BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dipengaruhi oleh pertumbuhan lembaga pelayanan dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. dinamika organisasi. Perusahaan yang menyadari bahwa sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seorang karyawan tentunya memiliki berbagai keinginan atau motivasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. lebih efisien dan efektif melalui tindakan individu-individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan juga merupakan faktor krisis yang dapat menentukan maju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

Bab 2 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya manusia bagi perusahaan merupakan pilihan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menjalankan operasional guna mencapai tujuan yang

II. LANDASAN TEORI. dan terorganisir sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik. pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mempersiapkan sumber daya yang berkualitas, salah satunya sumber

I. PENDAHULUAN. kinerja individu dalam organisasi. Setiap individu dalam organisasi, ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju. Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena terbukti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik perusahaan besar, swasta maupun pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah masuk dalam berbagai aspek kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan sumberdaya manusia dengan memperhatikan kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Sumber daya manusia merupakan unsur yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Beban Kerja, Kompensasi,

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan dituntut untuk terus meningkat. Salah satu langkah untuk. dan unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasaan kerja merupakan hal. kepuasan yang berbeda-beda seseuai dengan sistem nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di instansi dirasa nyaman, tenang, dan bebas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan service company yang bergerak dalam bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perusahaan, karena turnover akan menyebabkan kerugian yang lebih besar

I. PENDAHULUAN. menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PADA TIM PENGEBORAN EKSPLORASI EMAS PT X. Rizky Nur Vitasari

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung efektivitas dan efesiensi organisasi (Handoko, 1998).

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

Karaktersitik individu memang memiliki peran terhadap produktivitas. Hal ini didukung oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan atau kegagalan organisasi pada dasarnya. dipengaruhi oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah faktor

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. dicapainya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu membentuk suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara 2005). Kinerja juga dikenal dengan istilah karya, dimana pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika (2005): Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik atau non material. Kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau aktual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja karyawan adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) yang dicapai SDM per satuan periode waktu dalam 19

20 melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, kompensasi (finansial dan non finansial), struktur dan desain pekerjaan. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. Serta faktor Individu yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang individu dan demografi (Gibson, 1987). Dari beberapa pengertian tersebut maka disusun landasan teori bahwa antara kinerja karyawan dan faktor demografi keduanya saling berhubungan. Menurut Gibson (1987) Faktor Individu - Kemampuan dan keahlian - Latar belakang Individu - Demografi KINERJA Gambar 2.1 Kerangka Teori Kinerja

21 2.1.2. Kepuasan Kerja Menurut Locke (As ad, 1995) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung kepada discrepancy antara should be(expectation, need, atau value) dengan apa yang menurut perasaannya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya (Robbins, 2009). Kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan. Pendapat lain mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima (Luthan, 1995). Davis (dalam Husnawati, 2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan perilaku. Karena perasaan terkait dengan sikap seseorang, maka kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai sikap umum

22 seseorang terhadap pekerjaan dan harapannya pada organisasi tempat ia bekerja. Kebanyakan studi menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya sampai umur 60 tahun (Robbins dan Judge, 2008). Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita, dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As ad, 1995). Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan (masa kerja) dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008). Harold E. Burt mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu : 1. Faktor hubungan antar karyawan, antara lain : a. Hubungan antara manager dengan karyawan b. Faktor fisis dan kondisi kerja c. Hubungan sosial diantara karyawan d. Sugesti dari teman kerja

23 e. Emosi dan situasi kerja 2. Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan : a. Sikap orang terhadap pekerjaannya b. Umur orang sewaktu bekerja c. Jenis kelamin 3) Faktor - faktor luar (extern), yang berhubungan dengan : a. Keadaan keluarga karyawan b. Rekreasi c. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya) ( As ad, 1995). 2.1.3. Faktor Demografi Anderson (dalam H. Syahmasa, 2002) menyatakan bahwa komunitas atau suatu kelompok komunitas tertentu sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografi seperti umur, jenis kelamin, suatu perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan dan sosial budaya. Hasil penelitian H. Syahmasa menyatakan bahwa umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja.

24 2.1.3.1.Masa Kerja Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja. Berdasarkan pasal 50 Undang Undang Ketenagakerjaan, hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh karena itu perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada ketentuan yang sudah disepakati bersama. 2.1.3.2. Tingkat Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang- Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

25 akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003). Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu seperti: 1. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD / sederajat, SLTP/ sederajat. 2. Pendidikan lanjut meliputi : a. Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan; b. Pendidikan tinggi yang meliputi diploma, sarjana, magister, doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 2.1.3.3. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan perbedaan antaraperempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Perbedaan jenis kelamin ini bisa dengan mudah dikenali dari tampilan fisik seseorang. Berbeda dengan hewan dan tumbuhan, manusia hanya

26 mengenal 2 jenis kelamin yaitu laki-laki (pria) dan perempuan (wanita). 2.1.3.4. Usia Menurut kamus besar bahasa Indonesia usia diartikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Suryabrata, (1998) usia dikategorikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 0 s/d 1 tahun : bayi 2 s/d 5 tahun : balita 6 s/d 12 tahun : kanak-kanak akhir 13 s/d 17 tahun : remaja awal 17 s/d 18 tahun : remaja akhir 18 s/d 40 tahun : dewasa awal 40 s/d 60 thun : dewasa madya > 60 tahun : usia lanjut 2.2. Penelitian Terdahulu H. Syahmasa pada tahun 2002 melakukan penelitian dengan judul Analisis hubungan faktor demografi dan motivasi dengan kinerja kader dalam berperan serta meningkatkan pelayanan keperawatan di Posyandu wilayah Puskesmas

27 Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dari 6 faktor demografi yang dipilih yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan, yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja adalah umur, lamanya bekerja dan tingkat pendapatan. Ade Ira Zahriany Nasution pada tahun 2009 melakukan penelitian dengan judul Pengaruh karakteristik individu dan psikologis terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari karakteristik individu (umur, jenis kelamin, lama kerja) dan psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi), variabel pengetahuan dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam kelengkapan rekam medis, sedangkan variabel umur, jenis kelamin, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh signifikan. Kasiana H. Saragih pada tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, dan Masa Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Pelaksana Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kantor Pusat Medan.

28 Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara usia dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara masa kerja dengan kepuasan kerja. 2.3. Pengembangan Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan, tetapi kesimpulan itu belum akhir masih harus dibuktikan kebenarannya (Djarwanto, 1996). Tujuan penelitian menggunakan hipotesis adalah agar dalam penelitian tersebut peneliti berfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi penguji hipotesis. 2.3.1. Hubungan masa kerja dengan kinerja karyawan Semakin lama masa kerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga senioritas dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja ( Robbins, 1996). Sementara menurut Gibson, dkk (1997), masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama

29 seseorang bekerja di suatu perusahaan, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat. Hal dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan perusahaan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lamanya masa kerja karyawan akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Harusnya semakin lama masa kerja seseorang akan membuat kinerjanya semakin membaik karena skill atau kemampuannya semakin meningkat. Namun pada kasus tertentu ada kalanya juga semakin memburuk. Hal ini bisa saja terjadi karena mereka merasa jenuh, bosan atau cenderung malas untuk melakukan pekerjaan yang sama selama dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui apakah masa kerja karyawan di sebuah organisasi itu berpengaruh positif atau negatif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut : H 1 : Ada hubungan positif antara masa kerja dan kinerja karyawan.

30 2.3.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja karyawan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kinerja karyawan. Seseorang yang bekerja pada bidang yang sesuai dengan tingkat pendidikannya akan bagus kinerjanya. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang pekerjaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya, kinerjanya akan buruk. Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu, akan membuat seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas bahwa pendidikan akan mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan tinjauan diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan kinerja karyawan. 2.3.3. Hubungan jenis kelamin dengan kinerja karyawan Umumnya kinerja wanita dan pria itu tidak sama. Hal ini dikarenakan baik pria maupun wanita mempunyai kelebihan dan

31 kekurangan masing-masing. Dalam bidang tertentu bisa jadi kinerja wanita dianggap lebih bagus tapi produktifitasnya kurang maksimal. Hal ini bisa terjadi dikarenakan wanita biasanya akan jauh lebih berhati sehingga produktivitasnya tidak begitu tinggi, tapi berbeda dengan pria karena punya pandangan harus menghidupi keluarganya maka pria akan cenderung bekerja keras untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya. Sehingga akan menghasilkan produktivitas yang tinggi tetapi dalam hal kualitas mungkin kalah dibandingkan wanita. Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin akan berpengaruh pada kinerja. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kinerja karyawan. 2.3.4. Hubungan usia dengan kinerja Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kinerja adalah usia karyawan. Secara psikologis semakin dewasa usia seseorang maka kedewasaan dalam bekerja semakin meningkat, demikian juga kedewasaan psikologisnya akan semakin matang (Siagian, 2006). Namun demikian apabila seseorang telah

32 mencapai usia yang sudah tidak produktif maka kemungkinan kinerja orang tersebut dapat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan saat masih muda. Hal ini dapat dikarenakan masa tua merupakan masa dimana tubuh akan mengalami banyak masalah terutama kondisi fisik yang sudah menurun serta penyakit yang mulai menghantui. Hal ini menunjukkan bahwa usia akan berpengaruh pada kinerja. Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H 4 : Ada hubungan positif antara usia dan kinerja karyawan. 2.3.5. Hubungan masa kerja dengan kepuasan kerja karyawan Bukti menunjukkan bahwa masa jabatan dan kepuasan kerja memiliki korelasi yang positif (Robbins dan Judge, 2008). Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga karyawan akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan

33 hidup di hari tua (Kreitner dan Kinicki, 2003). Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut : H 5 : Ada hubungan positif yang signifikan antara masa kerja dan kepuasan kerja karyawan. 2.3.6. Hubungan tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja karyawan Karyawan yang pekerjaannya sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki tentu akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Demikian juga sebaliknya, karyawan yang pekerjaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya akan merasa tidak nyaman dalam bekerja. Jika ada karyawan dengan tingkat pendidikan sarjana pasti tidak nyaman kalau harus menjadi tukang sapu di kantor. Pada akhirnya karyawan tersebut akan berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Berdasarkan uraian ini, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 6 : Ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dan kepuasan kerja karyawan.

34 2.3.7. Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan kerja karyawan Perbedaan jenis kelamin berhubungan dengan terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja. Teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1997) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita, dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As ad, 1995). Adanya perbedaan psikologis antara pria dan wanita menyebabkan wanita lebih cepat puas dibanding pria. Selain itu, pria mempunyai beban tanggungan lebih besar dibandingkan dengan wanita, sehingga pria akan menuntut kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji yang memadai dan tunjangan karyawan (Rizal, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 7 : Ada hubungan positif antara jenis kelamin dan kepuasan kerja karyawan.

35 2.3.8. Hubungan usia dengan kepuasan kerja Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan umur, sekurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cenderung terusmenerus meningkat pada para karyawan yang professional dengan bertambahnya umur mereka, sedangkan pada karyawan yang non professional kepuasan itu merosot selama umur setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun berikutnya (Robbins dan Judge, 2008). Untuk itu peneliti merumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H 8 : Ada hubungan positif antara usia dan kepuasan kerja karyawan. Dari pengembangan hipotesis di atas, dapat diusun hipotesis umum, bahwa diduga ada hubungan yang signifikan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja karyawan. 2.4. Model Penelitian Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, selanjutnya dibentuk model penelitian sebagai acuan untuk

36 pemecahan masalah. Model penelitian yang dibangun ditampilkan dalam gambar sebagai berikut : Faktor Masa Kerja Kepuasan Kerja Tingkat Jenis Kelamin Kinerja Usia Gambar 2.2 Model Penelitian 2.5. Variabel dan Definisi Variabel Penelitian ini hanya akan melihat hubungan antar variabel yaitu hubungan antara faktor demografi dengan kinerja dan kepuasan kerja. Oleh karena itu dalam peneletian ini tidak ada variabel yang dianggap sebagai variabel independen maupun variabel dependen.