BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawat adalah melaksanakan pendidikan kesehatan dalam

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multidisiplin.

BAB II TINJAUAN TEORETIS. dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001). mengandung arti control yang diterjemahkan ke dalam bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

A. Kriteria Discharge Planning Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri dilakukan kepada :

Lampiran 2

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan merupakan salah satu bentuk kinerja nyata untuk mendapatkan

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

KRITERIA PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. pada beberapa Negara industri maju dan Negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungan dan harus. 2005). Menurut Almborg, et al (2010), pemberian discharge

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Discharge Planning. menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENTINGNYA DISCHARGE PLANNING DI RSUDZA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran

a. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu : 1) Data Dasar Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pert

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama individu untuk berekreasi dan

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan penelitian dengan judul Gambaran Pelaksanaan Discharge

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

FAKTOR PERSONIL DALAM PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PERAWAT RUMAH SAKIT DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG MANFAAT DISCHARGE PLANNING

Hubungan Antara Perencanaan Pulang Dengan Kepatuhan Pasien Tentang Jadwal Kontrol pasien Di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Provinsi Jawa tengah

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KEPUASAN PASIEN DIABETUS MULLITUS DI RUANG RAWAT RUMAH SAKIT PERSAHABATAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyakit yang ada. Salah satu diantaranya adalah Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan yang terus meningkat dari pasien. Berbagai permasalahan bertambah

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Penyakit kanker sangat. kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker.

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca rawatan (Carpenito, 2009 ; Kozier, 2004). Sedangkan menurut Nursalam & Efendi (2008) discharge planning merupakan proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke lingkungannya. Dengan demikian discharge planning merupakan tindakan yang bertujuan untuk dapat memandirikan pasien setelah pemulangan. Menurut Discharge Planning Association (2008) tujuan dari discharge planning adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik pasien untuk dapat mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang. Discharge planning juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan yang berkualitas (Nursalam, 2011). Namun, saat ini masih ditemukan berbagai masalah terkait pelaksanaan discharge planning. Permasalahan discharge planning tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia. Data dunia melaporkan bahwa sebanyak (23%) perawat di Australia tidak melaksanakan discharge planning, di Inggris 1

2 bagian barat daya juga menunjukkan bahwa (34%) perawat tidak melaksanakan discharge planning (Graham et al., 2013 ; Morris et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, sebanyak (61%) perawat di Yogyakarta tidak melaksanakan discharge planning. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa sebanyak (54%) perawat tidak melaksanakan discharge planning (Zuhra, 2016 ; Okatiranti, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Betty (2016) di RSAM Bukittinggi menunjukkan sebanyak (38%) responden mengatakan pelaksanaan discharge planning kurang baik. Dari beberapa hasil penelitian diatas membuktikan bahwa pelaksanaan discharge planning belum terlaksana dengan optimal. Pelaksanaan discharge planning merupakan bagian dari tugas perawat. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan discharge planning yang juga menentukan keberhasilan proses discharge planning tersebut (Tomura et al., 2011). Menurut Owyoung (2010), peran perawat dalam pelaksanaan discharge planning yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien secara spesifik, serta mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Pelaksanaan discharge planning yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan pasien. Discharge planning diperlukan untuk memberikan motivasi dalam mencapai kesembuhan pasien (Moran et al., 2005). Discharge planning

3 sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dirumah sakit, sehingga perlu dipersiapkan oleh perawat dan dilakukan sedini mungkin. Discharge planning yang diberikan secara dini akan memberikan dampak terhadap pemendekan lamanya perawatan pasien di rumah sakit, dapat memberikan dampak pada penurunan anggaran biaya rumah sakit, dapat menurunkan angka kekambuhan setelah mereka pulang dari rumah sakit, dan dapat memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan dengan tepat waktu (Swanburg, 2000). Hasil penelitian di Inggris yang dilakukan oleh Shepperd et al. (2010), menyatakan bahwa pasien yang diberikan intervensi discharge planning terjadi peningkatan pengetahuan dibandingkan dengan pasien yang menerima pemulangan secara rutin. Oleh karena itu diperlukan pelaksanaan discharge planning yang benar. Pelaksanaan discharge planning yang diberikan secara tidak benar dapat mengakibatkan kerugian bagi pasien. Menurut Kozier (2004) discharge planning yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di rumah. Hal ini didukung oleh data dari Family Care Giver Alliance (2010) yang menunjukkan bahwa akibat dari pelaksanaan discharge planning yang tidak benar, sebanyak (40%) pasien mengalami lebih dari 65 kesalahan pengobatan setelah meninggalkan rumah sakit, dan (18%) pasien yang dipulangkan dari rumah sakit dirawat

4 kembali di rumah sakit dalam waktu 30 hari. Hal ini menunjukkan dampak besar dari pelaksanaan discharge planning yang tidak baik. Discharge planning merupakan bagian dari pelayanan kepada pasien serta keluarga. Proses pelaksanaan discharge planning dimulai sejak tahap pengkajian dan dikatakan efektif jika mencakup pengkajian yang berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan, penatalaksanaan dari perencanaan, sampai dengan adanya evaluasi dari kondisi pasien selama mendapatkan perawatan di rumah sakit (Kozier, 2010). Perawat perlu mengetahui apa yang akan disampaikan dan cara yang baik dalam melaksanakan discharge planning. Teknik pendekatan yang digunakan dalam discharge planning difokuskan pada 6 area penting yang dikenal dengan istilah METHOD (Medications, Environment, Treatment, Health Teaching, Outpatient Referal, Diet). Tujuan dari komponen ini agar pasien dan keluarga mengetahui tentang obat yang diberikan, lingkungan yang baik untuk pasien, terapi dan latihan yang perlu untuk kesehatan pasien, informasi waktu kontrol ulang dan pelayanan di komunitas serta diet (Timby, 2009). Menurut Potter & Perry (2005) discharge planning yang berhasil merupakan suatu proses yang terfokus dan terkoodinasi serta memberikan kepastian bahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh

5 perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit. Keberhasilan pelaksanaan discharge planning tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor. Menurut Poglitsch et al. (2011) menyatakan terdapat tiga faktor yang berkontribusi, yaitu 1) Peran dan dukungan tenaga kesehatan lain, pasien, keluarga 2) komunikasi antara perawat dan pasien 3) waktu yang dimiliki oleh perawat untuk melaksanakan discharge planning. Sedangkan Reshidi et al. (2016) menyatakan bahwa hanya terdapat satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu: 1) masalah komunikasi antara perawat dan pasien. Sementara Gibson (1987) dalam Ilyas (2002) menyatakan bahwa pelaksanaan discharge planning dipengaruhi oleh faktor kinerja perawat. Ada dua komponen faktor kinerja perawat yaitu 1) karakteristik perawat menyangkut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama kerja, 2) faktor psikologis meliputi sikap perawat dan motivasi perawat. Menurut Poglitsch et al. (2011) faktor peran dan dukungan tenaga kesehatan lain, pasien, keluarga dalam pelaksanaan discharge planning sangat penting dalam perencanaan pulang yang efektif. Keberhasilan standarisasi proses discharge planning merupakan kerjasama tim multidisiplin dan pasien serta pemberi pelayanan (wali, keluarga) yang penting juga harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam pelaksanaan discharge planning bagi pasien. Faktor komunikasi antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan discharge planning termasuk pemberian informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien

6 pulang, dan untuk mencapai tujuan tersebut perawat harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan memperhatikan kendala apa yang timbul dalam komunikasi tersebut. Faktor waktu yang dimiliki perawat untuk melaksanakan discharge planning sangat penting dimiliki perawat karena memberikan kesempatan untuk melakukan pengkajian klien, pengembangan dan pelaksanaan discharge planning. Menurut Reshidi et al. (2016) komunikasi antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan discharge planning sangat penting diperhatikan oleh perawat. Perawat harus mampu memilih komunikasi yang dapat dan mudah dimengerti oleh klien tentang penjelasan mengenai kondisi kesehatan klien. Menurut Gibson (1987) dalam Ilyas (2002) pelaksanaan discharge planning dipengaruhi oleh faktor kinerja perawat. Faktor kinerja perawat dibagi menjadi faktor individu dan faktor psikologis. Faktor individu perawat meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan dan lama kerja. Faktor psikologis meliputi sikap perawat dan motivasi perawat. Sikap perawat dalam pelaksanaan discharge planning merupakan reaksi atau respon perawat tentang pelaksanaan discharge planning bagi pasien. Motivasi perawat dalam pelaksanaan discharge planning berfokus pada faktor atau kebutuhan dalam diri seseorang yang dapat menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku. Berdasarkan konsep diatas dapat diidentifikasi 6 faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu : 1)

7 Karakteristik Perawat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama kerja) 2) sikap perawat dalam melaksanakan discharge planning 3) motivasi perawat dalam melaksanakan discharge planning 4) peran dan dukungan tenaga kesehatan lain, pasien, keluarga 5) Komunikasi antara perawat dan pasien 6) waktu yang dimiliki perawat untuk melaksanakan discharge planning. Hasil penelitian tentang karakteristik perawat menunjukkan bahwa sebanyak (62,9%) perawat melaksanakan discharge planning pada rentang usia 35 tahun (dewasa awal), sebanyak (40%) perawat wanita melaksanakan discharge planning, sebanyak (40%) perawat dengan pendidikan S1 melaksanakan discharge planning, sebanyak (67%) perawat dengan status tidak menikah melaksanakan discharge planning, dan perawat dengan masa kerja 5 tahun melaksanakan discharge planning (Okatiranti, 2015). Penelitian lain yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rofi i (2011) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi dengan pelaksanaan discharge planning. Penelitian yang dilakukan oleh Tahalele (2016) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning yaitu sikap perawat dan komunikasi perawat.

8 Di Indonesia semua pelayanan keperawatan rumah sakit, telah merancang berbagai bentuk format discharge planning. Akan tetapi, discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang (Susmadi & Nurhayati, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Febrianti (2012) yang menyatakan bahwa ada rumah sakit yang sudah memiliki standar operasional discharge planning pasien, namun masih ada juga rumah sakit yang hanya menggunakan dan membuat discharge planning dalam catatan ringkas pasien pulang. RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat adalah rumah sakit milik pemerintah daerah Kabupaten Pasaman Barat yang ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C berdasarkan Keputusan Menteri No. 1070/Menkes/SK/XI/2008. RSUD Pasaman Barat sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kabupaten Pasaman Barat. Jika dilihat dari profil RSUD Pasaman Barat didapatkan data sebanyak (15%) perawat tingkat pendidikannya S1 keperawatan dan (85%) D3 keperawatan. Data lain juga menunjukkan lebih dari separuh perawat berusia 35 tahun (dewasa awal), sebagian besar perawat adalah perempuan, tingkat pendidikan perawat sebagian besar adalah D3 keperawatan, dan lebih dari separuh perawat mempunyai lama kerja 5 tahun. Sebagai rumah sakit baru dan sedang berkembang RSUD Jambak selalu ingin melakukan inovasi dan pembenahan. Kegiatan ini dilakukan

9 demi mencapai tujuan sesuai visi nya menjadikan rumah sakit yang berkualitas sesuai dengan perkembangan iptek untuk mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera. Hal tersebut dapat terwujud dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas pada pasien salah satunya dengan melaksanakan discharge planning dengan optimal. Survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 april 2017 terhadap 6 (enam) orang perawat rawat inap RSUD Jambak Pasaman Barat saat ditanya tentang pelaksanaan discharge planning, 3 (tiga) orang menyatakan bahwa discharge planning pada klien di ruang tersebut hanya dilakukan untuk kelengkapan administrative resume pulang pasien serta dilakukan pada hari kepulangan pasien. Sebanyak 3 (tiga) orang menyatakan tidak mengetahui secara pasti tentang pelaksanaan discharge planning. Dari 6 (enam) orang perawat yang diwawancara semuanya mengatakan belum pernah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan discharge planning, sehingga tidak terarah untuk melaksanakan discharge planning. Hasil observasi tanggal 17 April 2017 pada 6 (enam) format discharge planning yang terdiri dari resume keperawatan yang berisi halhal yang perlu diperhatikan pasien setelah pulang format tidak diisi lengkap dan tidak ada tanda tangan perawat serta pasien atau keluarga. Hasil wawancara peneliti tanggal 20 april 2017 dengan 3 orang pasien yang akan pulang tentang pelaksanaan discharge planning menyatakan bahwa informasi yang telah didapatkannya adalah cara

10 minum obat dan informasi kontrol ulang. Perawatan penyakit dan komplikasinya, aktivitas sehari-hari dan mobilisasi, pelayanan kesehatan di komunitas, diet, tidak dijelaskan secara rinci. Fenomena inilah yang menjadikan landasan untuk dilakukan penelitian tentang analisis pelaksanaan discharge planning dan faktor faktor determinannya pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pelaksanaan Discharge Planning dan Faktor-Faktor Determinannya Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan mengenai bagaimana pelaksanaan discharge planning dan faktor - faktor determinannya pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan discharge planning dan faktor-faktor determinannya pada perawat di ruang rawat inap RSUD jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017.

11 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : a) Mengidentifikasi distribusi frekuensi pelaksanaan discharge planning pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. b) Mengidentifikasi distribusi frekuensi karakteristik perawat meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama kerja dalam pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. c) Mengidentifikasi distribusi frekuensi sikap perawat dalam melaksanakan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. d) Mengidentifikasi distribusi frekuensi motivasi perawat dalam melaksanakan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. e) Mengidentifikasi distribusi frekuensi peran dan dukungan tenaga kesehatan lain, pasien, keluarga dalam pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. f) Mengidentifikasi distribusi frekuensi komunikasi antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017.

12 g) Mengidentifikasi distribusi frekuensi waktu yang dimiliki oleh perawat untuk melaksanakan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. h) Menganalisis hubungan faktor karakteristik perawat meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama kerja dengan pelaksanaan discharge planning pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. i) Menganalisis hubungan faktor faktor pelaksanaan discharge planning (sikap perawat, motivasi perawat, peran dan dukungan tenaga kesehatan lain, pasien dan keluarga, komunikasi antara perawat dan pasien, waktu yang dimilki oleh perawat) dengan pelaksanaan discharge planning pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. j) Menganalisis faktor yang paling dominan terkait pelaksanaan discharge planning pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pengembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap pembelajaran di dalam pendidikan ilmu keperawatan terutama pada mata ajar manajemen keperawatan.

13 2. Bagi pelayanan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang pelaksanaan discharge planning di RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat 3. Bagi penelitian berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi / sumber kepustakaan serta sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen keperawatan, khususnya yang berhubungan dengan discharge planning.