BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

Analisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng.

PT PLN (PERSERO) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA PEJANAN MEDAN MAGNET PADA LAMPU HEMAT ENERGI

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2006, tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Efisiensi tumbuhan dalam meredam Gelombang elektromagnetik (studi kasus di sutt kota bengkulu)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

IDENTIFIKASI PRILAKU DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKIRAR JARINGAN SUTT TRANSMISI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009

2. PERSYARATAN PESERTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016

LAMPIRAN A KUAT MEDAN LISTRIK PADA TITIK UJI A, B, DAN C UNTUK BERBAGAI MACAM JENIS KONFIGURASI KAWAT PENGHANTAR

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi.

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

DASAR INSTALASI LISTRIK. Hasbullah, MT Electrical Engineering Dept. FPTK UPI com Mobile :

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Induksi Elektromagnetik

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PROTEKSI RELAY

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

Baharuddin 2, Ikhwana Elfitri 2 dan Rina Anggraini 3 ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II BUSUR API LISTRIK

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR BESAR MEDAN LISTRIK PADA SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai angka terjadinya petir cukup tinggi. Untuk menghindari/meminimalisir

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

I. PENDAHULUAN. Untuk pengukuran kuat medan listrik dan kuat medan magnet di bawah konduktor

ANALISIS PERBANDINGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN MEDAN LISTRIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

KOKO SURYONO D

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m)

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Transkripsi:

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV yang ditunjukkan untuk menyalurkan listrik dari pusat pembangkit listrik menuju pusat-pusat beban yang jaraknya sangat jauh. Tujuan penaikan tegangan listrik tersebut adalah untuk mengurangi energi listrik yang terbuang akibat diubah menjadi energi panas saat melewati kabel listrik sehingga energi listrik bisa disalurkan secara efisien. Hal tersebut penting dilakukan mengingat keadaan geografis dari Indonesia itu sendiri yang sangat luas dan terdiri atas pulau-pulau dimana tidak semua pulau memiliki sumber daya alam yang mampu diolah menjadi energi listrik sedangkan listrik merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan industri yang harus dibagi secara merata ke tiap-tiap daerah demi mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. SUTET sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu SUTET pipa bawah tanah atau bawah air, dan SUTET konstruksi udara. Indonesia sebagai negara yang berbentuk kepulauan menggunakan kedua jenis SUTET ini, SUTET 31

32 bawah air digunakan untuk mendistribusikan listrik antar satu pulau dengan pulau lain, sedangkan SUTET konstruksi udara digunakan untuk mendistribusikan listrik di darat. Di negara - negara yang memiliki wilayah sangat luas seperti USA dan Rusia digunakan tegangan yang lebih tinggi dari 500kV, dan diistilahkan dengan Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT) yang besarnya berkisar 765kV sampai 1100kV dimana jenis saluran yang digunakan adalah konstruksi udara karena biaya pembuatan serta perawatannya lebih murah dan mudah. Karena SUTET merupakan kawat yang berarus maka tentu saja SUTET menghasilkan medan listrik dan medan magnet dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Berikut adalah dampak-dampak yang ditimbulkan oleh medan listrik pada SUTET yang dapat dirasakan secara kasat mata: Menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar (konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan, Bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik yang kecil, Lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi, Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantar listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan mobil).

33 Dalam pembangunan SUTET juga dikenal istilah ruang bebas dan ruang aman. Ruang bebas adalah ruang yang harus bebas dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Ruang bebas ditetapkan berbeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman adalah ruang yang berada di luar ruang bebas dimana pada ruang aman lahan atau tanahnya yang masih dapat dimanfaatkan. Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat medan magnet sudah dipertimbangkan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku. Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya sesuai kebutuhan pada saat mempersiapkan rancang bangun. Ruang aman dapat diperluas dengan cara meninggikan menara dan atau memperpendek jarak antara menara, sehingga bila ada pemukiman yang akan dilintasi SUTT / SUTET yang akan dibangun berada di dalam ruang yang aman. 3.1. Jarak Bebas Minimum dan Ambang Batas Pada Jaringan SUTET 3.1.1. Jarak Bebas Minimum Jaringan SUTET 500 kv Dalam rangka berpartisipasi membangun instalasi untuk menyalurkan tenaga listrik, transmisi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) / SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi) adalah sebagai salah satu instalasi yang sangat berperan, terutama penyaluran tenaga listrik antar Pembangkit ke Gardu Induk, antar Gardu Induk ke Gardu Induk, yang pada prinsipnya menyalurkan tenaga listrik kepada konsumen yang jauh dari pusat pembangkit listrik.

34 Dengan peran tersebut,dan dengan selalu meningkatnya permintaan atas tenaga listrik oleh konsumen, pembangunan transmisi terus menerus dilakukan oleh kuasa usaha ketenagalistrikan. Untuk menjaga keandalan dan kotinuitas dalam menyalurkan tenaga listrik, pembangunan transmisi tidak hanya menggunakan komponen fisik transmisi, tetapi juga memerlukan kebebasan operasional transmisi tersebut. Karena pengoperasian transmisi sangat dipengaruhi antara lain oleh adanya hujan, angin, impuls petir, fluktuatifnya beban listrik dan benda - benda disekitarnya, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya ruang bebas SUTT dan SUTET. Berikut ini adalah tabel ruang bebas minimum pada jaringan SUTT dan SUTET menurut PUIL 1987 : Tabel 3.1 jarak bebas minimum SUTT/SUTET dengan tanah/benda JARAK BEBAS MINIMUM SUTT/TET DGN TANAH/BENDA NO LOKASI 2 Daerah dgn. keadaan tertentu : SUTT 66 kv (m) SUTT 150 kv (m) SUTET 500 kv SIRKIT GANDA SIRKIT TUNGGAL 1 Lapangan/daerah terbuka 6,5 7,5 10 11 2.1 Bangunan tidak tahan api 12,5 13,5 14 15 2.2 Bangunan tahan api 3,5 4,5 8,5 8,5 2.3 Lalu lintas jalan/jalan raya 8 9 15 15 2.4 Pohon, hutan, perkebunan 3,5 4,5 8,5 8,5 2.5 Lapangan olah raga 12,5 13,5 14 15 2.6 SUTT lain, JTR, telkom,antena dll 3 4 8,5 8,5 2.7 Rel kereta biasa 8 9 15 15 2.8 Jembatan besi, rangka besi,kereta listrik 3 4 8,5 8,5 2.9 Ttk tertinggi kapal saat pasang(lintas air) 3 4 8,5 8.5 PERMENTAMBEN RI No. 01.P/47/MPE/1992 26/06/2011 21:04 noerdayanto/penyaluran PUIL 1987 139

35 ruang bebas Andongan terendah konduktor phasa terbawah : jarak bebas sesuai tabel PERMENTAMBEN No 01.P/47/MPE/92 26/06/2011 21:05 noerdayanto/penyaluran 140 Gambar 3.1 jarak bebas jaringan SUTET ruang bebas Andongan terendah konduktor phasa Terbawah SUTET 500 Kv SIRKIT GANDA : jarak bebas sesuai tabel PERMENTAMBEN No 01.P/47/MPE/92 26/06/2011 21:05 noerdayanto/penyaluran 141 Gambar 3.2 jarak bebas minimum SUTET sirkit ganda

36 ruang bebas Andongan terendah konduktor phasa Terbawah SUTET 500 kv SIRKIT TUNGGAL : jarak bebas sesuai tabel PERMENTAMBEN No 01.P/47/MPE/92 26/06/2011 21:06 noerdayanto/penyaluran 142 Gambar 3.3 jarak bebas minimum SUTET sirkit tunggal 3.1.2. Ambang Batas Pada Jaringan SUTET 500 kv Kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan menggunakan rapat arus yang diinduksi dalam tubuh. Karena arus - arus induksi dalam tubuh tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung maka penentuan batas pajanan diturunkan dari nilai kriteria arus induksi dalam tubuh berupa kuat medan listrik yang tidak terganggu dan rapat fluks magnet. Sementara menunggu ditetapkannya Enviromental Health riteria dari WHO mengenai medan elektromagnetik, pemerintah akan mengadopsi rekomendasi international radiation protection association (IRPA) dan WHO

37 1990 untuk batas pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet 50-60 Hz sebagai berikut : Tabel 3.2 ambang batas medan listrik dan medan magnet No. Klasifikasi 1. Lingkungan kerja : - sepanjang hari kerja - waktu singkat - anggota tubuh (tangan dan kaki) Lingkungan umum : Medan Listrik (kv/m) 10 30 (s/d 2 jam per hari) - Medan Magnet (mili Tesla) 0,5 5,0 (s/d 2 jam per hari) 25 2. - sampai 24 jam per hari - beberapa jam per hari **) 5 10 0,1 (ruang terbuka) 1 Sumber : Rekomendasi IRPA, INIR dan WHO tahun 1990 Standar medan listrik dan medan magnet 50/60 Hz di beberapa negara maju untuk tingkat pajanan terus menerus pada kelompok masyarakat umum (MU) dan kelompok pekerja (KP) adalah sebagai berikut :

38 Tabel 3.3 ambang batas untuk masyarakat umum dan pekerja Standard Medan Listrik (kv/m) Medan Magnet (mt) MU KP MU KP IRPA (1990) 5 10 0,1 0,5 Australia 5 10 0,1 0,5 NHMR (1989) Jerman (1989) 20,6 20,6 5,024 5,024 UK NRPB 12,28 12,28 2,0 2,0 (1989) USSR (1975;. 5-10 1978) USSR (1985). - - 1,76 USA AGIH - 25-1,0 (60 Hz) (1991) Polandia - 15 - - Sumber : IRPA, 1991; Pakpahan, 1992 ; WHO, 1987 Di Indonesia, pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet 50-60 Hz pada tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/ 1992, dengan ketentuan sebagai berikut :

39 Medan Listrik : Tabel 3.4 ambang batas medan listrik pada peralatan rumah tangga Peralatan Medan listrik Peralatan Medan Listrik berjarak berjarak 30 cm 30 cm(kv/m) (kv/m) 1.0in">Selimut listrik 0,500 1.0in">Pengering rambut 0,040 Stereo Set 0,180 TV berwarna 0,030 1.0in">Lemari pendingin 0,060 1.0in">Penyedot debu 0,016 1.0in">Setrika 0,060 1.0in">Lampu pijar 0,002 listrik Medan magnet : Tabel 3.5 ambang batas medan magnet pada peralatan rumah tangga Peralatan Medan Magnet (0,001 x mt) 1.0in"> 3 cm 30 cm 100 cm 1.0in">Pengering 6 2000 0,01 7 0,01 0,3

40 rambut Alat cukur 15 1500 0,08 5 0,01 0,3 Bor listrik 400 800 2 3,5 0,08 0,2 1.0in">Mixer 60 700 0,6 10 0,02 0,025 1.0in">Televisi 2,5 50 0,04 2 0,01 0,15 1.0in">Setrika listrik 1.0in">Lemari pendingin 8 30 0,12 0,3 0,5 1,7 0,01 0,25 0,01 0,025 < 0,01 Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi (No. 01.P/47/MPE/1992) Selain ambang batas yang ditetapkan oleh Departemen Pertambangan dan Energi ( No. 01.P/MPE/1992) di Indonesia juga telah dilakukan standarisasi oleh instansi yang terkait dalam hal ini yakni PT. PLN (PERSERO). PT. PLN telah mengeluarkan ambang batas dalam SPLN 112 : 1994 yang memberikan standarisasi untuk ambang batas jaringan transmisi yang dimiliki oleh PLN antara lain ambang batas untuk medan magnet adalah 0,5 mt dan umtuk medan listrik adalah 10 kv/m. baik ambang batas medan listrik dan medan magnet dihitung serta diukur pada ketinggian 1 meter diatas permukaan tanah pada medan yang tidak terganggu.