Seminar Nasional IENACO ISSN: PERINTISAN PUSAT PELATIHAN TEKNOLOGI SEBAGAI UPAYA PENYELARASAN PENDIDIKAN DENGAN DUNIA KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN KOMPETENSI DAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Keywords: pengembangan keprofesian berkelanjutan, penelitian tindakan kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

PELATIHAN SOFTWARE ETAP (ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER PROGRAM) BAGI SISWA DAN GURU SMK NASIONAL MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sebelum pelaksanaan PPL di SMK Muhammadiyah Pakem seluruh mahasiswa tim PPL telah melaksanakan observasi lokasi

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMING DI PATI. Diajukan Oleh : Risdiana Fatimah

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MECHATRONICS SKILLS COMPETITION UGM Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

Pelatihan Programmable Logic Controller (PLC) Bagi Siswa Smk Muhammadiyah 1 Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA OPERASIONAL PERIODE PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat pesat

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Batang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) KERJASAMA DAN KEMITRAAN MASYARAKAT ILMUWAN DAN TEKNOLOG INDONESIA (MITI) KLASTER MAHASISWA

ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA SMA NEGERI DI KOTA TANJUNGPINANG GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

PANDUAN LOMBA MEMPROGRAM COMPUTER NUMERICAL CONROL (CNC)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG

2015 STUDI KELAYAKAN DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA DI LABORATORIUM KOMPUTER JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 5 BANDUNG

TAHUN ANGGARAN 2013 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI (BOPTN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

IM KKN-PPL SMK MUHAMMADIYAH 1 MOYUDAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA SMA NEGERI DI KOTA TANJUNGPINANG GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DAN PESERTA DIDIK

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) Jalan Semarang 5, Malang Telepon: Laman:

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

SISTEM INFORMASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KOTA BONTANG BERBASIS WEBSITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

LAKIP. Universitas Negeri Malang (UM) Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan salah satu harapan bagi suatu bangsa agar

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK MESIN Departemen Teknik Mesin

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MELALUI PROGRAM DIPLOMA SATU (D1)

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 JEMAWAN JATINOM, KLATEN TAHUN

Diajukan Oleh: Friska Tiananda A

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

Pemberdayaan Kelompok Karang Taruna Kelurahan Jebres Surakarta Dengan Pelatihan Servis Sepeda Motor

RENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM

Laporan Kinerja Tahun 2017 Universitas Negeri Malang (UM)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk teknologi yang popular adalah teknologi website.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

RANCANG BANGUN SOFTWARE DESAIN RODA GIGI LURUS MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 2010 EXPRESS

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi bagi peserta didik. Tidak semua lulusan Sekolah Menengah Atas

BAB V Kesimpulan

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

PERENCANAA PELATIHAN, IN HOUSE TRAINING DAN OFF THE JOB TRAINING.MESIN CNC BAGI DOSENJPTM Oleh : Inu Hardi Kusumah (Makalah) BAB I PENDAHULUAN

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK MESIN Departemen Teknik Mesin

RENCANA KINERJA TAHUN 2013

Curriculum Vittae SAMBAS ALI MUHIDIN

PERAN GEOGRAF DALAM MENSOSIALISASIKAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SMA NEGERI 1 DAN MGMP GEOGRAFI KABUPATEN SEMARANG

Tempat. Jember, 31 Agustus2017. Nomor : B&tyto, 20/L.1/PP.00.9/8/2017 Lampiran :- Hal : Pengumuman Seleksi RKMII Tahun 2017

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sambutan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

Transkripsi:

PERINTISAN PUSAT PELATIHAN TEKNOLOGI SEBAGAI UPAYA PENYELARASAN PENDIDIKAN DENGAN DUNIA KERJA Much Djunaidi 1, Bambang W. Febriantoko 2, Ahmad K. Alghofari 3 1 Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri (PUSLOGIN), Universitas Muhammadiyah Surakarta 1,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta. * Email: much.djunaidi@ums.ac.id ; Email: bambangwf@ums.ac.id; kholid.alghofari@ums.ac.id Abstrak Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan pada pasar kerja akan terbuka lebih luas. Semakin ketatnya persaingan, industri membutuhkan tenaga kerja yang siap bekerja, khususnya dari lulusan sekolah kejuruan. Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini dimaksudkan untuk membantu penyelarasan lulusan SMK dengan kebutuhan dunia usaha, melalui program pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Hal tersebut ditempuh dengan merintis pendirian pusat pelatihan teknologi. Mitra program ini meliputi Unit Produksi SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur. Kedua SMK Muhammadiyah tersebut telah memiliki fasilitas pembelajaran dan unit produksi yang cukup memadai. Program ini merintis pemanfaatan fasilitas pembelajaran dan unit produksi sebagai pusat pelatihan teknologi untuk menyelaraskan kebutuhan dunia industri. Pada program ini, tim pelaksana memberikan pelatihan kepada kepala laboratorium, tool man, dan para guru yang nanti akan mengelola pusat pelatihan teknologi di SMK. Materi yang disampaikan terkait fungsi manajemen dan pengelolaan laboratorium sebagai sarana pembelajaran, unit produksi, dan pusat pelatihan teknologi. Materi yang disampaikan telah membuka wawasan baru dalam pengelolaan laboratorium. Kata kunci: laboratorium, MEA, penyelarasan, pusat pelatihan, SMK. 1.PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai awal 2015 ini, masih banyak daerah di Indonesia yang masih belum memiliki kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi terbukanya pasar kerja untuk wilayah ASEAN. Salah satunya adalah karena masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dikarenakan masih belum meratanya kesempatan untuk mengikuti pendidikan di daerah-daerah dan keterbatasanakses pendidikan. Semakin ketatnya persaingan, dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang siap untuk langsung bekerja, khususnya dari lulusan sekolah kejuruan. Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu faktor yang sedang dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah. Permintaan dunia terhadap tenaga siap pakai, terutama pada berbagai sektor, memotivasi institusi pendidikan untuk menghasilkan generasi muda yang siap kerja di bidang tersebut. Salah satu usaha yang sedang ditempuh pemerintah adalah dengan mengusahakan tenaga dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK yang dinilai mampu menghasilkan tenaga muda yang siap kerja. Namun demikian, masih dirasakan kurangnya keselarasan antara pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) telah merilis berita tentang adanya permasalahan ketidakselarasan pendidikan dengan dunia industri, yang dimuat dalam laman website resminya. Gambar 1 menunjukkan tampilan laman website resmi Kemdiknas yang menunjukkan fishbone diagram terkait permasalahan ketidakselarasan tersebut. 561

Gambar 1. Fishbone diagram ketidakselarasan pendidikan dengan dunia kerja (Sumber: kemdiknas.go.id) Jumlah SMK di seluruh Indonesia yang mengalami peningkatan cenderung tidak diimbangi dengan pemantauan secara berkala, sehingga banyak SMK terutama yang terdapat di luar wilayah Jawa kurang terpantau perkembangannya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa SMK tersebut masih mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kecukupan fasilitas KBM. Terkait ketidakselarasan pendidikan dengan dunia kerja ini, Kemdiknas telah merumuskan 9 (sembilan) faktor penyebab, seperti tercantum pada Gambar 1. Langkah pemerintah menghadapi ketidakselarasan ini adalah dengan meluncurkan program penyelarasan pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri. Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dilakukan dengan menyesuaikan pola pasokan/pendidikan dengan permintaan dari dunia kerja. Kondisi permintaan akan bervariasi berdasarkan sektor bidang kerja (industri barang dan jasa) pada beberapa sektor lapangan kerja. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat kesenjangan antara dunia industri dan dunia pendidikan. Dengan kondisi seperti itu, masih diperlukan beberapa tambahan kegiatan bagi lulusan SMK untuk yang dapat menjembatani kesesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia industri. 1.2. Perumusan Masalah Meskipun telah memiliki fasilitas pembelajaran dan juga unit produksi yang cukup memadahi, tingkat penyerapan lulusan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo (selanjutnya disebut SMK Mutu) dan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur (selanjutnya disebut SMK Muda) ini tergolong rendah. Hal ini berkaitan dengan permasalahan ketidakselarasan yang telah dibahas di atas. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah: 1. Belum adanya keselarasan antara dunia kerja dengan pendidikan di SMK, sehingga skill siswa belum maksimal padahal fasilitas sangat memadahi 2. Belum tersedia SOP, materi pelatihan, modul, dan silabi untuk mewujudkan pusat pelatihan (training centre) dalam rangka peningkatan keselarasan SMK dengan dunia kerja 3. Mempunyai fasilitas laboratorium yang belum digunakan secara optimal, baik oleh siswa dan masyarakat disekitarnya (belum sebagai pusat rujukan pelatihan). 1.3. Kajian Literatur Menghadapi persaingan dunia kerja dari bangsa lain, Indonesia perlu memiliki tenaga yang yang berkualitas, dengan memperhatikan sistem pelatihan dan pembinaan tenaga kerja yang baik, teratur, dan sesuai dengan Standart Nasional Indonesia yang berlaku dengan sarana prasarana yang 562

baik guna menunjang kegiatan-kegiatan di dalamnya. Dengan adanya pusat pelatihan teknologi ini diharapkan tenaga kerja yang mengikuti pelatihan akan mampu menghadapi tuntutan perkembangan dunia kerja saat ini, sehingga lahir tenaga kerja yang selalu siap menghadapi pergeseran atau perubahan yang terjadi di dunia industri (Putra, 2011). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu elemen penting dalam penyiapan tenaga kerja yang siap pakai di dunia industri. Oleh karena itu, kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di SMK perlu mendapatkan perhatian, khususnya terkait dengan keselarasan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Guru perlu terus melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan, karena guru merupakan fasilitator dan sekaligus motor pengerak dalam proses pembelajaran (Sujinato, 2013). Guru yang profesional disiapkan sejak dini dengan penelusuran calon guru, pendidikan dan pelatihan sebagai pengembangan profesionalitas awal, dan selanjutnya melalui pembinaan guru sebagai pengembangan profesionalitas lanjutan. Pengembangan profesionalitas awal guru dilakukan dengan penerimaan calon guru SMK secara terbatas, pendidikan dan pelatihan secara disiplin, terarah dan teratur, penempatan kerja di SMK yang sesuai. Pengembangan profesionalitas lanjutan dapat dilakukan dengan pemagangan di industri TKR dan di SMK. (Budiman, 2014) Pelatihan guru sebagai upaya peningkatan mutu guru akan memiliki makna dan berkontribusi pada mutu pendidikan apabila di dalam perencanaan pelatihan, pelaksanaan, strategi pelatihan dan evaluasinya mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan manusia yang kualitatif (Sarjilan, 2005).Upaya peningkatan pemberdayaan guru dapat dilakukan dengan mengikutkan guru dalam diklatdan seminar, MGMP, supervisi; dan studi lanjut. Pemberdayaan guru masih mengalami hambatan dengan adanya guru lebih senang menggunakan produk pembelajaran yang bersifat instant, yang lebih senang dan bangga menjadi sumber belajar tunggal tanpa berpikir perlunya berinteraksi dengan orang lain, dan adanya guru yang lebih senang menggunakan ancaman untuk mengingatkan peserta didik daripada menerapkan teknik-teknik profesionalnya, serta senang menggunakan peserta didik sebagai objek les privat dengan memberikan perhatian khusus baginya (Fahrudin, 2015). Munadi, dkk (2009) menyatakan bahwa pada peningkatan kompetensi teknologi pada guru SMK dapat dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan. Pelatihan kompetensi pada guru SMK terbukti mampu meningkatkan penguasaan materi dan ketrampilan guru praktik yang bermanfaat bagi peningkatan mutu PBM praktik di sekolah. 1.4. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini memiliki kegunaan yang penting, yaitu: 1. Mengenalkan fungsi laboratorium sekolah dalam tiga aspek yang berbeda, yaitu menjadi sarana pembelajaran untuk membekali siswa dengan praktek keilmuan yang sesuai, menjadi sarana unit produksi sebagai fasilitas penggerak pendapatan (income generator), dan menjadi pusat pelatihan teknologi yang dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk pembekalan kesesuaian dengan kebutuhan dunia industri. 2. Mempersiapkan kepala laboratorium, tool man dan beberapa guru untuk menjadi tenaga pelaksana pada pusat pelatihan teknologi yang nantinya akan digulirkan sebagai program unggulan sekolah. 2. METODOLOGI Untuk mencapai target yang telah dirumuskan, kegiatan IbM ini dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi: 1. Diskusi antara Tim pelaksana dengan pihak sekolah mitra mengenai rintisan pusat pelatihan teknologi. Diskusi ini dilakukan untuk menentukan jenis pelatihan teknologi yang dapat dilakukan pada sekolah mitra, mempertimbangkan kapasitas yang dimiliki oleh tim pelaksana dan sekolah mitra. 2. Penyusunan modul-modul pelatihan yang menjadi inisiasi awal untuk rintisan pusat pelatihan teknologi. 3. Pelatihan materi terpilih kepada guru SMK, sebagai calon pelatih pada rintisan pusat pelatihan teknologi. Pelatihan dilaksanakan di masing-masing sekolah dan juga di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). 563

4. Pelatihan manajemen pusat pelatihan teknologi. Hal ini dilakukan untuk merumuskan pemanfaatan laboratorium sebagai pusat pelatihan teknologi. Kegiatan ini memberikan panduan dalam pelaksanaan pusat pelatihan teknologi. Dalam pelaksanaan program ini, mitra SMK diharapkan untuk menyiapkan peralatan pendukung dalam pelaksanaan pelatihan yang terdiri dari alat, bahan dan tempat kerja. Penyiapan bahan untuk operasional selama diadakannya pelatihan disediakan oleh mitra. Sedangkan untuk peralatan yang belum ada, akan disiapkan oleh tim pelaksana. Tenaga pengajar pada tiap sekolahan dipilih dari guru produktif tiap sekolah. Mitra berperan aktif untuk menjadi pengelola dan pelatih dalam perintisan pusat pelatihan teknologi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan IbM ini dilaksanakan dalam empat tahap, seperti telah dijabarkan pada bagian metode pelaksanaan di atas. Bagian ini akan menjelaskan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan kegiatan IbM ini. Pada tahap 1, telah dilaksanakan diskusi antara tim pelaksana dengan SMK mitra. Diskusi melibatkan Kepala Sekolah mitra, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang Kurikulum, dan Wakasek bidang Sarana Prasarana. Diskusi dengan SMK Mutu Sukoharjo dilaksanakan pada 9 April 2016 bertempat di Sukoharjo. Adapun diskusi dengan mitra SMK Muda Borobudur dilaksanakan pada 16 April 2016 bertempat di Magelang. Diskusi antara tim pelaksana dengan SMK mitra menyepakati untuk menginisiasi teknologi produksi berbasis otomasi sebagai keunggulan lulusan dari SMK mitra. Dari hasil identifikasi awal, pusat pelatihan teknologi yang telah siap untuk dirintis adalah pelatihan desain teknik (engineering design) dan proses pemesinan (machining process). Untuk desain teknik, pusat pelatihan lebih diarahkan pada gambar desain menggunakan softwaresolidwork. Solidwork merupakan perangkat lunak untuk membuat desain teknik, yang belum diajarkan pada kurikulum SMK. Namun demikian, perangkat lunak ini telah banyak digunakan di dunia industri. Adapun untuk proses pemesinan, pusat pelatihan akan diarahkan pada proses pemesinan dengan menggunakan peralatan modern berbasis Computer Numerical Control (CNC), dengan penerapan HSM-Xpress untuk konversi bahasa gambar Solidwork kepada bahasa mesin NC programming dan penggunaan interface Mach-3 untuk eksekusi di dalam mesin CNC. Oleh karena itu, perintisan pusat pelatihan teknologi dimulai dengan penguasaan perangkat lunak (software) untuk gambar desain dengan Solidwork, pemrograman control numeris dengan HSM Express dan bahasa pengendalian mesin CNC router dengan Mach-3. Selain itu, juga diusulkan untuk pelatihan proses produksi komponen kampas rem. Pada tahap 2, tim pelaksana menyusun beberapa modul pelatihan yang telah disepakati. Modul pelatihan telah disiapkan dengan baik sebanyak 15 jilid buku, terdiri atas 12 modul untuk Solidwork, 1 modul HSM Express, 1 modul untuk Mach-3, dan 1 modul produksi komponen kampas rem. Penyusunan modul dilaksanakan dalam waktu sekitar 1 bulan. Tahap ketiga adalah pelatihan materi kepada beberapa guru SMK Mutu dan SMK Muda sesuai dengan modul yang telah disusun.pelatihan perangkat lunak Solidworks, HSM X-press, dan Mach-3 ini dilaksanakan secara terpisah, baik di SMK Mutu dan di SMK Muda, karena jumlah peserta yang cukup banyak. Pelatihan perangkat lunak tersebut di SMK Muda dilaksanakan pada 20 22 Juli 2016, yang diikuti oleh 24 peserta. Adapun pelatihan perangkat lunak tersebut di SMK Mutu dilaksanakan pada 1 3 Agustus 2016, yang diikuti oleh 15 peserta. Pada sesi terakhir pelatihan, peserta diuji kemampuan dalam mengoperasikan ketiga software tersebut. Ujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat penyerapan materi pelatihan oleh para peserta. Peserta diberi tugas untuk membuat gambar desain yang telah ditentukan dengan menggunakan software yang dipelajari. Dari hasil pengujian tersebut, peserta mampu menunjukkan tingkat penyerapan baik sebanyak 28%, tingkat penyerapan cukup baik 64%, dan tingkat penyerapan kurang 8%. Beberapa hal diduga menjadi faktor yang menyebabkan beragamnya tingkat penyerapan, diantaranya singkatnya waktu pelatihan, faktor usia peserta dan tingkat pendidikan peserta. Pelatihan proses produksi komponen kampas rem dilakukan secara bersama-sama di Laboratorium Teknik Mesin UMS, pada tanggal 10 September 2016, dengan diikuti oleh 12 orang 564

peserta. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang telah tersedia di laboratorium tersebut, khususnya untuk molding dan mesin press kapasitas tekanan 10 bar. Jumlah peserta dibatasi karena keterbatasan peralatan yang dimiliki. Tahap keempat adalah pelatihan tentang pengelolaan laboratorium sekolah menuju pusat pelatihan teknologi. Kegiatan pelatihan dilaksanakaan di Fakultas Teknik UMS, pada tanggal 4 5 Oktober 2016. Pelatihan dibagi dalam 3 (tiga) sesi, yang berisikan materi: (1) manajemen laboratorium, (2) manajemen unit produksi, dan (3) manajemen pusat pelatihan teknologi. Kegiatan pelatihan mengenai pengembangan fungsi laboratorium sekolah diikuti oleh 19 orang guru, yang sebagian besar berasal dari SMK Mutu dan SMK Muda. Beberapa guru yang lain berasal dari SMK Muhammadiyah se-wilayah Kab.Sukoharjo. Mereka sangat antusias untuk mengikuti pelatihan dan pendalaman materi yang disampaikan. Hal itu terlihat dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada pemateri, ketika mereka kurang memahami materi yang disampaikan atau ingin mendapatkan wawasan yang lebih luas. Sebagian besar pertanyaan terkait dengan masalah tata kelola laboratorium yang baik, pengendalian kualitas proses kegiatan yang ada di laboratorium, dan juga terkait program sertifikasi keahlian yang dapat diselenggarakan oleh laboratorium sebagai pusat pelatihan teknologi. Meskipun peserta kegiatan pelatihan manajemen laboratorium diikuti oleh berbagai SMK Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Sukoharjo, untuk kegiatan pendampingan hanya dilakukan pada SMK Mutu dan SMK Muda. Pendampingan dilakukan kepada kepala laboratorium dan tenaga teknis (tool-man) yang ada di kedua SMK tersebut. Pendampingan dilakukan untuk penyiapan laboratorium sekolah sebagai pusat pelatihan teknologi. Kepala laboratorium dan tenaga teknis diberikan tugas untuk mendata sumber daya yang ada di laboratorium masing-masing, meliputi jenis peralatan dan spesifikasinya, yang dapat dimanfaatkan untuk sarana pembelajaran pada pusat pelatihan. Indikator keberhasilan dari kegiatan IbM ini adalah: 1. Kemampuan untuk memahami fungsi laboratorium sekolah. Dari ketiga fungsi laboratorium yang telah disampaikan, yaitu sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar, sebagai sarana unit produksi, dan sebagai pusat pelatihan teknologi. Sebelum pelatihan, sebagian besar peserta melihat laboratorium hanya sebagai sarana untuk penunjang proses belajar mengajar saja. Setelah mengikuti pelatihan, mereka memahami bahwa laboratorium memiliki potensi besar untuk dikembangkan pemanfaatannya, khususnya untuk pusat pelatihan teknologi. Pusat pelatihan teknologi ini memungkinkan sarana laboratorium dimanfaatkan untuk program keselarasan teknologi. 2. Kemampuan untuk memahami pengelolaan sumber daya laboratorium. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan, mereka tergerak untuk menggali potensi yang ada pada sumber daya laboratorium sekolah, dan kemudian melakukan perintisan laboratorium sebagai pusat pelatihan teknologi. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam upaya perintisan pusat pelatihan teknologi di SMK Mutu dan SMK Muda, dapat disimpulkan bahwa: 1. Program IbM ini dinyatakan berhasil berdasarkan indikator capaian yang ditentukan, yaitu tersedianya modul pelatihan, tersedianya tenaga pelatih yang menguasai modul pelatihan, dan artikel publikasi yang disampaikan pada forum seminar nasional. 2. Peserta pelatihan bertambah wawasan pemanfaatan fasilitas laboratorium sekolah. Selain untuk sarana penunjang pembelajaran dan sebagai unit produksi, peserta memahami bahwa fasilitas laboratorium dapat dimanfaatkan untuk pusat pelatihan teknologi. Upaya untuk persiapan pemanfaatan laboratorium sebagai pusat pelatihan teknologi perlu dilakukan dengan memperkuat kesiapan SDM sebagai tenaga pelaksananya. 3. Program kegiatan IbM ini perlu dilanjutkan dengan pelatihan lanjutan untuk persiapan pengelolaan pusat pelatihan teknologi jika akan didirikan di masing-masing sekolah. Pelatihan 565

kompetensi teknologi juga perlu diberikan kepada para guru SMK yang akan dijadikan tenaga pelatih pada pusat pelatihan teknologi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Budiman, A, 2014, Menyiapkan Guru Profesional di SMK Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke-7, FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 12 sd. 15 November 2014. Fahrudin, M, 2015, Pemberdayaan Guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sakti Gemolong Kabupaten Sragen. Thesis Magister. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Munadi, S.; Sukardi, T.; dan Paryanto, 2009, Pelatihan Teknologi Pengujian Geometrik Mesin Bagi Guru SMK Swasta untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Kerja Mesin. Laporan Kegiatan PPM. Universitas Negeri Yogyakarta. Putra, R.S., 2011, Pusat Penelitian dan Pelatihan Ilmu Konstrukri dan Teknologi Bangunan di Yogyakarta. Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sarjilah, 2005, Makna Pengembangan Manusia Pada Pelatihan Guru. Online pada: http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/195709251984031- ADE_SADIKIN_AKHYADI/KaryaTulis-MaknaPMTakeHome.pdf, diakses pada 21 Maret 2016. Sujianto, 2013, Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan/Continuing Professionality Development (CPD) Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Rumpun Teknologi se-malang Raya. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 1 (2), Juni 2013, hal. 159-170. 566