I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI LADANG DI KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Suprihono, 2003).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

DAFTAR ANGKET. Bapak/ Ibu beberapa saat ditengah kesibukan dan pekerjaan Bapak/ibu sehari-hari.

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

TEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Oleh. Ir. Azri, MSi.

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

VII ANALISIS PENDAPATAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa beras. Beras berkaitan erat dengan kebutuhan rakyat banyak dan dapat dijadikan alat politik. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan beras pun semakin meningkat. Namun, produksi padi cenderung stagnan bahkan menurun dari kondisi kesejahteraan petani itu sendiri juga terus mengalami penurunan (Satria, 2003). Dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan petani perlu memanfaatkan faktor produksi secara efektif dan efisien untuk produksi usahataninya. Efisiensi produksi hendaknya penting diperhatikan oleh petani. Upaya-upaya peningkatan produksi tanaman pangan melalui jalur ekstensifikasi tampaknya semakin sulit. Terbatasnya lahan pertanian produksi dan alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian yang sulit dibendung karena berbagai alasan dan upaya peningkatan produksi tanaman pangan melalui jalur efisiensi produksi menjadi salah satu pilihan yang tepat. Dengan efisiensi petani dapat menggunakan input produksi sesuai dengan ketentuan untuk mendapatkan produksi yang optimum. Hanafie (2010), mengemukakan bahwa upaya petani dalam menjalankan usahataninya sangat efisien merupakan hal yang sangat penting. Sehubungan dengan itu ada beberapa konsep efisiensi, yaitu (1) efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency), dan efisiensi ekonomis (efficiency economic).

Efisiensi teknis tercapai manakala petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Efisiensi harga terjadi bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat mengalokasikan faktor produksinya secara efisien. Ini dapat dilakukan dengan membeli faktor produksi pada harga yang murah dan menjual hasil pada saat harga relatif tinggi. Efisiensi ekonomis terjadi manakala petani mampu meningkatkan produksinya dan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Dengan demikian petani telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamasama inilah yang disebut efisiensi ekonomi. Beberapa jenis padi seperti padi sawah dan padi ladang banyak diusahakan oleh sebagian masyarakat di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu wilayah yang menggusahakan padi ladang di Indonesia yaitu Provinsi Jambi. Provinsi Jambi pada tahun 2015 dengan luas panen 20.007 ha, mampu menghasilkan produksi padi ladang sebesar 55.497 ton dengan tingkat produktivitas sebesar 2,7 ton/ha. Pencapaian produksi pada tahun 2015 ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan produksi padi pada tahun sebelumnya. Kenaikan atau penurunan produksi terjadi sebagian besar disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim yang tidak menentu serta perubahan penggunaan faktor-faktor produksi. Pada dasarnya petani akan mengubah penggunaan faktor-faktor produksi apabila dapat meningkatkan pendapatannya (Lampiran1). Meskipun sumbangan padi ladang terhadap produksi padi di Provinsi Jambi relatif kecil, tetapi padi ladang ditanam hampir diseluruh daerah di Provinsi

Jambi. Bahkan sebagian daerah sangat menggantungkan ketersediaan dan kebutuhan berasnya pada produksi padi ladang. Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu daerah yang mengusahakan padi ladang di Provinsi Jambi. Pada tahun 2014 Provinsi Jambi dengan luas panen padi ladang 24.268 ha sebagian besar (31,18%) yakni 7.569 ha berada di Kabupaten Sarolangun dengan produktivitas 3,18 ton/ha (Lampiran 2). Kabupaten Sarolangun terdiri dari 10 Kecamatan. Usahatani padi ladang di Kabupaten Sarolangun terdapat dibeberapa Kecamatan. Dimana salah satu diantaranya merupakan Kecamatan dengan luas areal tanam padi ladang terbesar di Kabupaten Sarolangun yaitu Kecamatan Pauh. Namun jika dibandingkan dengan tingkat produktivitas padi ladang dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Sarolangun tingkat produktivitas padi ladang di Kecamatan Pauh relatif lebih rendah diantara Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sarolangun. Pada Lampiran 3 menjelaskan bahwa pada tahun 2013 Kecamatan Pauh merupakan kecamatan dengan produksi rata- ratanya terendah yaitu sebesar 2,7 ton/ha. Kecamatan Pauh terdiri dari 10 Desa, dimana dua diantaranya merupakan desa dengan luas areal tanam padi ladang terbesar yaitu Desa Sepintun dan Desa Lubuk Napal. Pemilihan lokasi penelitian di dua desa tersebut selain merupakan desa dengan luas areal tanam padi ladang terbesar, juga karena menurut penyuluh pertanian lapangan di daerah penelitian (PPL) kedua desa tersebut merupakan desa pedalaman karena desa tersebut merupakan desa dengan jarak terjauh dari Kecamatan Pauh dan akses jalan yang belum memadai sehingga masyarakat yang ada dikedua desa tersebut sangat mengantungkan kebutuhan berasnya pada produksi padi ladang.

Pada Lampiran 4 menjelaskan bahwa pada tahun 2010 hingga 2014 produktivitas padi ladang terlihat stabil yaitu 2,75 ton/ha, namun Jika dibandingkan dengan skala produktivitas padi ladang nasional produktivitas padi ladang harusnya mampu mencapai 3,3 ton/ha (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi ladang di Kecamatan Pauh masih rendah. Penggunan faktor produksi yang belum efisien akan berkaitan dengan permasalahan penurunan produktivitas padi ladang. Tenaga kerja masih mengabaikan cara budidaya dan perawatan padi ladang yang baik. Pupuk yang diberikan tidak tepat dosis dan tidak tepat waktu. Penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai ketetapan juga menyebabkan tanaman padi ladang terserang hama dan penyakit. Keterbatasan modal petani dan harga input produksi yang tinggi menjadi penyebab pemberiaan pupuk dan obat-obatan belum efisien. Penggunaan faktor produksi usahatani akan berpengaruh terhadap besar kecilnya hasil produksi. Harga pupuk dan obat-oabatan hampir terus mengalami kenaikan pada Tahun 2015 harga pupuk urea mencapai Rp. 3000/kg, pupuk SP-36 Rp. 2.600/kg dan pupuk KCL Rp.3000/kg. Harga pupuk Urea, SP-36 dan KCL mengalami peningkatan tiap tahunnya. Harga obat-obatan seperti Gromokson dan Round-up mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Harga Gromokson mencapai Rp.60.000/ltr pada Tahun 2015 yang pada tahun 2011 hanya mencapai Rp.40.000/ltr sedangkan harga Roundap pada Tahun 2015 mencapai Rp.50.000/ltr (Lampiran 6). Harga pupuk dan obat-oabatan yang tinggi dapat menyebabkan petani berfikir untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk dan obat-obatan. Hal yang seperti itu dapat menyebabkan produksi padi ladang yang dihasilkan semakin menurun.

Di Provinsi Jambi harga gabah mengalami fluktuasi dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2015 harga gabah mencapai Rp.4.998,28/kg dan mengalami penurunan pada Tahun 2016 sebesar Rp. 4.842,04/kg (Lampiran 7). Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output adalah upaya untuk mencapai indeks efisiensi. Keterbatasan faktor-faktor biaya produksi sebagai alokasi input seperi upah tenaga kerja, biaya pupuk, dan pestisida akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan dalam usahatani padi ladang secara optimal sehingga dari keadaan ini petani dihadapkan pada pilihan penggunaan sumberdaya ushatani dan dituntut menerakan upaya-upaya efisiensi sumberdaya yang terbatas sehingga menguntungkan dalam usahatani padi ladang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan memberikan informasi bahwa permasalahan produktivitas usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun yang rendah diduga berkaitan erat dengan tingkat pengguanaan input yang belum optimal. Rendahnya produktivitas padi ladang tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : penggunaan benih yang berasal dari pertanaman sebelumnya dan tidak bersertifikat varietas yang ditanam merupakan varietas yang sudah lama, pemberian pupuk yang tidak berimbang. Selama ini petani menggunakan benih yang berasal dari pertanaman sebelumnya, kecuali petani mendapatkan bantuan benih dari pemerintah. Dosis penggunaan pupuk kimia tidak sesuai anjuran yang ada karena menurut petani hasil produksinya sama saja. Menurut Izhar (l998) Untuk keperluan 1 hektar diperlukan pupuk anorganik dengan dosis sebanyak 200 kg Urea + 150 kg SP 36 + l00 kg KCL. Di daerah penelitian rata-rata petani hanya menggunakan pupuk seadanya jauh di bawah dosis rekomendasi yaitu pupuk urea

sebesar 79,15 kg per hektar. Petani sering kali menggunakan penggunaan input yang tidak optimal sehingga pemeliharaan dalam aktivitas usahatani tidak memadai padahal penggunaan input/faktor produksi seperti bibit, pupuk dan tenaga kerja secara tepat dan efisien akan memberikan keuntungan kepada petani. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diajukan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. 1.2 Rumusan Masalah Permintaan terhadap komoditas beras diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan produksi diharapkan selain untuk memenuhi kebutuhan konsumen beras, juga dapat meningkatkan pendapatan petani padi. Pendapatan petani akan meningkat salah satunya dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien. Usahatani yang diusahakan khususnya di Kabupaten Sarolangun salah satunya adalah usahatani padi ladang. Kabupaten tersebut merupakan Kabupaten yang memiliki luas panen dan produksi padi ladang terbesar di Provinsi Jambi. Meskipun Kabupaten tersebut merupakan Kabupaten dengan produksi padi ladang terbesar, namun jika dilihat dari produktivitas padi ladang tiap tahunnya produktivitas di Kabupaten tersebut masih rendah. Produktivitas usahatani di Kecamatan Pauh baru mencapai 2,7 ton per hektar (secara nasional 3,3 ton per hektar). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi ladang di Kecamatan Pauh masih rendah.

Tinggi Rendahnya produktivitas padi ladang dapat dipengaruhi oleh penggunaan input atau faktor-faktor produksi dalam suatu usahatani. Penggunaan faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida belum digunakan secara optimal, sehingga proses peningkatan produksi padi ladang menjadi terhambat. Penggunaan faktor produksi sangat erat kaitannya dengan output atau produksi yang diperoleh. Di daerah penelitian rata-rata petani hanya menggunakan pupuk seadanya jauh di bawah dosis rekomendasi yaitu pupuk urea sebesar 79,15 kg per hektar. Penggunaan faktor produksi yang efisien diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan produksi yang maksimum bagi usahatani padi ladang dengan biaya produksi yang minimum. Situasi yang demikian akan terjadi apabila nilai produk marjinal (NPM) faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (P xi ) untuk setiap faktor produksi. Maka dalam hal ini dilakukan pengukuran efisiensi dengan pendekatan efisiensi ekonomi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran umum usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun? 2. Bagaimana respon produksi padi ladang terhadap penggunaan faktor-faktor produksi di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun? 3. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun efisien secara ekonomi? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran umum usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. 2. Mengestimasi fungsi produksi usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. 3. Menganalisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi penyelenggara berbagai jenis usahatani padi ladang di Kecamatan Pauh agar dapat meningkatkan produksi padi secara efisien. 2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi tingkat sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang.