RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Mekanisme Pembekuan Darah

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) METODE SLIDE DENGAN METODE TABUNG (MODIFIKASI LEE DAN WHITE)

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Keadaan fisiologik menunjukan darah selalu berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

R S. D R. H I. A B D O E L M O E L O E K B A N D A R L A M P U N G

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006).

D A R A H DARAH. Jumlah sel darah 10/17/2009 PLASMA PURWO SRI REJEKI. Fungsi Darah : ERITROSIT : Fungsi: 1. Transport O 2. Darah merupakan 8% BB total

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA

CAIRAN TUBUH DARAH (solid) plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

Ratih Hardisari, Supartuti. Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ABSTRACT

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat

makalah pembekuan darah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perdarahan merupakan keadaan yang disebabkan oleh. kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

Tubuh manusia mempunyai kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. baik pada saat anak-anak maupun dewasa. Diakui dan dirasakan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I.

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

Review Sistem Hematology

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

ABSTRAK. EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

Transkripsi:

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 11 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Hemostasis (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Evaluasi hemostasis di laboratorium. b. Interpretasi hasil pemeriksaan komponen - komponen dalam hemostasis. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan cara mengevaluasi hemostasis lewat pengukuran/uji berbagai parameter yang lazim dilakukan di laboratorium. 2. Mahasiswa mampu menginterpretasi data hasil pemeriksaan di laboratorium. Metode : Kuliah dan diskusi Media : OHP Universitas Gadjah Mada 1

EVALUASI HEMOSTASIS DI LABORATORIUM I. Urutan evaluasi perdarahan A. Sebelum melakukan terapi, perlu skrining yang bisa meneguhkan adanya gangguan hemostasis, penggologngan mekanisme dan diagnosis. Prosedur sknining: 1. Bleeding time (BT) 2. Clotting time (CT) 3. Jumlah trombosit 4. Kadar fibninogen B. Diambil dari simpan plasma sitrat beku dengan cara sebagai berikut 1. Pakai tabung plastik, ambil 9 bagian darah segar dan tambahkan 1 bagian Na 3 - sitrat 3,8%, campur, sentnifus, pisahkan plasma, dan disimpan dalam keadaan beku. 2. Prosedur untuk plasma sitrat a. Thrombin time (T.T.) b. Partial thromboplastin time (PTT) c. Prothrombin time (Pro T) d. Specific factor analysis e. Platelet factor 3 test (PF3) C. Plasma kontrol berasal dari hewan normal hendaknya disuntikkan bersama-sama sampel dari pasien untuk laboratorium yang tidak biasa melakukan pemeriksaan rutin. II. Interpretasi data hemostasis A. Evaluasi jumlah dan fungsi trombosit. 1. Jumlah trombosit. a. Bila jumlahnya <100.000/µ1, ini merupakan indikasi trombositopenia. b. Perdarahan jarang teramat-i sampai jumlahnya <40.000 per µ1. c. Trombosit meningkat selama trombositosis aktif, kontraksi lien, perdarahan traumatik akut, perdarahan kronik, misalnya pada ancylostomi asi S. 2. Evaluasi trombosit pada preparat apus. a. Pemeriksaan preparat apus yang di warnai dapat sebagai pengganti penghitungan trombosit. b. Pemeriksaan dengan minyak emersi memper- lihatkan 3-4 trombosit/bidang oli emersi atau beberapa kelompok trombosit pada pemeriksaan dengan perbesaran lemah, dan rasio berkisar 1 trombosit per 20 eritrosit merupakan indikasi jumlah trombosit masih dalam batas normal. Universitas Gadjah Mada 2

c. Rata-rata ukuran trombosit meningkat, menunjukkan produksi yang meningkat. Adanya giant thrombocyte (trombosit raksasa) merupakan indikasi adanya stress trombosit. 3. Pemeriksaan preparat apus sumsum tulang terdapat megakariosit dapat membantu evaluasi kelainan trombosit. a. Pemeriksaan preparat apus terhadap megakariosit (pemeriksaan apus sumsum tulang) menunjukkan jumlah megakariosit normal atau meningkat (pada pasien yang mengalami trombositopenia), ini sebagai indikasi adanya peningkatan konsumsi atau destruksi trombosit jika sembuh, jumlah trombosit akan kembali normal. b. Megakariosit terlalu sedi kit atau tidak ada, tetapi jumlal, trombosit turun pada penderita trombositopenia, hal ini merupakan indikasi adanya penurunan produksi. Kesembuhan bisa tidak terjadi walaupun penyebab utamanya sudah hilang. 4. Fungsi trombosit dapat diuji dengan uji bleeding time; demikian juga pengujian terhadap jumlah trombosit 5. Jika serum tidak dapat antikoagulan), ini merupakan fungsi trombosit atau jumlah 6. Platelet factor 3 (PF3) test. a. Uji ini untuk mengetahui adanya anti thrombocyte antibody dalam serum. b. PF3 test positif, ini merupakan indikasi terhadap immunemediated thrombocytopenia. B. Bleeding Time (BT). 1. Mengukur lamanya perdarahan dengan cara insisi standar pada kulit yang berambut atau membrane mukosa (selaput lendir). 2. Bleeding time naik bisa terjadi pada gangguan hemostasis sebagai berikut: a) Trombositopenia b) Gangguan fungsi trombosit c) Gangguan dinsing pembuluh darah 3. Bleeding time normal terjadi pada keadaan sehat dan hemostasis berikut ini. a) Defisiensi atau hambatan faktor penjendal intrinsik (intrinsic clotting factors). b) Defisiensi atau hambatan faktor sistem gabungan. c) Defisiensi Factor VII extrinsic. C. Clotting (coagulation) time (CT). 1. Mengukur waktu pembentukan jendalan fibrin dalam darah tanpa antikoagulan in vitro. Beberapa prosedur dapat dipakai yaitu Lee-White, activated, dan coagulation-capillary tube, dan nilai normal bervariasi pada masing-masing metode tadi. Universitas Gadjah Mada 3

2. Clotting time naik dapat terjadi pada gangguan hemostasis berikut ini. a) Defisiensi atau hambatan tiap factor intrinsik. b) Defisiensi atau hambatan tiap faktor sistem gabungan. c) Hipofibrinogenemia (jika level <50 mg/dl). 3. Clotting time normal pada keadaan sehat dan beberapa gangguan hemostasis berikut ini. a) Trombositopenia b) Gangguan fungsi trombosit c) Gangguan dinding pembuluh darah. D. Partial thromboplastin time (PTT) 1. Mengukur waktu pembentukan jendalan fibrin (fibrin clot) pada plasma sitrat segar yang telah diberi ca ++ sesudah ditambah contact activator in vitro. 2. Hasil pemeriksaan PTT adalah sama bahkan lebih tepat dan pada clotting time. 3. Peningkatan PTT terjadi hanya apabfla defisiensi faktor sebesar kurang dari 30% normal. Misalnya pada hemophilia carrier dengan 40-60% factor VIII activity normal ----> tidak terdeteksi dengan PTT test. 4. PTT meningkat pada gangguan hemostasis berikut ini: a) Defisiensi setiap faktor intrinsik. b) Defisiensi setiap sistem faktor gabungan. c) Hipofibrinogenemia (<50 mg/dl). d) Hambatan pembentukan fibnin oleh pengobatan dengan heparin. Misal: plasma pasien dicampur dengan plasma normal (1:1), akan menghasilkan PTT normal jika gangguannya berupa defisiensi, tetapi PTT tetap tinggi jika gangguannya disebabkan oleh hambatan heparin. E. Prothrombin time (Pro T) 1. Waktu yang dipenlukan untuk pembentukan fibrin dalam plasma sitrat segar yang diberi Ca ++ lagi, sesudah ditambah dengan tissue tromboplastin in vitro. 2. Pro T meningkat pada gangguan hemostasis berikut ini: a) Defisiensi factor VII. b) Defisiensi setiap sistem faktor gabungan. c) Hipofibrinogenemia (level <50 mg/dl). d) Hambatan heparin (adanya terapi heparin). Universitas Gadjah Mada 4

F. Kadar fibrinogen 1. Hipofibrinogenemia, (kurang dan 100 mg/dl) akan tejadi gangguan hemostasis berikut ini: a) Fibrinolisis yang berlebihan. b) Defisiensi fibrinogen kongenital. 2. Hiperfibrinogenemia terjadi pada kasus keradangan, penyakit neoplasia dan dehidrasi (bersifat relatif). a) Perubahan tersebut paling konsisten pada sapi. b) Dehidrasi dapat menyebabkan kenaikan yang sedang dan dapat dibedakan dengan hiperfibrinogenemia sejati dengan menghitung raslo plasma protein (PP) dan fibrinogen (F) (PP/F). Misal: PP = 8,4 g/dl F = 600 mg/dl PP/F = 8,4 : 0,6 = 14 (1) PP/F >15, konsistensi dengan dehidrasi atau normal. (2) PP/F <10, kadar fibrinogen benar-benar meningkat. G. Thrombin time (TT) 1. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan jendalan fibrin dalam plasma sitrat segar yang telah diberi Ca lagi, sesudah ditambah trombin in vitro. 2. TT meningkat pada: a) Hipofibrinogenemia b) Hambatan polimerisasi fibrinogen. Misalnya, konsentrasi produk degradasi fibrin meningkat, heparinisasi. H. Konsentrasi produk degradasi fibrin. 1. Dapat diukur kualitatif dan kuantitatif. 2. Konsentrasi produk degradasi fibrin meningkat terjadi pada waktu fibrinolisis meningkat atau berlebihan. Universitas Gadjah Mada 5

Universitas Gadjah Mada 6