EFIKASI HERBISIDA PRATUMBUH METIL METSULFURON TUNGGAL DAN KOMBINASINYA DENGAN 2,4-D, AMETRIN, ATAU DIURON TERHADAP GULMA PADA PERTANAMAN TEBU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula tebu merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Efikasi Herbisida Atrazin terhadap Gulma Umum pada Lahan Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

PENGARUH HERBISIDA AMETRIN DAN PENYIANGAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

EFIKASI HERBISIDA PENOKSULAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

APLIKASI HERBISIDA 2,4-D DAN PENOXSULAM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Studi efektivitas herbisida oksifluorfen 240 gl -1 sebagai pengendali gulma pada budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH CARA PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP VARIETAS PSJK 922

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

DOSE RESPONSE BIOTIP RUMPUT BELULANG (Eleusine indica (L.) Gaertn.) RESISTEN-PARAKUAT TERHADAP PARAKUAT, DIURON, DAN AMETRIN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik petani di desa Muara Putih, Kecamatan

PENGARUH APLIKASI HERBISIDA AMETRIN DAN 2,4-D DALAM MENGENDALIKAN GULMA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Efikasi Herbisida Metil Metsulfuron Terhadap Gulma pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaesis guinensis Jacq.) yang Belum Menghasilkan (TBM)

Efikasi Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

KOMBINASI HERBISIDA GOLONGAN BIPIRIDILIUM DENGAN GOLONGAN SULFONILURA UNTUK MENGENDALIKAN PAKIS Stenochlaena pallustris

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD IQBAL / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

ABSTRAK. Oleh. Mitra Suri. Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Uji Efektifitas Herbisida Atrazin, Mesotrion, dan Campuran Atrazin+Mesotrion terhadap Beberapa Jenis Gulma

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

RESPONS GULMA TERHADAP LAMA FERMENTASI CAIRAN PULP KAKAO SEBAGAI BIOHERBISIDA. (Skripsi) Oleh DWI APRI KUSNENDAR

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF DUA JENIS BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

PENGARUH EFEKTIFITAS HERBISIDA DIURON 500 g/l SC DALAM PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN:

Efikasi Beberapa Herbisida Secara Tunggal dan Campuran Terhadap Clidemia hirta (L.) D. Don. Di Perkebunan Kelapa Sawit

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN MINERAL ZEOLIT DAN NITROGEN SKRIPSI

Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ( Zea Mays L.)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IDENTIFIKASI GULMA RESISTEN HERBISIDA PARAQUAT PADA LAHAN JAGUNG DI KECAMATANTIGABINANGA KABUPATEN KARO KRISTIAN ADINATA GINTING

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH KEDALAMAN TANAM, NITROGEN DAN APLIKASI PARAKUAT. TERHADAP PERTUMBUHAN Eleusine indica L. Gaertn RESISTEN- DAN SENSITIF-PARAKUAT SKRIPSI OLEH:

Pengendalian gulma picisan pada tanaman teh melalui pemangkasan dan herbisida

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

Efikasi herbisida oksifluorfen 240 g/l untuk mengendalikan gulma

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

PENGGUNAAN MULSA ALANG - ALANG PADA TUMPANGSARI CABAI DENGAN KUBIS BUNGA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN GULMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

APLIKASI ETIL PIRAZOSULFURON UNTUK PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PADI PADA SISTEM JAJAR LEGOWO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

I. PENDAHULUAN. sumber kalori yang relatif murah. Kebutuhan akan gula meningkat seiring dengan

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

STUDI EFEKTIVITAS PENCAMPURAN SURFAKTAN DENGAN HERBISmA UNTUK JALUR TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penelitian ini

PENGUJIAN EFIKASI HERBISIDA BERBAHAN AKTIF PIRAZOSULFURON ETIL 10% UNTUK PENYIANGAN PADA BUDIDAYA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

KEEFEKTIFAN PARAKUAT DIKLORIDA SEBAGAI HERBISIDA UNTUK PERSIAPAN TANAM PADI TANPA OLAH TANAH DI LAHAN PASANG SURUT

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN PADA TUMPANGSARI SELADA DENGAN TOMAT DIAPLIKASI MULSA JERAMI

III. BAHAN DAN METODE

EFIKASI HERBISIDA KOMBINASI TETRIS DAN BASAGRAN TERHADAP GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH TABELA

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

PENGARUH BERBAGAI PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI SENDOK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 201 ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

EFIKASI HERBISIDA PRATUMBUH METIL METSULFURON TUNGGAL DAN KOMBINASINYA DENGAN 2,4-D, AMETRIN, ATAU DIURON TERHADAP GULMA PADA PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING Nico Alfredo, Nanik Sriyani, dan Dad R.J. Sembodo Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 ABSTACT EFFICACY OF METSULFURON-METHYL PREEMEGENCE HERBICIDE AND ITS COMBINATION WITH 2.4-D, AMETRYN OR DIURON IN CONTROLLING WEEDS IN UPLAND SUGAR CANE PLAN- TATION. Metsulfuron-methyl is a herbicide that never been used as a preemergence herbicide for sugarcane. The objectives of this research was to know the efficacy of metsulfuron metyl and its combinations with 2,4-D, ametryn, or diuron in controlling weeds of sugarcane plantation.the experiment was arranged in Completely Randomized Block Design (CRBD) with twelve treatments and three replications. The treatments are metsulfuron-methyl at 4 g ha -1, 8 g ha -1, 12 g ha -1 and 16 g ha -1, combinations of 4 g ha -1 metsulfuron-methyl with 0,865 kg ha -1 2.4-D; 0,75 kg ha -1 ametryn; or 1,6 kg ha -1 diuron; 2.4-D at 1,3 kg ha -1 ; ametryn at 1 kg ha -1 ; diuron at 2 kg ha -1 ; manual treatment and control plot. The comparisson of mean were tested by Honestly Significant Difference (HSD) test at 5% level. Results showed that metsulfuron-methyl (at 12-16 g ha -1 ) could supress total weeds biomass until 8 weeks after application (WAA). Combinations between metsulfuron-methyl with 2,4-D, ametryn or diuron showed better efficacy than single metsulfuron-methyl application. All herbicides did not cause phytotoxicity symtoms to sugarcane. Key words: 2,4-D, ametryn, diuron, combination, efficacy, metsulfuron-methyl, weed, sugarcane. PENDAHULUAN Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012 Dalam upaya untuk meningkatkan produksi gula nasional, pemerintah telah melakukan berbagai cara. Diantaranya adalah dengan cara meningkatkan luas areal lahan perkebunan tebu dari 381.800 Ha pada tahun 2005 menjadi 429.200 Ha pada tahun 2010 (BPS,2010). Salah satu daerah yang menjadi sasaran perluasan areal pertanaman tebu adalah Provinsi Lampung. Budidaya tebu yang dilakukan di provinsi Lampung adalah budidaya lahan kering. Masalah pada budidaya tebu pada lahan kering adalah masalah gulma. Di lahan kering gulma dapat mempengaruhi perkembangan tanaman dari sejak tebu di tanam. Kerugian yang ditimbulkan oleh keberadaan gulma pada pertanaman tebu yaitu dapat menurunkan bobot tebu berkisar 6-9% dan penurunan rendemen sebesar 0.09% (Kuntohartono,1991). Prinsip utama dalam pengelolaan gulma pada pertanaman tebu adalah menekan populasi gulma sebelum merugikan pertanaman tebu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam pengendalian gulma pada pertanaman tebu adalah dengan pengendalian dengan menggunakan kombinasi dua herbisida atau lebih. Kombinasi herbisida lebih menguntungkan secara ekonomis karena dosis herbisida yang digunakan lebih rendah dan juga secara ekologis karena mampu menghambat terjadinya resistensi gulma akibat penggunaan herbisida dengan cara kerja yang sama secara terus menerus (Sriyani, 2011). Herbisida ametrin, diuron,dan 2,4-D merupakan herbisda pratumbuh yang sering digunakan untuk mengendalikan gulma pada pertanaman tebu. Sedangkan metil metsulfuron lebih sering digunakan untuk menekan populasi gulma pada lahan sawah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida metil metsulfuron tunggal dan kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin, dan diuron terhadap gulma pertanaman tebu dan mengetahui pengaruh metil metsulfuron tunggal dan campurannya dengan 2,4-D, ametrin, dan diuron terhadap pertumbuhan tebu. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Maret 2012 di hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Alat yang digunakan antara lain Knapscak sprayer semi otomatis, nozzle merah, gelas ukur serta kored dan cangkul. Bahan yang digunakan adalah tebu varietas RGM 97-10120, herbisida Lindomin 865 SL(bahan aktif 2,4- D), Gesapax 500 FW (bahan aktif ametrin), Bimaron 80 WP (bahan aktif diuron), dan Ally 20 WDG (bahan aktif metil metsulfuron). Percobaan disusun dalam 12 perlakuan sebagai berikut. 29

Tabel 1. Susunan perlakuan No Bahan aktif Herbisida Dosis Formulasi (per ha) Dosis bahan aktif (per ha) 1 Metil metsulfuron 20 g 4 g 2 Metil metsulfuron 40 g 8 g 3 Metil metsulfuron 60 g 12 g 4 Metil metsulfuron 80 g 16 g 5 Metil metsulfuron + 2,4-D 20 g + 1 l 4 g + 0,865 kg 6 Metil metsulfuron + Ametrin 20 g + 1,5 l 4 g + 0,75 kg 7 Metil metsulfuron + Diuron 20 g + 2 kg 4 g + 1,6 kg 8 2,4-D 1,5 l 1,3 kg 9 Ametrin 2 l 1 kg 10 Diuron 2,5 kg 2 kg 11 Penyiangan manual 12 Kontrol Perlakuan tersebut disusun dengan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Homogenitas ragam dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam, dan beda nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Setiap plot berukuran 2m x 3m. pada setiap plot terdapat 3 baris tanaman tebu dengan jarak 0,5 m. Volume semprot yang digunakan pada saat aplikasi adalah 300 L/ha. Variabel yang diamati pada percobaan ini meliputi ; bobot kering gulma total, bobot kering gulma golongan daun lebar, bobot kering gulma golongan rumput (Brachiaria mutica), tinggi tanaman dan fitotoksisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Kering Gulma Total Tabel 2 menunjukkan bahwa pada 4 MSA semua perlakuan hebisida mampu mengendalikan pertumbuhan gulma total, hal ini ditunjukkan oleh bobot kering gulma yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan antar pelakuan herbisida yang diuji tidak menunjukkan adanya perbedaan penekannan pertumbuhan gulma. Pada 8 MSA, herbisida metil metsulfuron tunggal pada dosis 12 g hingga 16 g bahan aktif/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total sebesar 74 hingga 82 % (Grafik 1). Begitu juga dengan kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin dan diuron serta ametrin dan diuron tunggal yang masing-masing mampu menekan pertumbuhan gulma total hingga lebih dari 80 %, 95 % dan 100 %. Pada 12 MSA, hanya kombinasi metil metsulfuron dengan diuron serta diuron dan ametrin tunggal yang mampu menunjukkan adanya penekanan terhadap pertumbuhan gulma total. Sedangkan herbisida metil metsulfuron tunggal maupun kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin, tidak lagi mampu menekan pertumbuhan gulma (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa hingga pada 8 MSA aplikasi metil metsulfuron tunggal mulai pada dosis 12 g hingga 16 g b.a. ha -1 serta kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin dan diuron serta ametrin dan diuron tunggal mampu menekan pertumbuhan gulma total. Dengan demikian kombinasi herbisida metil metsulfuron dengan 2,4-D, ametrin dan diuron menunjukkan kinerja yang baik. Menurut Sriyani (2011), kombinasi herbisida dengan cara kerja yang berbeda memiliki beberapa keuntungan antara lain mampu menghambat terjadinya resistensi gulma. Resistensi dapat muncul akibat penggunaan herbisida dengan cara kerja yang sama pada jangka waktu yang lama. Selain itu menurut Tjitrosoemito dan Burhan (1995), kombinasi herbisida mampu menurunkan biaya produksi dalam bentuk waktu dan tenaga. Adanya pengurangan dosis herbisida yang dikombinasikan juga akan menghemat biaya produksi. 30 Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012

Keterangan : 1 = Metil metsulfuron 4 g ha -1 2 = Metil metsulfuron 8 g ha -1 3 = Metil metsulfuron 12 g ha -1 4 = Metil metsulfuron 16 g ha -1 5 = Metil metsulfuron 2,4-D 0,865 kg ha -1 6 = Metil metsulfuron 20 g ha -1 + ametrin 0,75kg ha -1 7 =Metil metsulfuron diuron 1,6 kg ha -1 8 = 2,4-D 1,3 kg ha -1 9 = Ametrin 1 kg ha -1 10 = Diuron 2 kg ha -1 11 = Pengendalian manual Gambar 1. Daya tekan herbisida terhadap pertumbuhan gulma total pada 8 MSA Tabel 2. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering gulma total (g/0,5 m 2 ) No Perlakuan 4 MSA 8 MSA 12 MSA 1 Metil Metsulfuron 4 g ha -1 2,33 a 40,40 ab 37,90 ab 2 Metil Metsulfuron 8 g ha -1 1,20 a 19,70 abc 40,57 a 3 Metil Metsulfuron 12 g ha -1 0,73 a 15,47 bc 36,60 ab 4 Metil Metsulfuron 16 g ha -1 1,13 a 10,63 bc 40,00 a 5 2,4-D 6 Ametrin 7 Diuron 0,865 kg ha -1 0,53 a 12,07 bc 17,70 abc 0,75 kg ha -1 0,47 a 2,77 c 19,63 abc 1,6 kg ha -1 0,17 a 0,30 c 3,27 bc 8 2,4-D 1,3 kg ha -1 1,47 a 24,37 abc 28,40 abc 9 Ametrin 1 kg ha -1 0,33 a 3,00 c 1,23 c 10 Diuron 2 kg ha -1 0,67 a 2,43 c 1,83 c 11 Penyiangan manual 12,77 a 10,90 bc 3,73 abc 12 Kontrol 16,00 a 60,23 a 36,20 a Keterangan: Nilai tengah pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %. Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar Gulma golongan daun lebar yang terdapat pada petak percobaan antara lain Croton hirtus, Ipomoea triloba, Mimosa invisa, dan Ricardia brasiliensis.tabel 3 menunjukkan bahwa pada 4 MSA seluruh perlakuan herbisida mampu mengendalikan gulma daun lebar yang terdapat pada petak percobaan. Pada Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012 8 MSA, herbisida metil metsulfuron tunggal pada dosis 8 g hingga 16 g ha -1 dapat menekan pertumbuhan gulma golongan daun lebar lebih dari 90 % (Grafik 2.). Hal ini sesuai dengan pendapat Tomlin (2004) yang menyatakan bahwa herbisida metil metsulfuron dapat mengendalikan gulma golongan daun lebar. Herbisida metil metsulfuron yang dikombinasikan ametrin, diuron serta herbisida ametrin dan diuron tunggal juga mampu menekan pertumbuhan gulma golongan lebar lebih dari 90 %. Perlakuan herbisida menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam mengendalikan gulma golongan daun lebar dibandingkan dengan penyiangan manual. Pada 12 MSA, hanya kombinasi metil metsulfuron dengan diuron, ametrin dan diuron tunggal serta penyiangan manual yang mampu menekan pertumbuhan gulma daun lebar. Selebihnya tidak ada perlakuan aplikasi herbisida yang mampu menekan pertumbuhan gulma golongan daun lebar. Hal ini menunjukkan bahwa pada 8 MSA kombinasi herbisida metil metsulfuron dengan diuron dan ametrin memiliki daya kendali yang sama baiknya dengan aplikasi diuron tunggal yang memiliki dosis lebih tinggi. Sejalan dengan Senseman (2007) yang menyatakan bahwa herbisida metil metsulfuron mampu menunjukkan interaksi yang baik dengan herbisida golongan penghambat fotosistem II seperti diuron. Herbisida 2,4-D yang dikombinasikan dengan metil metsulfuron juga menunjukkan peningkatan daya kendali dibandingkan dengan aplikasi kedua herbisida tersebut apabila diaplikasikan terpisah. Rahayu 31

(1992) menyatakan bahwa pencampuran herbisida metil metsulfuron dengan 2,4-D merupakan kombinasi yang bersifat sinergis. Keterangan: 1 = Metil metsulfuron 4 g ha -1 2 = Metil metsulfuron 8 g ha -1 3 = Metil metsulfuron 12 g ha -1 4 = Metil metsulfuron 16 g ha -1 5 = Metil metsulfuron 2,4-D 0,865 kg ha -1 6 = Metil metsulfuron 20 g ha -1 + ametrin 0,75kg ha -1 7 =Metil metsulfuron diuron 1,6 kg ha -1 8 = 2,4-D 1,3 kg ha -1 9 = Ametrin 1 kg ha -1 10 = Diuron 2 kg ha -1 11 = Pengendalian manual Gambar 2. Daya tekan herbisida terhadap pertumbuhan gulma golongan daun lebar pada 8 MSA Bobot Kering Gulma Golongan Rumput Gulma golongan rumput yang terdapat pada petak percobaan hanya Brachiaria mutica. Tabel 4 menunjukkan bahwa Brachiaria mutica hanya mampu ditekan oleh herbisida 2,4-D pada 4 MSA. Selebihnya tidak ada perlakuan herbisida tunggal maupun kombinasi dan juga penyiangan manual pada percobaan yang mampu menekan pertumbuhan gulma Brachiaria mutica. Pada 8 MSA seluruh perlakuan herbisida tidak mampu menekan pertumbuhan gulma golongan rumput (Grafik 3.). Pada 12 MSA gulma Brachiaria mutica juga tidak terkendali. Hal ini diduga dikarenakan keselektifan seluruh herbisida yang diuji yang cenderung mampu mengendalikan gulma daun lebar daripada gulma golongan rumput. Metil metsulfuron, 2,4-D, ametrin, diuron tunggal maupun kombinasinya tidak mampu menekan pertumbuha gulma Brachiaria mutica. Menurut Tomlin (2004), herbisida 2,4-D mampu mengendalikan gulma golongan daun lebar. 2,4-D juga dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dari golongan daun lebar seperti kapas, bit dan juga sawi. Menurut Sriyani, (2011) tanaman dari famili graminae mungkin akan teracuni jika herbisida diaplikasikan pada saat periode pembelahan cepat atau pada saat pertumbuhan sangat cepat karena suhu dan kadar air yang tinggi. Curah hujan yang cukup pada sebelum aplikasi diduga mengakibatkan pertumbuhan gulma Brachiaria mutica menjadi sangat cepat dan pembelahan juga berlangsung cepat sehing- Tabel 3. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering gulma golongan daun lebar (g /0,5 m 2 ) No Perlakuan 4 MSA 8 MSA 12 MSA 1 Metil Metsulfuron 4 g ha -1 1,3 b 22,5 ab 18,5 abc 2 Metil Metsulfuron 8 g ha -1 0,9 b 5,1 bc 15,8abcd 3 Metil Metsulfuron 12 g ha -1 0,4 b 3,3 bc 15,2 abcd 4 Metil Metsulfuron 16 g ha -1 0,3 b 0,9 c 16,0 abcd 5 2,4-D 0,865 kg ha -1 0,4 b 8,6 abc 16,6 abcd 6 Ametrin 0,75 kg ha -1 0,2 b 2,0 bc 15,2 abcd 7 Diuron 1,6 kg ha -1 0,1 b 0,0 c 1,4 cd 8 2,4-D 1,3 kg ha -1 1,4 b 23,8 ab 28,4 ab 9 Ametrin 1 kg ha -1 0,2 b 0,8 c 0,4 d 10 Diuron 2 kg ha -1 0,5 b 2,0 bc 1,8 cd 11 Penyiangan manual 12,3 b 7,4 abc 3,4 bcd 12 Kontrol 16,0 b 59,5 a 35,3 a Keterangan: Nilai tengah pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %. 32 Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012

ga pada saat herbisida 2,4-D diaplikasikan herbisida tersebut mampu mempengaruhi pertumbuhan gulma Brachiaria mutica pada saat awal pertumbuhan. Tinggi Tanaman Tabel 5 menunjukkan bahwa aplikasi herbisida metil metsulfuron tunggal maupun kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin, maupun diuron tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu. Rahayu (1992) menyatakan bahwa herbisida metil metsulfuron tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi sehingga kemungkinan metil metsulfuron juga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu yang satu famili dengan padi. Serta menurut Agustanti (2006) aplikasi herbisida amtrin dan diuron tidak mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman tebu. Keterangan : 1 = Metil metsulfuron 4 g ha -1 2 = Metil metsulfuron 8 g ha -1 3 = Metil metsulfuron 12 g ha -1 4 = Metil metsulfuron 16 g ha -1 5 = Metil metsulfuron 2,4-D 0,865 kg ha -1 6 = Metil metsulfuron 20 g ha -1 + ametrin 0,75 kg ha -1 7 =Metil metsulfuron diuron 1,6 kg ha -1 8 = 2,4-D 1,3 kg ha -1 9 = Ametrin 1 kg ha -1 10 = Diuron 2 kg ha -1 11 = Pengendalian manual Gambar 3. Daya tekan herbisida terhadap gulma golongan rumput (Brachiaria mutica) Tabel 4. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering gulma golongan rumput (g/0,5 m 2 ) No. Perlakuan 4 MSA 8 MSA 12 MSA 1 Metil Metsulfuron 4 g ha -1 1,03 ab 17,9 a 19,4 abc 2 Metil Metsulfuron 8 g ha -1 0,33 ab 14,6 ab 31,8 ab 3 Metil Metsulfuron 12 g ha -1 0,33 ab 12,2 ab 21,4 ab 4 Metil Metsulfuron 16 g ha -1 0,80 ab 9,7 ab 32,4 a 5 6 7 8 2,4-D Ametrin Diuron 2,4-D 4 g ha -1 + 0,865 0,10 ab 3,5 ab 11,0 d kg ha -1 0,75 kg 0,23 ab 0,8 ab 4,4 bcd ha -1 4 g ha -1 + 1,6 kg 0,07 ab 0,3 b 18,7 cd ha -1 1,3 kg ha -1 0,03 b 0,5 b 0,0 d 9 Ametrin 1 kg ha -1 0,17 ab 2,2 ab 0,8 d 10 Diuron 2 kg ha -1 0,17 ab 0,4 b 0,0 d 11 Penyiangan manual 0,43 ab 3,5 ab 0,4 d 12 Kontrol 1,60 a 0,7 b 0,9 d Keterangan: Nilai tengah pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 % Tabel 5. Tinggi tanaman tebu (cm) No Perlakuan 4 MSA 8 MSA Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012 12 MSA 1 Metil Metsulfuron 4 g ha -1 70,9 a 154,9 a 201,1 a 2 Metil Metsulfuron 8 g ha -1 52,7 a 124,2 a 173,5 a 3 Metil Metsulfuron 12 g ha -1 61,8 a 131,4 a 181,7 a 4 Metil Metsulfuron 16 g ha -1 53,5 a 129,7 a 180,8 a 5 6 7 2,4-D Ametrin Diuron 0,865 kg 49,9 a 133,2 a 178,1 a ha -1 0,75 kg ha -1 64,4 a 135,1 a 197,3 a 1,6 kg ha -1 68,2 a 130,7 a 194,5 a 8 2,4-D 1,3 kg ha -1 51,5 a 121,3 a 171,9 a 9 Ametrin 1 kg ha -1 61,0 a 123,1 a 172,9 a 10 Diuron 2 kg ha -1 53,1 a 142,3 a 193,5 a 11 Penyiangan manual 55,3 a 113,9 a 163,5 a 12 Kontrol 60,7 a 101,7 a 124,3 a BNJ 0,05 32,4 55,1 a 103,5 Keterangan: Nilai tengah pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda menurut uji BNJ pada taraf 5 % Fitotoksisitas Selama percobaan berlangsung tidak ditemukan adanya gejala fitotoksisitas yang ditunjukkan oleh tanaman tebu, baik berupa perubahan warna maupun bentuk daun pada 4, 8, 12 MSA. Rahayu (1992) menyatakan bahwa herbisida metil metsulfuron tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi sehingga kemungkinan metil metsulfuron juga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu yang satu famili dengan padi. Serta menurut Agustanti (2006) tanaman tebu yang diaplikasi herbisida amtrin dan diuron tidak menunjukkan gejala keracunan. KESIMPULAN Aplikasi herbisida metil metsulfuron tunggal pada dosis 12 hingga 16 g ha -1 mampu menekan pertumbuhan gulma total hingga 8 MSA. Kombinasi herbisida metil metsulfuron dengan ametrin dan diuron memilki daya kendali yang lebih baik daripada metil 33

metsulfuron tunggal. Seluruh herbisida pada taraf dosis yang diuji tidak meracuni dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu. DAFTAR PUSTAKA Agustanti, V.M.F. 2006. Studi Keefektifan Herbisida Diuron dan Ametrin Untuk Mengendalikan Gulma Pada Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum, L) Lahan Kering. Skripsi. IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2010. Perkebunan Indonesia. http://bps.go.id. Diakses pada 2 November 2011. Kuntohartono, T. 1991. Peranan saat penyemprotan herbisida pratumbuh pada efektifitas pengendalian gulma di kebun tebu. Makalah yang disajikan pada Pertemuan Teknis pengelolaan Gulma di Pertanaman Tebu di Malang 13 Mei 1991. o Rahayu, H.L. 1992. Aplikasi Herbisida Metsulfuron Metil dan Campurannya dengan 2,4-D Pada Dosis dan Tinggi Air yang Berbeda pada Saat Aplikasi untuk Mengendalikan Gulma pada Padi Sawah. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Senseman, S.A. 2007. Herbicide Handbook (Ninth edition). Weed Science Society of America. Sriyani, N. 2011. Mekanisme Kerja Herbisida. Bahan mata kuliah Herbsisida dan Lingkungan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tjitrosoemito, S. dan A.H. Burhan. 1995. Campuran Herbisida (Suatu Tinjauan). Prosiding Seminar Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida. Komisi Pestisida dan HIGI. p 25-26. Tomlin, C.D.S. 2004. The e-pesticides Manual version 3.0 (thriteenth edition). British Crop Protection Council. 34 Jurnal Agrotropika 17(1): 29-34, Januari-Juni 2012