PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI JANTAN LOKAL TERHADAP INCOME OVER FEED COST

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

MATERI. Lokasi dan Waktu

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

Padang Faculty of Agriculture, Tadulako University, Palu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

J. Agroland 15 (4) : , Desember 2008 ISSN : X

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PENGARUH PEMBERIAN SILASE KLOBOT JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN. Oleh: PURWANTO H

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

ANALISIS KANDUNGAN ZAT-ZAT MAKANAN KULIT BUAH KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Trichoderma sp. SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Transkripsi:

J. Agrisains 6 (3) : 177-183, Desember 2005 ISSN : 1412-3657 PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL Oleh : Nirwana *) ABSTRACT An experiment was done to study the effect of fermented cocoa pod shell flour on body weight, dry matter consumption, and feed efficiency of local sheep. The fermented flour was mixed in concentrate given to the sheep. Details of the feed ration were as follows : i) 0% fermented cocoa pod shell flour (CPSF) in concentrate + maize silage (ad-libitum), ii) 10% fermented CPSF in concentrate + maize silage (ad-libitum), iii) 20% fermented CPSF in concentrate + maize silage (ad-libitum). The was indications that the fermented CPSF concentration gave significant effect on feed efficiency (P=0,01). Higher concentration of fermented CPSF tended to be followed by higher body weight, dry matter consemption and feed efficiency. Key words : Cacao skim flour fermentation, concentrate and feed efficiency. ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh penggunaan dalam konsentrat terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering ransum dan efisiensi penggunaan ransum domba lokal telah dilaksanakan di kandang penelitian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Desa Sibalaya Selatan Kecamatan Sigi Biromaru. Penelitian ini menggunakan 9 ekor ternak domba lokal yang berumur 8-10 bulan dengan kisaran bobot badan 13.3 15,9 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang dicobakan sebagai berikut : R 1 = 0% Fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum, R 2 = 10% fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum, R 3 = 20% fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum, Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa tingkat pemberian dalam konsentrat berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering ransum dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi penggunaan ransum domba lokal. Pemberian sebanyak 10% dan 20% nyata lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan fermentasi kulit buah kakao dalam konsentrat, semakin tinggi pemberian fermentasi kulit buah kakao dalam konsentrat semakin tinggi pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering ransum dan efisiensi penggunaan ransum domba lokal. Kata kunci : Kulit buah kakao fermentasi, konsentrat dan efisiensi penggunaan ransum. I. PENDAHULUAN Besarnya jumlah penduduk, tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan protein hewani dalam memenuhi gizi keluarga dan *) Staf Pengajar pada Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. membaiknya taraf hidup masyarakat, menyebabkan permintaan daging asal ternak juga meningkat. Untuk mengimbangi permintaan tersebut, diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan populasi maupun produksi ternak. 177

Salah satu jenis ternak penghasil daging yang dapat ditingkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat adalah ternak domba. Domba tergolong ternak ruminansia kecil yang mampu mengkonversi hijauan ke dalam bentuk daging. Konversi hijauan tersebut bila dibarengi dengan tingkat konsumsi konsentrat yang tinggi akan memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi pada ternak bila dibanding ternak yang mengkonsumsi ransum tunggal (Abdurrays dkk., 1980). Pertumbuhan pada ternak merupakan suatu fenomena universal bermula dari suatu telur yang telah dibuahi sampai ternak mencapai dewasa. Pertumbuhan dapat terjadi dengan penambahan sel yang disebut dengan hyperplasi dan dapat pula terjadi dengan penambahan dalam ukuran yang disebut dengan hypertropi. Bagi usaha peternakan ada tiga faktor utama yang sangat menentukan tingkat produksi, yaitu feeding, breeding dan managament. Ketiga faktor tersebut memegang peranan sangat penting dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara terpadu dan pada proporsi yang seimbang. Faktor makanan merupakan masalah paling banyak dihadapi oleh peternak. Hal ini tercermin dari besarnya biaya produksi, yaitu sekitar 60-80% adalah biaya makanan (Chen dkk., 1982). Pemberian makanan tidak perlu berlebihan tetapi zat-zat makanan yang dibutuhkan cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut, mengingat peningkatan efisiensi makanan pada usaha peternakan harus dilakukan secara terus menerus untuk mencapai efisiensi produksi (Fontenot and Webb, 1975). Kenyataan menunjukkan bahwa makanan berkualitas baik selalu diikuti oleh harga yang tinggi. Dalam hal ini perlu dicarikan bahan sisa, baik limbah pertanian maupun limbah industri. Salah satu limbah pertanian yang belum termanfaatkan khususnya di daerah Sulawesi Tengah adalah kulit buah kakao. Kulit buah kakao sangat baik diberikan kepada ternak karena masih mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak.. Kulit buah kakao mengandung bahan kering 90,2%, protein 9,2%, serat kasar 27,7%, lemak 1,3%, BETN 48,5%, dan abu 13,3%. Pemberian kulit buah kakao secara langsung kepada ternak kurang baik karena mempunyai palatabilitas yang rendah, karena adanya racun Theobromin. yang berbau alkohol yang kurang disenangi oleh ternak. Usaha untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengolahan kulit buah kakao menjadi tepung lalu difermentasikan dengan menggunakan jasa kapang Neurospora sitophila. Diharapkan dengan perlakuan fermentasi mengakibatkan peningkatan palatabilitas serta nilai gizi yang tinggi. Harrison dkk., (1975) menyatakan bahwa pada proses fermentasi akan terjadi perubahan kimia oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme meliputi perubahan molekul-molekul kompleks atau senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-molekul sederhana dan mudah dicerna. 178

Harrison dkk., (1975) menyatakan bahwa akibat fermentasi tersebut terjadi pula penambahan zat-zat makanan lainnya seperti asam-asam amino dan vitamin pada bahan dasarnya. Lebih lanjut Saono (1976) menyatakan bahwa selain itu fermentasi juga merubah aroma menjadi lebih baik, menambah daya tahan dan dapat mengurangi senyawa-senyawa racun dari bahan dasarnya sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih baik. Suatu bahan makanan yang di fermentasi akan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan bahan makanan yang tidak di fermentasi, sehingga diduga penambahan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam konsentrat dapat memperbaiki pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan efisiensi penggunaan ransum pada ternak domba. II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala, dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 1998. Penelitian ini menggunakan 9 ekor ternak domba jantan lokal yang berumur 8-10 bulan dengan kisaran bobot badan 10-12 kg. Ternak tersebut ditempatkan dalam kandang individu dengan ukuran 75 x 75 x 75 cm sebanyak 9 petak. Setiap petak dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Untuk menimbang ternak digunakan timbangan dacin berkapasitas 25 kg dengan skala ketelitian 100 gram, sedangkan untuk menimbang makanan digunakan timbangan duduk berkapasitas 2 kg dengan skala ketelitian 10 gram. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Hijauan Hijauan yang digunakan adalah hijauan jagung yang diperoleh di sekitar lokasi penelitian. Sebelum hijauan diberikan, terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 1-2 cm dan diberikan secara ad-libitum. b. Konsentrat Konsentrat yang digunakan adalah campuran antara bungkil kelapa, jagung giling, dedak padi dan fermentasi tepung kulit buah kakao yang diperoleh dari Kodya Palu dan sekitarnya. Proses pembuatan fermentasi kulit buah kakao yaitu pertama-tama kulit buah kakao di jemur, setelah itu digiling (dijadikan tepung). Setelah kulit buah kakao jadi tepung maka dicampurkan dengan satu bagian onggok dan empat bagian kulit buah kakao. Kedua bahan tersebut dicampur sampai homogen dan dikukus selama 30 menit, kemudian ditempatkan pada tampi, setelah itu didinginkan dan ditaburkan Neurospora sitophila dan disimpan pada suhu kamar yaitu suhu 25 0 C - 30 0 C selama 2 hari. Neurospora sitophila didapatkan dari tongkol jagung yang direbus dan disimpan pada suhu kamar selama 2 hari. Pemberian konsentrat sebanyak 1% dari bobot badan dan diberikan pada pukul 08.00 pagi. Setelah konsentrat habis di konsumsi maka diberikan hijauan secara ad-libitum. Adapun kandungan zat-zat penyusun ransum percobaan tertera pada Tabel 1, sedangkan susunan dan komposisi kimia ransum percobaan tertera pada Tabel 2. 179

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Percobaan (% Bahan Kering) Zat Bahan Makanan H.Jagung* B.Kelapa* J.Giling* D.Padi* FTKBK* Bahan kering 22 86 86 86 86 Protein 9.18 19.12 10.75 13.80 17.81 Abu 10.20 9.92 4.68 12.98 3.87 Lemak 1.90 12.13 6.12 14.10 5.14 BETN 49.14 46.49 73.94 41.25 35.42 Serat kasar 29.58 12.34 4.51 17.87 37.76 Fosfor 0.03 0.56 0.23 1.30 1.22 Kalsium 0.06 0.18 0.02 0.10 1.06 TDN** 42.92 80.95 82.75 64.13 52.59 Keterangan : FKBK = Fermentasi tepung kulit buah kakao * = Hasil analisis Laboratoium Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Tadulako (1998) ** = Hasil perhitungan dari analisis proksimat dengan menggunakan rumus 4 dan 5 dari Hartadi dkk. (1993) Tabel 2. Susunan dan Komposisi Kimia Ransum Percobaan (% Bahan Kering) Bahan Makanan R 1 R 2 R 3 Bungkil Kelapa 4.0 3.6 3.2 Jagung Giling 33.0 29.7 26.4 Dedak Padi 63.0 56.7 50.4 FKBK 0.0 10.0 20.0 Jumlah 100 100 100 Bahan kering 86 86 86 TDN 70.95 69.11 67.28 Protein 13.01 13.49 13.97 Keterangan: Dihitung berdasarkan Tabel 1 Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun yang diberikan adalah sebagai berikut: R 1 = 0% Fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum R 2 = 10% fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum R 3 = 20% fermentasi tepung kulit buah kakao dalam konsentrat + hijauan jagung ad-libitum Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Pertambahan Bobot Badan Data pertambahan bobot badan diperoleh dari hasil bagi antara selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal oleh lama waktu pengamatan. Penimbangan domba dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Perhitungannya adalah sebagai berikut: PBBH (g/ekor/hari) W T 2 2 W1 T Dimana : PBBH = Pertambahan bobot badan harian W 1 = Berat awal penimbangan W 2 = Berat akhir penimbangan T 1 = Awal waktu penimbangan (hari) T 2 = Akhir waktu penimbangan (hari) 2. Konsumsi Bahan Kering Pakan Diperoleh dari hasil perkalian antara bahan kering hasil analisis pakan dengan jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan hasil perkalian antara bahan kering hasil analisis sisa konsumsi dengan jumlah sisa dan dinyatakan dalam g/ekor/hari. 1 180

3. Efisiensi Penggunaan Pakan Diperoleh dari hasil bagi pertambahan bobot badan harian dengan konsumsi bahan kering pakan harian. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengaruh Terhadap Pertambahan Bobot Badan Rata-rata pertambahan bobot badan domba lokal dari masingmasing perlakuan tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal dari Masing-masing (kg/ekor/hari) Ulangan R 1 R 2 R 3 1 59,52 78,57 76,19 2 52,38 78,57 88,10 3 66,67 78,57 85,71 Rataan 59,52a 8,57b 83,33b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan sangat nyata Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan domba lokal. Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi tepung kulit buah kakao memberikan respon yang baik terhadap pertambahan bobot badan domba lokal. Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan R 1 sangat nyata (P<0,01) lebih rendah daripada perlakuan R 2 dan R 3, sedangkan perlakuan R 2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan R 3. Hal ini disebabkan oleh penggunaan fermentasi tepung kulit buah kakao lebih baik dibanding dengan tanpa fermentasi tepung kulit buah kakao. Tingginya respon pertambahan bobot badan pada perlakuan R 3 dan R 2 dibanding perlakuan R 1 disebabkan karena pada perlakuan R 3 dan R 2 menggunakan fermentasi kulit buah kakao sedangkan pada perlakuan R1 tanpa menggunakan fermentasi kulit buah kakao. Fermentasi tepung kulit buah kakao merupakan bahan makanan yang sudah mengalami proses kimia sehingga zat-zat yang terkandung didalamnya mudah dicerna sehingga pertambahan bobot badan pada ternak meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harrison dkk., (1975) bahwa perubahan kimia oleh aktivitas enzim pada proses fermentasi yang dihasilkan oleh mikroorganisme meliputi perubahan molekul-molekul kompleks atau senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-molekul sederhana dan mudah dicerna. Dengan demikian bahwa konsumsi ransum baik jumlah maupun kualitas akan memberikan pertambahan bobot badan dan pertambahan bobot badan sesuai dengan potensi genetik ternak. Soewardi (1974) menyatakan bahwa pemberian ransum yang berkualitas tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan, sedangkan pemberian ransum berkualitas rendah dengan sendirinya akan memberikan pertumbuhan yang lambat. 3.2 Pengaruh Terhadap Konsumsi Bahan Kering Ransum Rata-rata konsumsi hahan kering ransum ternak domba lokal dari masing-masing perlakuan tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Bahan Kering Ransum Ternak Domba Lokal dari Masing-masing (g/ekor/hari) Ulangan R 1 R 2 R 3 1 394,36 418,14 457,49 2 367,76 448,51 480,93 3 414,40 456,53 459,07 Rataan 392,17a 441,06b 465,83b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan sangat nyata 181

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering ransum domba lokal. Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi tepung kulit buah kakao memberikan respon yang baik terhadap konsumsi bahan kering ransum domba lokal. Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan R 1 nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding dengan perlakuan R 2 dan sangat nyata (P<0,01) lebih rendah dibanding perlakuan R 3, sedangkan perlakuan R 2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan R 3. Terjadinya perbedaan tersebut diakibatkan oleh sumbangsih fermentasi tepung kulit buah kakao kedalam susunan konsentrat sehingga kualitas konsentrat meningkat maupun palatabilitasnya. Kemampuan seekor ternak untuk dapat mengkonsumsi bahan makanan tergantung pada ransum yang diberikan. Arora (1989) menyatakan bahwa konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat atau jika diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi serta ukuran-ukuran partikel yang kecil, sedangkan fermentasi kulit buah kakao diketahui sudah mempunyai partikel zat makanan yang lebih sederhana sehingga mudah untuk dicerna serta mempunyai palatabilitas tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saono (1976) bahwa fermentasi bahan makanan akan merubah aroma menjadi lebih baik, menambah daya tahan dan dapat mengurangi senyawa-senyawa racun dari bahan dasarnya sehingga mempunyai palatabilitas yang lebih baik. 3.3 Pengaruh Terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum Rata-rata efisiensi penggunaan ransum domba lokal dari masingmasing perlakuan tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Efisiensi Penggunaan Ransum Domba Lokal dari Masing-masing Ulangan R 1 R 2 R 3 1 0,151 0,188 0,167 2 0,142 0,175 0,183 3 0,161 0,172 0,187 Rataan 0,151a 0,178b 0,179b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan sangat nyata Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi penggunaan ransum domba lokal. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan respon yang baik terhadap pemanfaatan bahan makanan bagi domba lokal. Hasil uji Wilayah Berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan R 1 nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding dengan perlakuan R 2 dan R 3, sedangkan antara perlakuan R 2 dan R 3 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan oleh penggunaan dalam konsentrat yang berbeda Meningkatnya efisiensi penggunaan ransum akibat penambahan fermentasi kulit buah kakao ke dlam campuran konsentrat disebabkan oleh tingginya pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering ransum sehingga perbandingan antara keduanya juga meningkat. Konsumsi makanan yang tinggi sangat penting sebagai penunjang efisiensi penggunaan makanan, karena bila konsumsi bahan kering meningkat, 182

maka makanan yang disediakan untuk pertambahan bobot badan juga meningkat. Soedarsono dkk. (1979) menyatakan bahwa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan ransum, secara tehnis harus ditinjau dari kualitas makanan penguat dan hijauan yang diberikan pada ternak, serta perbandingan antar keduanya. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, maka diambil kesimpulan bahwa : 1. Pemanfaatan fermentasi tepung kulit buah kakao dalam susunan konserntrat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering ransum dan berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan ransum domba lokal. 2. Pemanfaatan fermentasi tepung kulit buah kakao pada taraf 20% dalam susunan konsentrat memberikan rataan pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering ransum dan efisiensi penggunaan ransum domba lokal jantan yang lebih baik dibanding pada taraf 10% dan tanpa penggunaan fermentasi kulit buah kakao. DAFTAR PUSTAKA Abdurrays, P. Sitorus, M.H. Togatorop dan Subandriyo, 1980. Efisiensi penggunaan makanan dan koefisien cerna litter ayam petelur pada sapi muda. Bulletin Lembaga Penelitian Peternakan No. 26. Arora S., 1989. Pencernaan mikroba pada ruminansia. Terjemahan. Judul asli: Microbial Digestion in Ruminants. Penerjemah: Muwarni R. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Chen, X.B.; Chen, Y.K.; Franklin, M.F.; Orskov, E.R. and Shand, W.J., 1992. The effect of feed intake and body weight on purine derivative excretion and microbial protein supply in sheep. J. Anim. Sci. 70: 1534-1542. Fontenot. J.P., F. Webb, J.R., 1975. Health aspects of recicling animal waste by feeding. Journal Animal Science 40 : 267 Harrison, D.G.; Beever, D.E.; Thomson, D.J. and Osbourn, D.F., 1975. Manipulation of rumen fermentation in sheep by increasing the rate of flow of water from the rumen. J. Agric. Sci. Camb. 85: 93-101. Hartadi, H.; S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman, 1993. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Saono, S., 1976. Pemanfaatan jasad renik dalam pengelolaan hasil sampingan atau sisa-sisa produksi pertanian. Berita IPTEKS 23: 1-11. Soedarsono, Sudarmadji dan Tristiarti, 1979. Pengaruh pemberian bekatul dan rumput lapangan pada berbagai komposisi terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan makanan pada domba jantan. Proceedings Seminar Penelitian dan Penunjang Pembangunan Peternakan. Bogor; 5-8 Nopember 1979: 104-107. Soewardi B., 1974. Gizi ruminansia. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 183