PENGAIRAN DAN PEMUPUKAN NPK PADA KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH DI TANAH VERTISOL

dokumen-dokumen yang mirip
V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGGUNAAN PUPUK N P K PADA TANAH BEKAS PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Pengaruh Waktu Aplikasi Pupuk NPK Phonska terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH TIGA KULTIVAR KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) DI LAHAN PASIR PANTAI

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

PENGARUH BERBAGAI ALTERNATIF PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK N DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN BEKAS PADI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

Jurnal Cendekia Vol 13 No 2 Mei 2015 ISSN RESPON MACAM VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP BEBERAPA DOSIS PUPUK PETROGANIK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik dalam Budidaya Bawang Putih Varietas Lumbu Hijau

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN HASIL KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

PENGARUH MACAM DOSIS PUPUK FOSPAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KACANG HIJAU ( Vigna Radiata L. )

HASIL DAN PEMBAHASAN

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Pupuk.I Putu Wisardja 130

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

JURNAL SAINS AGRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

KAJIAN DOSIS PUPUK PHONSKA PADA DUA VARIETAS SEMANGKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BUAH SEMANGKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BUDI DAYA KACANG TANAH PADA TANAH SALIN. Abdullah Taufiq Andy Wijanarko

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Transkripsi:

PENGAIRAN DAN PEMUPUKAN NPK PADA KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH DI TANAH VERTISOL Sri Ayu Dwi Lestari 1 dan Arief Harsono Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 1 e-mail: estawinasa@gmail.com ABSTRAK Produktivitas kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di tingkat petani masih rendah (0,8 1,1 t/ha). Hal ini disebabkan oleh teknik budidaya petani belum optimal, terutama dalam pemberian air dan penggunaan pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi pemberian air yang tepat dan pemberian pupuk yang efisien dalam budidaya kacang hijau pada lahan sawah tanah Vertisol. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Ngale, Ngawi, Jawa Timur dengan rancangan petak terpisah, tiga ulangan. Petak utama adalah frekuensi pengairan: tanpa pengairan; diari dua kali pada umur 20 dan 40 HST (Hari Setelah Tanam); dan diairi tiga kali pada umur 15, 30, dan 45 HST. Anak petak adalah kombinasi antara pemupukan NPK dan pemupukan daun: tanpa NPK, ½ NPK rekomendasi, NPK rekomendasi (Phonska 200 kg/ha), pupuk daun rekomendasi (Gandasil B dan Gandasil D), dan ½ NPK rekomendasi+pupuk daun rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil optimal kacang hijau di lahan sawah Vertisol setelah padi, cukup menggunakan pupuk daun (Gandasil B dan Gandasil D), diaplikasikan satu kali pada fase vegetatif dan satu kali pada fase generatif. Apabila tidak ada hujan, pertanaman cukup diairi dua kali, yaitu pada umur 20 dan 40 HST. Tambahan pengairan hingga tiga kali tidak meningkatkan hasil biji. Kata kunci: Vigna radiata, frekuensi pengairan, pupuk daun ABSTRACT Irrigation and NPK Fertilization on Mungbean Crops grown in Vertisol Lowland after Rice. Mungbean productivity at the farmer s level was still low (0,8-1,1 t/ha). This is due to improper cultural practices done by farmers, especially in terms of irrigation and fertilizer use. The objective of the research was to determine the irrigation frequency and fertilizer efficiency on mungbean grown in lowland Vertisol after rice. The research was conducted at Ngale Experimental Farm, East Java Province. The experiment was arranged in a split plot design with three replications. The main plot was three frequencies of irrigation (without irrigation, twice irrigations at 20 and 40 DAS (Days After Sowing); and three times irrigation at 15, 30, and 45 DAS). The subplot was five combinations of NPK and foliar fertilizers (without NPK; ½ NPK recommendation dose; full NPK recommendation dose (200 kg of Phonska/ha); recommend foliar fertilizer of Gandasil D and Gandasil B; and ½ NPK + foliar fertilizer). The results showed that the optimal growth and mungbean seed yield in lowland Vertisol after rice was obtained by applying foliar fertilizers, which applied once in vegetative growth phase and once in generative growth phase. When there was no rain, twice irrigation at 20 and 40 DAS gave the best yield. Whilst three times irrigation did not increase any grain yield. Key words:vigna radiata, irrigation frequency, foliar fertilizer Lestari dan Harsono: Pengairan dan Pemupukan NPK pada Kacang Hijau 507

PENDAHULUAN Kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) termasuk tanaman Leguminosa yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan petani. Indonesia merupakan penghasil kacang hijau terbesar ke empat dunia setelah India, Thailand, dan China dengan luas panen sekitar 300.000 ha/tahun (Puslittan 2012). Produktivitas kacang hijau di Indonesia periode 2010 2014 meningkat 4,4% per tahun, dari 1,13 t/ha pada tahun 2010 menjadi 1,18 t/hapada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik 2015). Kacang hijau merupakan komoditas penting secara agronomi, ekonomi, maupun pangan fungsional. Kelebihan kacang hijau dari segi agronomi adalah mudah dibudidayakan, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, toleran kekeringan, dan berumur genjah, dipanen pada umur 60 hari. Dari segi ekonomi, harga jual kacang hijau relatif tinggi dan stabil (Puslittan 2012). Kacang hijaukaya protein, vitamin (A, B1, dan C), dan beberapa mineral. Jenis karbohidratnya mudah dicerna sehingga cocok untuk makanan tambahan bayi dan anak balita. Biji maupun tepung kacang hijau banyak digunakan dalam berbagai bentuk pangan seperti bubur, roti, dan mie. Kecambah kacang hijau (tauge) banyak mengandung vitamin E, digunakan untuk sayur (Purwono dan Purnamawati 2008). Banyaknya manfaat dan tingginya kandungan gizi kacang hijau menjadikan komoditas ini sebagai pangan alternatif. Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya kacang hijau adalah rendahnya ketersediaan air dan kecukupan hara. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas dalam pengembangan sistem pertanian di lahan berpengairan terbatas dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Cekaman kekeringan yang terjadi pada fase reproduktif akhir dapat menyebabkan sedikitnya jumlah polong dan biji yang terbentuk dengan ukuran biji lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh dalam kondisi cukup air. Kebutuhan air tanaman kacang hijau relatif rendah dibanding tanaman legum lainnya. Tanaman kacang hijau lebih toleran terhadap kekeringan dengan kebutuhan air sekitar 700 900 mm per tahun. Akan tetapi, pengairan tetap menjadi hal penting bagi pertumbuhan dan produksi optimal kacang hijau (Isnawati 2013). Kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah dengan pengairan terbatas. Budidaya kacang hijau di tingkat petani sebagian besar menggunakan teknik sederhana dengan input minimal. Budidaya kacang hijau setelah padi sawah pada tanah Vertisol umumnya tidak diairi dan hanya diberi pupuk daun dengan pengendalian OPT minimal. Hal tersebut dapat mengakibatkan tanaman tidak memberikan hasil optimal, degradasi kesuburan tanah, pencemaran lingkungan, dan menstimulasi terjadinya serangan hama dan penyakit. Sistem persawahan yang terus menerus menerima pupuk dengan takaran tinggi menyebabkan terjadinya kemunduran produktivitas lahan, baik secara kimia, fisika, maupun biologi. Dengan demikian, peningkatan takaran pupuk mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan (Adiningsih et al. 1995). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi pemberian air yang tepat dan pemberian pupuk yang efisien dalam budidaya kacang hijau pada lahan sawah tanah Vertisol. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah jenis tanah Vertisol setelah tanaman padi di Kebun Percobaan Ngale, Ngawi,pada bulan Juli sampai September 2014. Rancangan percobaan adalah petak terpisah, tiga ulangan. Petak utama adalah frekuensi pengairan, terdiri atas: tanpa pengairan; diari dua kali pada umur 20 dan 40 HST; dan diairi tiga kali pada umur 15, 30, dan 45 HST. Anak petak adalah kombinasi antara pemberian pupuk NPK 508 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

dan pupuk daun, yaitu: tanpa NPK; ½ NPK rekomendasi; NPK rekomendasi (Phonska 200 kg/ha); pupuk daun Gandasil B (pada umur tiga minggu) dan Gandasil D (pada umur 35 hari); dan ½ NPK+pupuk daun Gandasil B dan Gandasil D. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut BNT pada taraf 5%. Ukuran petak percobaan 4 m x 5 m. Kacang hijau varietas Kutilang ditanam lima hari setelah padi dipanen dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, dua tanaman/lubang. Pengamatan yang dilakukan meliputi: 1) sifat kimia tanah: ph, C-org, N, P, K, Ca, dan Mg; 2) kadar lengas tanah pada 10, 20, 30, 40, dan 50 HST; dan 3) komponen pertumbuhan dan hasil tanaman: tinggi tanaman dan jumlah tanaman pada saat panen, jumlah polong isi dan hampa per tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji per petak. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Tanah Sifat kimia tanah lokasi penelitian relatif subur dengan ph 6,6 (netral). Kandungan P dan Ca sangat tinggi, C-organik tinggi, K dan Mg sedang, kandungan N-total tergolong rendah (Tabel 1). Tingginya kandungan hara tanah, kecuali N-total, disebabkan oleh tanah sebelumnya digunakan atau ditanami padi dua kali dengan dosis pupuk 300 kg Urea/ha+350 kg Phonska/ha. Kondisi tersebut menyebabkan tanaman kacang hijau yang ditanam di sawah sesudah padi kurang tanggap terhadap pemupukan. Tabel 1. Sifat kimia tanah sebelum tanam kacang hijau pada lahan sawah di Ngawi, MK 2014. Parameter KPNgale* Kriteria** ph (%) 6,60 Netral C-organik (%) 4,39 Tinggi N-total (%) 0,12 Rendah P Bray (ppm) 54,30 Sangat tinggi K (Cmol + /kg) 0,50 Sedang Ca (Cmol + /kg) 32,45 Sangat Tinggi Mg (Cmol + /kg) 1,23 Sedang Keterangan: * Dianalisis di Laboratorium Tanah dan Tanaman Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi; ** Berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005). Distribusi Curah Hujan Selama penelitian, mulai dari tanam (minggu ke-1 Juli) hingga panen (minggu ke-1 September), curah hujan sudah berkurang dan sangat sedikit, yaitu 28,7 mm dengan distribusi pada 1 10 Juli sebesar 5,8 mm; 11 20 Juli 3 mm; 21 31 Juli 15,9 mm; 1 10 Agustus 4 mm; dan 11 31 Agustus hingga September 0 mm (Gambar 1). Jumlah curah hujan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman kacang hijau pada fase vegetatif yang berkisar antara 100 150 mm (Marzuki dan Soeprapto 2001). Oleh karena itu, untuk mengantisipasi keterbatasan air dilakukan pengairan secara efisien agar kacang hijau dapat tumbuh dan memberikan hasil optimal. Kadar Lengas Tanah Pada perlakuan tanpa pengairan, kadar lengas tanah dari 10 HST hingga 50 HST mengalami penurunan cukup signifikan dan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan pengairan dua kali dan tiga kali yang mengalami peningkatan kadar lengas tanah Lestari dan Harsono: Pengairan dan Pemupukan NPK pada Kacang Hijau 509

(Gambar 2). Pada pengairan tiga kali, kadar lengas tanah mengalami penurunan sejak tanam hingga 20 HST dan meningkat lagi sejak 20 HST hingga 40 HST, namun menurun kembali pada saat panen. Curah hujan per dekade (mm) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Pelaksanaan penelitian 1-10 Juli 11-20 Juli 21-31 Juli 1-10 Agustus 11-20 Agustus 21-31 Agustus 1-10 September 11-20 September 21-30 September Gambar 1. Distribusi curah hujan selama penelitian berlangsung. KP Ngale, MK 2014. Kadar Lengas Tanah (%) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Tanpa Pengairan Pengairan 20 dan 40 HST Pengairan 15, 30, dan 45 HST 10 HST 20 HST 30 HST 40 HST 50 HST Umur (Hari Setelah Tanam) Gambar 2. Perkembangan lengas tanah pada berbagai perlakuan pengairan kacang hijau di lahan sawah KP Ngawi MK 2014. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau Pemberian air irigasi meningkatkan tinggi tanaman, jumlah polong isi per tanaman (Tabel 2), dan hasil biji (Tabel 3) namun tidak mempengaruhi jumlah tanaman dipanen (Tabel 2) dan ukuran biji. Pengairan dua kali memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pengairan. Tambahan irigasi menjadi tiga kali memberikan hasil tidak berbeda dibanding tanaman yang diari dua kali. Hal ini mengindikasikan bahwa pengairan dua kali dalam budidaya tanaman kacang hijau setelah padi dalam kondisi tidak ada hujan sudah cukup dan memberikan hasil optimal. Tanaman kacang hijau relatif toleran kekeringan, tetapi tidak berarti tanaman tidak memerlukan air. Air berguna sebagai pembentuk protoplasma, pelarut, media pengangkut hara, media berlangsungnya reaksi-reaksi metabolisme, bahan baku fotosintesis, berpengaruh dalam fase pemanjangan, dan proses pertumbuhan. Kurangnya air pada sel tanaman 510 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

berpengaruh terhadap berbagai proses metabolisme (Yakup 2008). Pada kacang hijau, kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, jumlah polong berkurang dan menurunkan hasil apabila cekaman kekeringan terjadi cukup kuat (Radjit 2013). Pengairan dan pemupukan tidak berinteraksi mempengaruhi pertumbuhan dan hasil biji kacang hijau di lahan sawah Vertisol yang tergolong subur. Tabel 2. Pengaruh pengairan dan pemupukan terhadap tinggi tanaman, jumlah tanaman dipanen, jumlah polong isi, dan polong hampakacang hijau di KP Ngale MK 2014. Perlakuan Pengairan Tinggi tanaman saat panen (cm) Jumlah tanaman dipanen Jumlah polong isi per tanaman Tanpa pengairan 52,57 b 256,93 a 22,45 b Diairi umur 20 dan 40 HST 65,12 a 265,47 a 31,88 a Diairi umur 15, 30, dan 45 HST 62,36 a 252,13 a 34,95 a Pemupukan Tanpa NPK 56,64 d 265,56 a 30,51 a ½ NPK rekomendasi 58,42 cd 255,78 a 28,91 a NPK rekomendasi 59,36 bc 255,22 a 28,62 a Pupuk daun rekomendasi 61,60 b 256,89 a 27,98 a ½ NPK+pupuk daun rekomendasi 64,07 a 257,44 a 32,78 a Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%. Pertumbuhan kacang hijau tidak normal bila tidak mendapat cukup air selama perkecambahan berlangsung. Tanaman kacang hijau memerlukan air sebanyak 100 150 mm pada bulan pertama setelah tanam (masa vegetatif) (Marzuki et al. 2001). Kondisi di lapang menunjukkan tanaman yang tidak diairi mengalami kekurangan air karena curah hujan pada bulan Juli (bulan pertama setelah tanam) hanya 5,8 mm (BMKG 2014). Perlakuan pengairan dua dan tiga kali memberikan hasil relatif sama. Hal ini disebabkan ketersediaan air pada kedua perlakuan selama pertumbuhan relatif tidak berbeda dan cukup tersedia. Kondisi ini menyebabkan tanaman dapat menyerap air dan unsur hara yang cukup serta mampu melangsungkan proses fisiologisnya dengan baik sehingga menunjang peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman (Yakup 2008). Tabel 3. Pengaruh pengairan dan pemupukan terhadap bobot 100 biji dan hasil biji kacang hijau pada lahan sawah vertisol di KP Ngale, MK 2014. Perlakuan Bobot 100 biji (g) Hasil biji (t/ha) Pengairan Tanpa pengairan 7,15 a 1,27 b Diairi umur 20 dan 40 HST 7,18 a 1,62 a Diairi umur 15, 30, dan 45 HST 7,30 a 1,65 a Pemupukan Tanpa NPK 7,19 a 1,36c ½ NPK rekomendasi 7,11 a 1,44bc NPK rekomendasi 7,25 a 1,49abc Pupuk daun rekomendasi 7,21 a 1,60 a ½ NPK rekomendasi+pupuk daun rekomendasi 7,28 a 1,56 ab Keterangan: Angka selajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%. Lestari dan Harsono: Pengairan dan Pemupukan NPK pada Kacang Hijau 511

Pemupukan NPK dan pupuk daun Gandasil B dan D mampu meningkatkan tinggi tanaman (Tabel 2) dan hasil biji (Tabel 3), namun tidak meningkatkan jumlah polong isi, dan bobot 100 biji. Penggunaan pupuk daun Gandasil B dan D saja sudah memberikan hasil biji tertinggi (1,6 t/ha) atau meningkat 17,6% dari tanpa pemupukan. Hal ini disebabkan kebutuhan hara tanaman sudah tercukupi dari residu pupuk pada tanaman padi musim sebelumnya. Tanah dalam kondisi subur dan tambahan hara melalui pupuk daun Gandasil B (6% N, 20% P 2 O 5, 30% K 2 O, dan 3% MgSO 4 ) dan D (20% N, 15% P 2 O 5, 15% K 2 O, dan 1% MgSO 4 ) sudah memberikan pasokan hara yang cukup bagi tanaman kacang hijau. KESIMPULAN Budidaya kacang hijau pada lahan sawah Vertisol setelah padi yang tanahnya relatif subur (ph 6,60%; C-organik 4,39%; P Bray 54,30 ppm; K 0,50 Cmol + /kg; Ca 32,45 Cmol + /kg; dan Mg 1,23 Cmol + /kg) cukup menggunakan pupuk daun Gandasil B dan D. Pada kondisi curah hujan sangat rendah, tanaman cukup diairi pada umur 20 dan 40 HST. Tambahan pengairan menjadi tiga kali yaitu pada 15, 30, dan 45 HST tidak meningkatkan hasil biji. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Urip Sembodo dan Bapak Juanda atas bantuannya selama penelitian berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S. J., D. Setyorini, dan T. Prihatini. 1995. Pengelolaan hara terpadu untuk mencapai produksi pangan yang mantap dan akrab lingkungan. Hlm. 55 67 dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Cisarua, 10 12 Januari 1995. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. 225 hlm. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Hujan Harian di Pos KP Ngale, Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. 2015. Tanaman Pangan. www.bps.go.id/site/resulttab. Diakses 25 Maret 2015. Isnawati, L. 2013. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami dan Frekuensi Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). 29 hlm. Marzuki, R. dan H.S. Soeprapto. 2001. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Depok. 55 hlm. Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. 137 hlm. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2012. VIMA 1, VUB kacang hijau umur genjah, masak serempak, dan tahan penyakit embun tepung. http://www.puslittan. bogor.net/ index.php?bawaan-berita/fullteks_berita&id=87. Diakses pada 24 Maret 2015. Radjit, B., F. Rozi, I. Sutrisno, dan R. Krisdiana. 2013. Respon petani terhadap teknologi baru untuk menghasilkan kacang hijau yang berdaya saing. Hlm. 483-491 dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013. Malang, 22 Mei 2013. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang. Yakup. 2008. Pengaruh ketersediaan air dan interval waktu pemberian mulsa terhadap partumbuhan dan perkembangan tanaman padi gogo. Agria. 5(1):5 8. 512 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015