganesha, Desa Melati Wangi, Kecamatan Cilengkrang selama 1 bulan, yaitu dari bulan Juli 212 April 213. Penentuan lokasi penelitian didasarkan hasil survei yang telah dilakukan pada 3 kecamatan di kota Bandung selama 6 bulan yang menunjukkan bahwa lokasi ini termasuk areal yang terinfestasi oleh rayap M. gilvus (Kuswanto, belum dipublikasikan). Estimasi ukuran populasi rayap Pembuatan kayu survei dan kayu monitor. Bolok kayu pinus (Pinus merkusii) berukuran 2,5 cm x 4, cm x 3 cm yang sudah dikeringkan dalam oven pada suhu 7 C selama 48 jam digunakan sebagai bahan untuk kayu survei dan kayu monitor. Kayu survei adalah kayu yang digunakan untuk mengamati kehadiran rayap, sedangkan kayu monitor adalah yang dipasang pada stasiun pengamatan untuk menghitung jumlah individu, persentase kehilangan umpan, dan rata-rata konsumsi rayap. Kayu survei dan kayu monitor tidak mengandung insektisida. Peletakan kayu survei. Survei dilakukan pada 4 (empat) rumah lokasi penelitian yang diduga terinfestasi oleh rayap. Kayu survei diletakkan di sekeliling rumah, dekat sistem perakaran tanaman atau daerah yang diperkirakan tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Total jumlah kayu survei yang dipasang pada daerah pengamatan adalah 58 buah (17 buah kayu per rumah). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan lokasi dengan tingkat

Jurnal Entomologi Indonesia, Juli 215, Vol. 12, No. 2, 73 79 infestasi rayap tertinggi sebagai dasar untuk pengujian umpan kayu pinus yang telah dicampur dengan fipronil. Setiap kayu survei dibenamkan dalam tanah secara vertikal ke dalam tanah sedalam 5 cm dan bagian yang muncul di atas tanah setinggi 25 cm, jarak antarkayu survei 1 1,5 m, dan jarak dari rumah adalah,5 2, m. Pengamatan kayu survei dilakukan setiap bulan. Pembuatan dan pemasangan stasiun pengamatan (kayu monitor). pengamatan (monitor) dibuat dari pipa PVC (diameter 17 cm; tinggi 15 cm; tebal,8 cm) dilakukan dengan mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Huang et al. (26). Secara singkat pipa PVC dipotong sepanjang 3 cm kemudian dilubangi agar berfungsi sebagai jalan masuk rayap ke dalam stasiun (Gambar 1). Titik penempatan stasiun pengamatan berdasarkan pada lokasi dimana kayu survei dikonsumsi oleh rayap. Tanah di sekeliling kayu umpan yang terserang rayap digali dan dibuang sehingga membentuk liang berdiameter 17 cm dengan kedalaman 13 cm sebagai lokasi penempatan stasiun pengamatan. Selanjutnya kayu umpan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 3 cm, yang telah dikeringkan pada suhu 15 C selama 24 jam dan ditimbang (BKK 1 ), dimasukkan ke dalam rongga di bagian tengah stasiun pengamatan. Lubang pada bagian atas ditutup dengan penutup yang terbuat dari plastik lalu stasiun ditutup kembali dengan tanah. Setelah 4 bulan, kayu monitor dikoleksi, dicuci, dikeringkan pada oven dengan suhu 15 C selama 24 jam, lalu ditimbang (BKK 2 ). Selisih antara BKK 1 dan BKK 2 diasumsikan sebagai aktivitas makan dari koloni rayap yang ada. Estimasi jumlah individu rayap. Untuk mengetahui ukuran populasi rayap kembara, serta teritorinya dilakukan pengamatan menggunakan metode capture-mark-recapture release (CMRR) sesuai rumus dari Lincoln Peterson (Seber 1973). N = M. N R, dengan N: perkiraan ukuran total populasi; M: jumlah hewan ditangkap dan ditandai pada kunjungan pertama; C: total jumlah hewan yang diambil pada kunjungan kedua; R: jumlah hewan ditangkap pada kunjungan pertama yang kemudian ditangkap kembali pada kunjungan kedua. Protokol Mark-Recapture yang dikembangkan oleh Evans et al. (1998) digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan serbuk pewarna makanan ontan berwarna merah yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 5,6 g : 15 ml air untuk menandai rayap yang tertangkap. Uji efektivitas umpan Bahan utama dalam pembuatan umpan adalah serbuk kayu pinus yang dikeringkan dalam oven pada suhu 7 C selama 48 jam. Serbuk kayu di campur dengan fipronil sehingga diperoleh konsentrasi 4 ppm (Huang et al. 26). Pada penelitian ini, lokasi aplikasi adalah pada lokasi dimana aktivitas rayap telah ditemui dan terukur berdasarkan pengamatan menggunakan stasiun pengamatan. Proses aplikasi menggunakan stasiun pengamatan. Umpan sebanyak 78 g dimasukkan ke dalam stasiun pengamatan pada rongga dimana kayu monitor sebelumnya ditempatkan. Bersamaan dengan penempatan stasiun pengamatan berisi umpan, stasiun survei juga ditempatkan pada titik 8,3 cm Tutup tabung Matriks umpan,7 cm 33 cm Gambar 1. pengamatan. 75

Amran et al.: Umpan fipronil untuk mengendalian Macrotermes yang berdekatan dengan stasiun pengamatan tersebut. Setiap hari dilakukan pengamatan aktivitas rayap pada stasiun pengamatan pada pukul 18: 2:. Pengamatan dilakukan hingga tidak ditemukan lagi aktivitas rayap pada umpan dan stasiun survei. HASIL Kehadiran rayap pada kayu survei Pada penelitian ini, kayu survei pada 22 titik pengamatan (38% dari total titik pengamatan) berhasil mendeteksi keberadaan rayap selama 4 bulan pengamatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya 1 bulan untuk dapat mendeteksi keberadaan rayap menggunakan kayu survei (Gambar 2). Estimasi jumlah individu rayap kembara Pada penentuan nilai estimasi jumlah individu rayap, hanya 6 stasiun pengamatan (dari 22 stasiun pengamatan) yang mendeteksi aktivitas rayap. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metoda CMRR pada ke-6 stasiun ini maka diperkirakan jumlah populasi rayap pada setiap stasiun pengamatan bervariasi antara 5 hingga 23. individu rayap. Secara total (dengan menghitung dugaan jumlah rayap pada setiap stasiun pengamatan), diperkirakan jumlah rayap adalah 77.951 individu (Gambar 3). Konsumsi kayu monitor Terdapat 6 stasiun pengamatan yang mendeteksi aktivitas mencari makan rayap (pada penelitian ini adalah stasiun 3, 6, 7, 1, 11, dan 12). Konsumsi kayu monitor pada setiap stasiun pengamatan,2 6,16 g/stasiun/hari berdasarkan data dari empat bulan pengamatan dengan asumsi total populasi rayap sebesar 77.951 individu (Gambar 4). Efektivitas umpan fipronil Pengamatan pada stasiun survei menunjukkan bahwa empat puluh hari setelah pemberian umpan di lokasi penelitian tidak ada lagi ditemukan aktivitas mencari makan populasi kembara M. gilvus. Jumlah kayu survei yang didatangi rayap (%) Perkiraan jumlah individu (individu) 4 3 2 1 Gambar 2. Grafik persentase kehadiran rayap. 25 2 15 1 5 Juli Agustus September Oktober Waktu pengamatan No 3 No 6 No 7 17 17 No 1 pengamatan No 11 No 12 Gambar 3. Jumlah individu rayap Macrotermes gilvus di Pondok Ganesha Desa Melatiwangi. 38 76

Jurnal Entomologi Indonesia, Juli 215, Vol. 12, No. 2, 73 79 Rata-rata konsumsi (gram/stasiun) 7 6 5 4 3 2 1,2,9 3 6 3,84 7 Gambar 4. Jumlah rata-rata konsumsi kayu monitor per individu dalam koloni rayap Macrotermes gilvus di Pondok Ganesha Desa Melatiwangi. 2,17 1 pengamatan 3,14 11 6,16 12 PEMBAHASAN Kedatangan rayap pada kayu survei bisa menjelaskan bahwa kayu pinus merupakan kayu yang disukai oleh rayap sebagai sumber makanannya. Hasil penelitian ini juga memperkuat informasi yang pernah dilaporkan oleh Arinana et al. (212) bahwa umpan kayu P. merkusii amat disukai oleh M. gilvus, diikuti oleh Coptotermes curvignathus (Desneux), tetapi kurang disukai oleh Capritermes mohri (Kemner). Perhitungan jumlah populasi rayap pada penelitian ini mirip dengan yang dilaporkan oleh Sajap et al. (2) bahwa empat koloni rayap M. gilvus yang terdapat di Kampus Universiti Putra Malaysia, Serdang, Malaysia mempunyai jumlah individu berkisar antara 166.288 79.52 individu. Penelitian lainnya oleh Su (1994) di Amerika Serikat memperkirakan ukuran populasi dari koloni Reticulitermes flavipes (Kollar) dan Coptotermes formosanus (Shiraki) sebesar 14. ± 5. individu. Walaupun demikian, perlu dicatat di sini bahwa metode ini hanya dapat memperkirakan jumlah rayap kembara saja, dan bukan ukuran koloni secara keseluruhan. Selain itu, metode mark-recapture masih ada kelemahannya karena dihitung berdasarkan rayap bertanda yang ditangkap kembali yang mungkin dapat mengakibatkan tidak akuratnya perhitungan jumlah rayap karena adanya kemungkinan bahwa warna dapat ditransfer ke rayap lain melalui proses kanibalisme (Evans et al. 1999). Tingkat konsumsi kayu/stasiun yang diperoleh pada penelitian Sajap et al. (2) yang menunjukkan rata-rata konsumsi kayu sebanyak 1,2 16,94 g/stasiun/hari berdasarkan pengamatan selama 15 bulan untuk jumlah populasi rayap pekerja berkisar antara 166.288 79.52. Adanya perbedaan konsumsi kayu/stasiun/hari dari kedua penelitian di atas, nampaknya amat ditentukan oleh jumlah rayap kembara (ukuran koloni) serta lamanya penelitian dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dalam waktu yang relatif singkat, yaitu empat puluh hari setelah pemberian umpan ternyata di lokasi penelitian tidak ada lagi ditemukan aktivitas mencari makan rayap M. gilvus. Hasil ini mirip dengan penelitian pengendalian Odontotermes formosanus Shiraki (Termitidae) menggunakan fipronil yang dilakukan oleh Huang et al. (26) di Wuhan, China, walaupun mereka baru dapat mengendalikan rayap setelah empat bulan umpan diletakkan. Penelitian lainnya yang dilakukan dengan menggunakan umpan rayap berbahan aktif noviflumuron, suatu inhibitor sintesis kitin, berhasil mengendalikan 122 koloni berbagai rayap tanah (Termitidae) dalam waktu kurang dari satu tahun (Eger et al. 212). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa M gilvus sebagai anggota famili Termitidae dapat juga dikendalikan dengan menggunakan umpan, walaupun cara kerja yang pasti bagaimana umpan yang mengandung fipronil ditransfer ke dalam koloni belum dapat dijelaskan, tetapi diperkirakan hal ini dilakukan dengan cara trofalaksis antara rayap kembara dengan anggota koloni lainnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan konfirmasi bahwa ternyata teknologi umpan dapat juga digunakan untuk mengendalikan rayap dari famili Termitidae, seperti yang telah dilakukan oleh Huang et al. (26) dan juga 77

Amran et al.: Umpan fipronil untuk mengendalian Macrotermes Dhang (211). Temuan ini menarik karena para peneliti lainnya pada umumnya, berdasarkan pengamatan sebelumnya di Malaysia, Thailand, Singapura, Indonesia, dan Australia (Lee et al. 27) menyatakan bahwa umpan hanya efektif terhadap rayap anggota famili Rhinotermitidae (genus Coptotermes dan Schedorhinotermes) dan bukan untuk Termitidae. Terjadinya perbedaan hasil penelitian di atas antara rayap dari famili Rhinotermitidae dan Termitidae, kemungkinan dapat juga disebabkan oleh berbedanya kayu umpan yang digunakan serta lokasi keberadaan rayap. Tetapi yang menarik, ternyata kayu pinus yang umumnya dikenal sebagai salah satu makanan rayap dari genus Coptotermes (Rhinotermitidae) (Ngee et al. 24), ternyata juga merupakan umpan yang baik bagi M. gilvus (Termitidae) yang ditemukan dalam penelitian ini. KESIMPULAN Perkiraan jumlah rayap kembara dari koloni M. gilvus dapat dihitung dengan metode capturemark-recapture release, serta umpan berbasis fipronil dengan konsentrasi 4 ppm efektif dalam menekan populasi rayap kembara M. gilvus dalam waktu 4 hari. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih ditujukan kepada pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang telah memberikan beasiswa kepada penulis pertama, serta kepada Bapak Tatang Friatna, yang telah menyediakan lokasi untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arinana, Haneda NF, Kahar TP. 212. Diversity and distribution of termite species on oil palm plantation at the PTP Nusantara VIII Bogor, West Java-Indonesia. In: Proceedings of the 9th Pacific-Rim Termite Research Group Conference (Hanoi, 27 28 February 212). pp: 148 155. Hanoi: Pacific-Rim Termite Research Group. Dhang P. 211. A preliminary study on elimination of colonies of the mound building termite Macrotermes gilvus (Hagen) using a chlorfluazuron termite bait in the Philippines. Insects 2:486 49. doi: http://dx.doi.org/1.339/insects 24486. Eger JE, Lees MD, Neese PA, Atkinson TH, Thoms EM, Messenger MT, Demark JJ, Lee LC, Vargo EL, Tolley MPE. 212. Elimination of subterranean termite (Isoptera: Rhinotermitidae) colonies using a refined cellulose bait matrix containing noviflumuron when monitored and replenished quarterly. Journal of Economic Entomology 15:533 9. doi: http://dx.doi.org/1. 163/EC1127. Evans T, Lanz M, Gleeson PV. 1998. Testing assumption of mark-recapture protocols for estimating size using Australian mound-building, subterranean termites. Ecological Entomology 23:139 159. doi: http://dx.doi.org/1.146/j.1365-2311.1998.114.x. Evans TA, Lenz M, Gleeson PV. 1999. Estimating population size and forager movement in a tropical subterranean termite (Isoptera: Rhinotermitidae). Environmental Entomology 28:823 83. doi: http://dx.doi.org/1.193/ee/28.5.823. Huang QY, Lei CL, Xue D. 26. Field evaluation of a fipronil bait against subterranean termite Odontotermes formosanus (Isoptera: Termitidae). Journal of Economic Entomology 99:455 461. doi: http://dx.doi.org/1.193/jee/99.2.455. Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Rakyat di Tiga Kecamatan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Lee CY, Vongkaluang C, Lenz D. 27. Challenges to subterranean termite management of multigenera faunas in Southeast Asia and Australia. Sociobiology 5:213 221. Miura T. 24. Proximate mechanism and evolution of caste polyphenism in social insects: from sociality to genes. Ecological Research 19:141 148. doi: http://dx.doi.org/1.1111/j.144-173. 23.618.x. Munif A. 1995. Keanekaragaman Rayap Perusak Bangunan Dan Kasus Serangannya Pada Perumahan di Kotamadya Surabaya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 23. Rayap, Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Ngee PS, Tashiro A, Yoshimura T, Jaal Z, Lee CY. 24. Wood preference of selected Malaysian 78

Jurnal Entomologi Indonesia, Juli 215, Vol. 12, No. 2, 73 79 subterranean termites (Isoptera: Rhinotermitidae, termitidae). Sociobiology 43:535 55. Safarudin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap pada bangunan Perumahan di dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sajap AS, Amit S, Welker J. 2. Evaluation of hexaflumuron for controlling the subterranean termite Coptotermes curvignathus (Isoptera: Rhinotermitidae) in Malaysia. Journal of Economic Entomology 93:429 433. doi: http:// dx.doi.org/1.163/22-493-93.2.429. Seber GAF. 1973. The estimation of animal abundance and related parameters. Biometrics 42:267 292. doi: http://dx.doi.org/1.237/253149. Siregar AZ, Batubara R. 27. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah masyarakat di dua Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan). Jurnal Biologi Sumatera 2: 23 27. Sobri. 213. Survei Keragaman Jenis Rayap dan Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Serangannya pada Lingkungan Permukiman di Kota Bandung. Tesis. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sornnuwat Y, Charoenkrung K, Chutibhapakorn S, Vongkaluang C. 23. Termite survey in secondary dry dipterocarp forest at Srinakarin Dam National Park, Kanchanaburi Province, Western Thailand. In: Proceedings of The 2nd International Conference on Medicinal Mushroom and the International Conference Biodiversity and Bioactive Compounds (Pattaya, 17-19 July 23). pp. 517 522. Pattaya: National Science and Technology Development Agency. National Center for Genetic Engineering and Biotechnology. Su NY. 1994. Field evaluation of a hexaflumuron bait for population suppression of subterranean termites (Isoptera: Rhinotermitidae). Journal of Economic Entomology 87:389 397. doi: http:// dx.doi.org/1.193/jee/87.2.389. Su NY, Scheffrahn RH. 1998. A review of subterranean termite control practices and prospects for integrated pest management programmes. Integrated Pest Management Reviews 3:1 13. doi: http://dx.doi.org/1.123/a:19684821954. Tarumingkeng RC. 21. Biologi dan Perilaku Rayap (Biology and Ethology of Termites). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tarumingkeng RC, Surjokusumo S, Solihin DD. 25. Pengendalian Hama Terpadu Rayap Tanah Coptotermes Pada Kawasan Pemukiman Berdasarkan Karakter Genetik di Pulau Jawa. Research Report. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat-lnstitut Pertanian Bogor. 79