USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI SAGU KUKUS DAN TEPUNG KEONG MAS DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP PERFORMANS ITIK JANTAN MA UMUR 1 8 MINGGU

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Ade Trisna*), Nuraini**)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

Penggunaan Beberapa Tingkat Serat Kasar dalam Ransum Itik Jantan Sedang Bertumbuh. The of Some Crude Fiber Level In Rations of Male Duck Growth

Efisiensi Ransum yang Mengandung Limbah Mie Pada Itik Pedaging Feed Eficiency that Contain Noodle Waste on Meat Type Duck

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN PAKAN KOMERSIAL AYAM BROILER DENGAN BAHAN PAKAN LAIN TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM KAMPUNG DAN PENDAPATAN PETERNAK

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

EVALUASI KINERJA ITIK MANILA JANTAN DAN BETINA PADA PEMBERIAN RANSUM DENGAN ARAS PROTEIN YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Level Meat Bone Ratio and Protein Mass of Breast and Thigh of Pelung Chicken from 1 to 11 Weeks Old of Age))

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Persentase Karkas Itik Peking yang Diberi Pakan dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit Mengandung Limbah Kopi

Dimas Prihatno dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): , September 2014

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina, LINN) SEBAGAI SUMBER PROTEIN ALTERNATIF BAGI TERNAK AYAM

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

PERTUMBUHAN AYAM BURAS PERIODE GROWER MELALUI PEMBERIAN TEPUNG BIJI BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAMK) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

THE USE OF CASSAVA FERMENTED FLOUR AS A SUBSTITUTE FOR CORN TO FEED CONVERTION RATIO (FCR) AND CALCIUM CONTENT OF SHELL EGG QUAIL

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Dulatip Natawihardja Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

B. W. Utomo, L. D. Mahfudz, E. Suprijatna* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

L.D. Mahfudz dan E. Prasetya Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

EFEK PENAMBAHAN TEPUNG KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DALAM PAKAN TERHADAP JUMLAH TELUR DAN KUALITAS TELUR ITIK

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

SUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

Transkripsi:

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN (Growing Male Duck at Farmers Level by Increasing Feed Efficiency) ERNA WINARTI 1, BAMBANG SUDARYANTO 1 dan ATIEN PRIYANTI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16151 ABSTRACT The main problem of duck meat production is inefficiency of feed. The aim of this research is to optain feed formula for male duck grower. Randomized complete design was used in this research. Five hundred male DOD were devided into 2 groups, with five times replication for each group. Feed P-1 stater (1 3 days) : 2% soybean meal, 48% corn, 19% rice bran, 7.6% meat bone meal,.2 premix, 5% palm oil and.2% salt. Feed P-1 finisher (31 7 days) : 1% soybean meal, 57,6 % corn, 26% rice bran, 6% meat bone meal, % premix and % salt. Feed P-2 sarter (1 5 days): 1% BR-1, P-2 grower (6 35 days): 2% BR-1, 2% corn, 6% rice bran, P-2 finisher (36 7 days): 1% BR-1, 15% corn and 75% rice bran. The result showed that the body weight, feed intake, Feed convertion rate and carcas percentage were not significantly different (P >,5). Profit P-1 is Rp 49,5 per duck and P-2 is Rp 355 per duck. Conclution, hight feed quality during starter - grower period and rice bran as main component for finisher periode, the optimal profit and good grows can be gainned. Key Words: Feed, Male Duck ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha ternak itik adalah kurang efisien penggunaan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi ransum untuk pembesaran itik jantan yang efisien. Digunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan. Sebanyak 5 ekor itik jantan digunakan dalam penelitian ini yang dibagi menjadi 2 perlakuan pakan masing-masing ulangan sebanyak 5 kali dengan Rancangan Acak Lengkap. Ransum meliputi pakan untuk periode starter dan periode grower. Pengamatan dilakukan terhadap bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, berat karkas serta komponen input output usaha ternak Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan itik, konsumsi pakan, feed conversion rate dan persentase karkas pada umur 1 minggu tidak berbeda antara kedua perlakuan (P >,5). Pendapatan atas biaya produksi menunjukkan bahwa perlakuan pakan P-2 memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan pakan P-1 yakni masing-masing Rp. 355/ekor/periode dan Rp. 49,5/ekor/periode. Disimpulkan bahwa dengan ransum berkualitas tinggi pada periode starter dan grower serta bekatul sebagai penyusun utama ransum pada periode finisher, pembesaran itik jantan mampu berkembang baik dan diperoleh keuntungan yang layak. Kata Kunci: Pakan, Itik Jantan PENDAHULUAN Disamping telur, itik juga menghasilkan daging yang memberi andil cukup besar bagi penyediaan protein hewani. Daging itik mengandung protein cukup tinggi tetapi kandungan lemaknya lebih rendah dibanding ternak besar. Kandungan protein daging itik rata-rata diatas 2%, hampir sama dengan kandungan protein daging unggas lainnya, sedangkan kandungan lemak jenuh sebesar 2,43% jauh lebih rendah kandungan lemak ternak besar yaitu di atas 1%. Daging itik saat ini mulai banyak peminatnya, hal ini bisa dilihat dengan banyaknya rumah makan yang menyediakan menu daging itik. Sumber daging itik bisa berasal dari itik betina afkir atau itik jantan yang sengaja dibesarkan untuk pedaging. Permasalahan yang dihadapi pada usaha 854

produksi daging itik adalah tidak efisiennya dalam memanfaatkan pakan (SINURAT et al., 1993), sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Biaya produksi kira-kira 5% lebih tinggi dibanding dengan ayam potong, yang disebabkan rasio konversi pakan yang tidak sebaik seperti pada ayam potong (YEONG, 1994). Untuk mencapai bobot badan antara 11 12 g diperlukan waktu 1 minggu dengan konversi pakan 4,19 6,2 (SINURAT et al., 1993; ISKANDAR et al., 1995). Kebutuhan protein dan kalori itik pedaging pada umur 2 minggu adalah 22% dan 29 kcal/kg, pada umur 2 7 minggu 16% dan 29 kcal.kg (NRC, 1994). TAN et al. (1998) menyatakan bahwa kebutuhan protein dan kalori itik pada umur 2 minggu adalah 23% dan 29 kcal/kg, sedangkan finisher 19% dan 32 kcal/kg. Pertumbuhan itik jantan pada umur 1 minggu sekitar 1,4 1,5 kg (ISKANDAR et al., 1995). Itik jantan yang diberi ransum dengan kandungan protein 16,5% dan kalori 2694,88 k cal/kg pakan yang dipelihara hingga umur 1 minggu memberi pertambahan bobot badan 116,16 g dengan FCR 4,61 (SYAEFUL, 25). Sedangkan bobot itik yang diberi ransum dengan protein kasar 14% dan energi 29 kcal/kg yang diberikan pada umur 2 1 minggu adalah 1342 gram (SINURAT et al., 1993). ISKANDAR et al. (1995) menyatakan bahwa dengan kandungan protein kasar 15,5% bobot badan itik pada umur 6, 8, 1 dan 12 minggu berturut-turut adalah sebesar 889 g, 1226 g, 149 g dan 1517 g. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ransum pada usaha pembesaran itik jantan yang efisien sehingga memberi keuntungan yang layak bagi peternak. MATERI DAN METODE Sebanyak 5 peternak itik anggota kelompok Sedyo Rukun Desa Banaran Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo masing-masing memelihara 1 ekor itik jantan yang dibagi menjadi 2 perlakuan pakan, masing-masing kandang 5 ekor. Komposisi pakan kedua perlakuan seperti tertera pada (Tabel 1). Itik dipelihara selama 1 minggu, dan dilakukan pengamatan terhadap konsumsi pakan, kenaikan bobot badan, FCR, bobot karkas dan giblet. Data dianalisis dengan uji t (t-test). Analisa input-output dihitung dari pengeluaran biaya pakan dan hasil penjualan itik. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot badan dan kenaikan bobot badan itik Hasil pengamatan selama pemeliharaan terhadap bobot badan dan kenaikan bobot badan terlihat pada (Tabel 2). Kenaikan bobot badan itik perlakuan P-2 (pakan cara peternak) pada minggu ke-1 hingga minggu ke-4 jauh lebih tinggi dibanding dengan perlakuan P-1 (pakan introduksi BPT). Hal ini bisa dilihat dari bobot badan itik perlakuan P-1 pada umur Tabel 1. Komposisi pakan itik A dan B berdasar umur P-1 P-2 Bahan pakan (%) Umur itik Bahan pakan (%) Umur itik 1 3 hari 31 7 hari 1 5 hari 6 35 hari 36 7 hari Bungkil kedele Jagung Dedak 2 48 19 1 57,6 26 BR-1 Jagung Bekatul 1 2 2 6 7,5% 15 % 77,5% MBM Premix Minyak Garam 7,6 5 6 Protein kasar 19 15 22 13,4 12,3 P-1 = Pakan introduksi Balitnak; P-2 = Pakan cara peternak 855

4 minggu sebesar 527,81 g sedangkan perlakuan P-2 sebesar 677,94 g. Perbedaan pertumbuhan itik disebabkan karena perbedaan kualitas pakan. Pakan cara peternak pada minggu-minggu awal adalah pakan BR-1 yang kandungan proteinnya jauh lebih tinggi dibanding pakan introduksi BPT. Dengan pakan BR 1 pada umur 1 5 hari sangat berpengaruh posistif terhadap pertumbuhan awal itik sedangkan dengan ransum introduksi ternyata kurang cocok untuk itik pada umur yang masih sangat muda dengan ditunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat. Pertambahan bobot badan itik pada minggu ke-5 sampai minggu ke-1 mengalami pergeseran., itik dengan pakan perlakuan P-1 kenaikan bobot badannya lebih tinggi dibanding perlakuan P-2. Hal ini juga disebabkan karena perbedaan kualitas pakan. Perlakuan P-2 (cara peternak) sebagian besar adalah bekatul dengan sedikit konsentrat, kualitasnya lebih rendah dibanding P-1. Pada akhir pemeliharaa yaitu pada minggu ke-1 bobot badan kedua perlakuan tidak berbeda nyata. Bobot itik pada umur 1 minggu dari kedua perlakuan tersebut lebih tinggi dibanding hasil penelitian SINURAT et al. (1993) yaitu sebesar 1342 g dengan kandungan protein dan kalori ransum sebesar 14% dan 29 kcal/kg. Namun hasil kedua perlakuan lebih rendah dibanding hasil penelitian ISKANDAR et al. (1995) yaitu sebesar 1517 g dengan ransum yang mengandung rotein kasar sebesar 15,5%. Karkas, ampela, hati dan jantung Berat rata-rata karkas pada umur 6 minggu perlakuan P-1 adalah 478,75 dan perlakuan P-2 sebesar 527,88, sedangkan pada pemotongan umur 1 minggu, perlakuan P-1 sebesar 841, g dan perlakuan P-2 sebesar 862,5 g (Tabel 3). Hasil uji t, berat karkas antar kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata baik pada pemotongan umur 6 minggu maupun 1 minggu. Hal ini disebabkan karena berat karkas sangat ditentukan oleh berat hidup itik. Pada umur 5 minggu hingga umur 1 minggu bobot badan itik tidak berbeda antara kedua perlakuan, sehingga diperoleh berat karkas yang tidak berbeda juga. Berat rata-rata ampela, jantung dan hati antara kedua perlakuan juga tidak berbeda nyata, baik pada pemotongan umur 6 minggu maupun 1 minggu. Hal ini sesuai dengan bobot hidup itik, bobot badan itik perlakuan P-1 tidak berbeda dengan P-2 baik pada umur 6 minggu maupun 1 minggu. Tabel 2. Bobot badan dan kenaikan bobot badan (g/minggu) Umur itik (minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Bobot badan (g) 49,76 a 93,88 a 181,32 a 336,53 a 527,81 a 73,49 a 98,3 a 18,67 a 118,11 a 1286,6 a 1381,42 a P-1 (Introduksi BPT) P-2 (Cara peternak) Kenaikan bobot badan (g) - 44,12 87,44 155,21 191,28 22,68 177,81 1,37 171,44 15,95 95,36 Bobot badan (g) 51,26 a 123,4 b 248,98 b 445,92 b 677,94 b 777,83 a 918,48 a 145,57a 1166,47 a 1272,47 a 1411,4 a Kenaikan bobot badan (g) - 72,14 125,58 196,94 232,2 99,89 14,65 127,9 12,9 16, 138,93 ab superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P <,5) 856

Konsumsi pakan dan Feed Conversion Rate (FCR) Konsumsi pakan selama 1 minggu, perlakuan P-1 sebesar 5,7 kg/ekor dan perlakuan P-2 sebesar 6,2 kg/ekor dengan FCR perlakuan P-1 sebesar 4,28 dan perlakuan P-2 sebesar 4,56. Hasil uji t, besarnya konsumsi dan FCR tidak berbeda nyata antara kedua perlakuan (Tabel 4). Artinya nilai FCR sangat dipengaruhi oleh nilai nutrisi pakan, karena FCR diperoleh dari perbandingan antara banyaknya pakan yang dihabiskan (feed intake) dengan kenaikan bobot badan. Nilai FCR yang sama antara perlakuan P-1 dan P-2 menunjukkan bahwa nilai nutrisi antara P-1 dan P-2 rata-rata selama 1 minggu adalah sama. FCR dari kedua perlakuan ini mas lebih baik dibanding hasil penelitian SYAEFUL (25), dengan kadar protein dan kalori sebesar 16,5% dan 2694,88 FCR rata-rata sampai umur 1 minggu sebesar 4,61. Analisa input output Analisa input output difokuskan pada biaya pakan, harga DOD dan harga jual itik. Biaya pakan perlakuan P-1 sebesar Rp. 1.922,5 jauh lebih tinggi dibanding perlakuan P-2 yang hanya sebesar Rp. 8.55,. Meskipun konsumsi perlakuan P-1 lebih rendah dibanding perlakuan P-2 namun harga pakan P- 1 jauh lebih tinggi dibanding pakan P-2, maka biaya pakan tetap lebih tinggi perlakuan P-1. Biaya pakan yang tinggi pada perlakuan P-1 disebabkan oleh harga komponen pakan yang tinggi terutama harga bungkil kedele dan MBM. Harga DOD dan harga jual itik umur 1 minggu antara perlakuan P-1 dan perlakuan P- 2 adalah sama yaitu sebesar Rp. 1.3/ekor, maka keuntungan perlakuan P-2 lebih tinggi dibanding perlakuan P-1 (Tabel 5). Tabel 5. Analisa input output pembesaran itik jantan (Rp.) Uraian Pakan P-1 Pakan P-2 Pembelian DOD Biaya pakan 1.3 1.3 Starter = 3.562,5 8.645 1,5 kg x Rp. 2.375 Finisher = 7.728 4,2 kg x Rp. 1.84 Total biaya pakan 12.59 9.945 dan DOD Harga jual itik/ekor 13. 13. Keuntungan/ekor 49,5 355 Tabel 3. Berat karkas, ampela, hati jan jantung Uraian Karkas (g) Karkas (%) Ampela (g) Hati (g) Jantung (g) Umur 6 minggu Umur 1 minggu P-1 P-2 P-1 P-2 478,75 527,88 841, 862,5 46,5 48,22 52,29 55,16 46,75 49,62 67,38 65,25 32,25 34,5 47,13 45,38 4,25 4, 1,13 9,13 Tabel 4. Konsumsi pakan dan FCR Uraian P-1 P-2 Feed intake Starter 1,5 kg/ekor Finisher 4,2 kg/ekor BR1:,9 kg/ekor Jagung: 1,2 kg/ekor Bekatul: 4,1 kg/ekor Bobot awal Bobot akhir (umur 7 hari) Pertambahan bobot badan (g/1 mg) 49,76 g 1381,42 g 1331,66 51,26 g 1411,4 g 136,14 g FCR (Feed Convertion Rate) 4,28 4,56 857

KESIMPULAN DAN SARAN Pakan DOD itik hingga umur 2 minggu sebaiknya menggunakan pakan komersial ayam pedaging. Itik pada periode grower/ finisher mampu berkembang dengan baik pada kualitas pakan yang lebih rendah. Pakan finisher dengan sebagian besar berupa bekatul mampu menekan biaya pakan sehingga diperoleh keuntungan Rp. 355/ekor/periode. Pemotongan itik jantan pada umur 1 minggu menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan pada umur pemotongan 6 minggu. Pengkajian tentang ransum untuk penggemukan itik jantan perlu dilanjutkan guna memperoleh ransum yang lebih ekonomis. DAFTAR PUSTAKA AMIR, P. and H.C. KNIPSCHEEr. 1989. Conducting on-farm animal Research: Procedures and Economic analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development and International Development Research center. Morrilton, Arkansas, USA. ISKANDAR, S., D. ZAINUDDIN, T. SUSANTI., A.R. SETIOKO dan U. HIDAYAT. 1995. Kinerja anak itik jantan Mojosari diberi pakan yang disimpan dengan tepung zeolit atau arang tempurung kelapa. J. Ilmu Peternakan. 8(2): 32 37. NRC. 1994. Nutrien requarement of poultry, National Academi Press. Washington D.C. SINURAT, A.P., MIFTAH dan T. PASARIBU. 1993. Pengaruh sumber dan tingkat energi ransum terhadap penampilan itik jantan lokal. Proc. Seminar Penelitian dan Pengembangan Ternak. Balitnak, Ciawi, Bogor. SYAEFUL. 25. penampulan itik lokal jantan yang diberi pakan dengan level serat kasar berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. TAN, B.J., S. OKTANI, K. TANAKA, Y. DOMALA and C. BUNCHASAK. 1998. The effect of early feed restriction on growt body composition and lipid metabolism in Female Duck. Proc. 6 th Asian Pasific Poultry Congres. Nagoya, Japan YEONG, S.W. 1994. Promoting growth efficiency in ducks. Poult. Int. (July). 858