BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

MATERI DAN METODE. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sapi-sapi perah tersebut mampu beraklimatisasi dengan iklim Indonesia, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pemerintahan

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI. Lokasi dan Waktu

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu jenis sapi perah

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

disusun oleh: Willyan Djaja

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

disusun oleh: Willyan Djaja

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH mempunyai ciri ciri yaitu warna bulu hitam dengan bercak putih, bulu ujung pada ekor berwarna putih, pada bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas terus ke bawah tanduknya pendek menjurus ke depan (Makin, 2011). Menurut Syarief Sumoprastowo (1985). Bahwa sapi FH memiliki ciri ciri a) warna putih dengan belang hitam, dapat juga dengan belang putih sampai hitam, ekor berwarna putih dan kaki mulai dari bahu atau paha berwarna hitam, b) badan besar, mempunyai kapasitas makan yang banyak, serta sapi betina mempunyai ambing yang besar, c) daya merumput baik apabila digembalakan di padang rumput yang baik dan d) kemampuan memproduksi susunya lebih banyak dibandingkan sapi perah lainya, yaitu mencapai 581,06 liter per laktasi dengan kadar lemak susunya 3,7%. Pemeliharaan sapi perah FH dilakukan pada ketinggian ± 750 m di atas permukaan air laut dan mempunyai temperatur harian rata rata 16-23ºC, kelembaban relatif 70% dan curah hujan 1.800 mm (Direktorat Bina Produksi Peternakan,1981).

4 2.2. Sapi Kering Kandang Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1994). Dikatakan pula oleh Sudono (1983), bahwa kering kandang merupakan salah satu faktor non genetis yang mempengaruhi produksi susu dalam masa laktasi. Sapi harus segera dikering kandangkan walaupun produksinya masih tinggi. Sapi yang tidak dikeringkandangkan produksinya akan menurun sampai 26% dari produksi susu laktasi sebelumnya (Ensminger, 1991). Kering kandang sangat penting bagi induk yang akan melahirkan kembali dalam kondisi tubuh yang lebih kuat, sehat dan produksi susu lebih tinggi maka peternak harus memberikan kesempatan pada induk untuk beristirahat yaitu induk bunting tadi dihentikan pemerahannya (Williamson and Payne 1993). Kondisi tubuh yang baik diharapkan agar induk mampu mengasuh anak yang baru dilahirkan dengan baik. Kering kandang sebagai masa istirahat dan persiapan untuk melahirkan kembali minimal memerlukan waktu 6-8 minggu (Siregar,1993). 2.3. Tujuan Kering Kandang Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing mengembalikan berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Memberi kesempatan pada fectus untuk berkembang lebih normal agar diperoleh pedet yang baik dan mempersiapkan periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun (Ensminger, 1971). Menurut Sudono (1983). kering kandang bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi waktu istirahat pada sapi agar

5 produksi susu periode selanjutnya akan lebih baik selain itu juga untuk mengisi kembali kebutuhan vitamin dan mineral setelah mengalami masa laktasi berat agar sapi tetap sehat serta menjamin pertumbuhan fetus dalam kandungan. Selama kering kandang ini dimaksudkan agar tubuh induk dapat membentuk makanan cadangan berupa vitamin vitamin seperti vitamin A yang dapat dimanfaatkan oleh anak anak lahir yang baru lahir lewat kolostrum bersama antibodi yang sangat penting bagi kesehatan pedet, agar tubuh induk dapat mengisi kembali vitamin vitamin, mineral dan lain lain untuk kebutuhan induk sendiri sehingga kondisinya tetap kuat dan sehat walaupun mengalami masa laktasi yang berat. Agar kondisi tubuh menjadi baik sehingga akan memberikan jaminan kelangsungan produksi susu tetap baik dan bahkan dapat meningkat (Siregar, 1993). 2.4. Sistem Kering Kandang Pengaturan sistem kering kandang pada sapi perah ada dua cara yaitu secara fisiologis dan secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan pengaturan pemberian pakan sedangkan secara mekanis terdiri dari pemerahan berselang pemerahan tidak lengkap dan penghentian pemerahan tiba tiba (Siregar, 1993). 2.4.1. Secara Fisiologis Menurut Siregar (1993), sistem kering kandang secara biologis dilakukan dengan pengurangan pemberian pakan hijauan sampai tinggal satu pertiga bagian

6 dan penghentian konsentrat pada awal kering kandang. Sedangkan pada akhir kering kandang hijauan diberikan seperti jumlah biasa dan diberikan penambahan konsentrat. Pemberian pakan awal kering kandang dilakukan tiga hari sebelum pengeringan dimana pemberian konsentrat ditiadakan serta pemberian hijauan dikurangi sekitar dua pertiga/hari yang berpengaruh terhadap produksi susu (Siregar, 1993). Pada dua sampai tiga minggu pertama pakan hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan pakan penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang didasarkan bobot badan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Standart Kebutuhan zat zat pakan sapi kering kandang (NRC 1978 yang disitasi oleh Soedono, 1983) Bobot badan TDN PK Ca P...kg......gram... 350 3,7000 0,6270 0,0238 0,0169 400 4,1000 0,6940 0,0268 0,0186 450 4,4700 0,7580 0,0286 0,0202 500 4,8400 0,8210 0,0310 0,0220 Pemberian pakan akhir kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum terakhir kering kandang atau menjelang melahirkan. Sapi diberi hijauan dengan kualitas tinggi, sedangkan konsentrat diberikan secara bertahap sampai sapi mampu menghabiskan 1,5 kg untuk 100 kg bobot badan (Blakely dan Bade, 1994). Selama 2-3 minggu periode kering kandang menjelang kelahiran sebaiknya diberikan konsentrat dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melengkapi ransum sapi (Folley et al., 1973).

7 2.4.2. Secara Mekanis Menurut Siregar (1993), pengaturan kering kandang secara mekanis ada tiga yaitu pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap dan penghentian pemerahan secara tiba tiba. Pemerahan secara berselang merupakan cara kering kandang yang cocok untuk sapi perah yang menghasilkan susu lima liter atau lebih (Siregar, 1993). Ditambahkan bahwa pemerahan secara berselang ini dilakukan dengan cara sapi diperah satu hari dan besok tidak diperah, selanjutnya satu hari diperah, dua hari tidak diperah kemudian tiga hari tidak diperah sampai batas waktu pengeringan. Menutut Siregar (1993). Pemerahan tidak lengkap dilakukan dengan cara saat kering kandang dimulai sapi laktasi diperah sampai tuntas selama beberapa hari, kemudian pemerahan secara berselang dengan tetap menyisakan susu sampai diperkirakan tinggal beberapa liter saja. Ensminger, (1991) menambahkan bahwa selanjutnya dengan pemerahan berselang tetapi susu masih tetap disisakan. Penghentian pemerahan secara tiba tiba dapat diterapkan untuk sapi perah yang produksinya rendah serta bebas dari infeksi mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Menurut Siregar (1993), pada penghentian pemerahan secara tiba tiba mencuci bersih puting dan memberikan desinfektan sebagai pencegahan terhadap infeksi bakteri. 2.5. Lama Kering Kandang Menurut Ensminger (1991), lama kering kandang tergantung pada kondisi badan ternak, tingkat produksi, umur ternak dan kualitas hijauan. Sapi pertama

8 kali dikering kandangkan selama 60-65 hari sebelum melahirkan, sedangkan sapi dengan umur lebih dari 4 tahun lama kering kandang sekitar 50-60 hari. Ditambahkan oleh Folley et al. (1973) bahwa lama kering kandang adalah 50-65 hari. Menurut Ensminger (1991), masa kering kandang yang terlalu singkat`akan menurunkan produksi susu pada periode laktasi berikutnya sedangkan lama kering kandang yang terlalu panjang akan mempersingkat masa laktasi saat itu. Ditambahkan pula oleh Siregar (1993), bahwa panjang pendeknya kering kandang akan mempengaruhi tampilan produksi susu masa laktasi berikutnya lebih lanjut dinyatakan bahwa kering kandang yang terlalu pendek akan menyebabkan produksi susu turun 5-10% pada masa laktasi berikutnya, sedangkan kering kandang yang dilaksanakan lebih dari 60 hari tidak akan menambah produksi. Lama kering kandang yang baik untuk menjaga agar laktasi berikutnya tetap tinggi aalah sekitar 60 hari. 2.6. Bahan Pakan Sapi Perah Kering Kandang Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dibeikan kepada ternak sebagai pakan yang berupa bahan organik maupun anorganik sebagian atau seluruhnya dapat dicerna dan tidak mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (Tillman et al., 1998). Siregar (1993), meyatakan bahwa bahan pakan yang diberikan kepada ternak harus dapat memenuhi zat-zat pakan yang diperlukan oleh ternak untuk pokok hidup, produksi dan reproduksi. Blackely dan bade (1994), menambahkan bahwa pakan sapi perah sebaiknya terdiri dari hijauan leguminosa dan non leguminosa yang berkualitas baik (dalam keadaan segar atau

9 jerami) dengan konsentrat yang berkualitas tinggi serta meningkatkan palatabilitas. Hijauan dan konsentrat sebagai komponen utama untuk ransum sapi perah merupakan sumber zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi perah untuk menunjang berbagai fungsi tubuh, supaya zat - zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak dapat terpenuhi maka pakan hijauan dan konsentrat yang diberikn perlu diformulasikan menjadi satu ransum yang seimbang. Hijauan adalah pakan utama untuk ternak sapi yang biasanya terdiri dari hijauan segar, jenis leguminosa maupun rumput. Siregar (1993) dan Muljana (1982). Dinyatakan oleh Ensminger (1996), bahwa hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia karena sesuai dengan sistem perencanaanya. Pemberian pakan pada sapi perah perlu adanya penetapan perbandingan antara hijauan dan konsentrat, hali ini bertujuan untuk pencapaian jumlah produksi yang tinggi dengan tetap mempertahankan kualitas kadar lemak susu dalam batas normal. 2.6.1. Konsentrat Konsentrat adalah suatu pakan atau campuran pakan yang melengkapi zat gizi utama (protein lemak karbohidrat) yang mempunyai kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna serta kadar proteinya dan energinya cukup tinggi (Tillman et al., 1998). Menurut Ensiminger (1991), pakan konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% yang mempunyai nilai zat pakan tinggi dan banyak terdapat biji bijian, hasil pertanian, umbi umbian dan limbah perusahaan atau industribahan pakan yang berasal dari hewan. Konsentrat

10 adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dan keseluruhan pakan dan dimaksdukan untuk dicampur sebagai pelengkap (Siregar, 1993). Pemberian pakan konsentrat pada ternak secara berlebiahan tidak akan meningkatkan produksi susu karena akan lebih menuju ke arah penggemukan (Sudono, 1983). Usaha untuk mencapai produksi susu yang relatif tinggi dengan tetap mempertahankan kadar lemak susu dalam batas normal yang baik yaitu perbandingan pakan untuk konsentrat dan hijauan pada ransum sapi perah kering kandang adalah 40% : 60% (Siregar, 1993). Bekatul merupakan sisa hasil ikutan pada proses penggilingan padi yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena mudah mendapatkannya dan harga relatif murah (Siregar, 1993). Menurut Sutardi (1981), bekatul mempunyai kadar bahan kering 88%. Bahan kering tersebut mempunyai kadar protein kasar 12,8%, TDN 69,9%, Ca 0,0786%, dan P 1,23% Pollard merupakan hasil dari pengolahan gandum menjadi tepung terigu. Meskipun kualitas tidak sebaik bahan pakan yang lainya tetapi Pollard telah banyak digunakan oleh peternak (Tillman et al., 1998). Komposisi zat gizi pollard menurut sutardi (1981), adalah 88,5% bahan kering. Bahan kering tersebut terdiri dari 5,92% abu, 18,5% PK ; 3,86% LK ; 9,78% ; SK 65,9% ; BETN 69,2% TDN ; 0,232% Ca dan 1,1 % P.

11 2.6.2. Pakan Hijauan Hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman yang berupa daun kadang kadang termasuk batang, ranting dan bunga. Termasuk dalam kelompok hijauan adalah legum dan tumbuhan lain (Siregar, 1993) Tillman et al., (1998) menyatakan bahwa bahan pakan hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia dan mengandung serat kasar yang tinggi hijauan dalam ransum sapi perah masih tetap merupakan porsi yang terbesar dan konsentrat hanya sebagai pakan tambahan (Siregar, 1993). Hijauan banyak mengandung zat pakan yang dalam perencanaanya digunakan oleh ternak untuk mensistesis lemak susu (Sutardi, 1981). Ditambahkan oleh Sudono (1983), umumnya nilai nutrisi yang terkandung dalam hijauan sangat rendah tetapi pakan hijauan masih tetap diperlukan. Dalam hal ini hijauan berperan sebagai sumber serat kasar. Konsumsi pakan hijauan tergantung dari bebrapa faktor diantaranya palatabilitas, tersedianya jumlah hijauan dan pengaruh langsung dari lingkungan disekitarnya (Tillman et al., 1998). 2.7. Kebutuhan Zat Pakan Sapi Perah Kering Kandang Tubuh ternak tersusun dari berbagai zat yaitu air, protein, karbohidrat, lemak dan mineral, serta alami untuk hidup pokok maupun produksi susu, ternak memerlukan keseimbangan zat zat tersebut yang diperoleh dari zat zat pakan. Zat zat pakan tersebut adalah air, protein, karbohidrat, lemak mineral dan vitamin (Siregar,1993).

12 Sudono (1983), menyatakan bahwa pakan yang diberikan kepada ternak harus mempunyai zat pakan yang seimbang, mengingat tak satupun bahan pakan yang mengandung semua zat gizi maka disarankan agar penyusunan ransum sebaiknya menggunakan bermacam macam bahan pakan sehingga mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan ternak. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sudono (1983), bahwa bahan pakan yang dapat digunakan adalah bahan pakan yang dapat memberikan semua unsur zat gizi bagi kebutuhan ternak. Menurut Tillman et al. (1998) bila tarakan pakanya tinggi pertumbuhannya juga cepat dan ternak akan mencapai suatu berat spesifik pada umur muda sedangkan pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan sangat parah bahkan akan menyebabkan ternak kehilangan beratnya, ditambahkan pula bahwa kebutuhan pakan dipengaruhi oleh umur, bobot badan, bangsa dan produksinya. Sapi kering kandang membutuhkan bahan kering (BK) 2%, pemberian rumput sekitar 3-4 kg /ekor/hari (Sudono, 1984). Pada awal kering kandang sapi yang mempunyai kondisi yang baik diberi hijauan dengan kualitas baik 5-7 minggu hingga 2-3 minggu sebelum melahirkan ditambah garam dapur atau air minum ditambah dengan tepung tulang. Untuk kondisi sapi yang kurang baik hijauan diberikan 2 3 minggu sebelum melahirkan ditambah konsentrat ± 1,9 kg/ekor/hari, dinaikan bertahap 0,45-0,68 kg/hari/50kgbb.

13 Williamson and payne (1993) menyatakan bahwa kebutuhan zat zat pakan selama periode Steaming up sapi yang kering dilakukan sejak dua bulan sebelum beranak diberikan dalam tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi dan Sapi Kering Kandang Selama Periode Steaming up atau 2 bulan sebelum melahirkan Tambahan untuk kebutuhan pemeliharaan harian selama dua bulan Evaluasi Zat Tepung Protein kasar yang dapat dicerna Kalsium Phospor...kg......gram... 2-3 0,27 17 9 2.8. Kebutuhan Air Minum Air merupakan bagian prosentase terbesar dalam tubuh dan sangat penting fungsinya bagi jaringan tubuh (Anggorodi, 1994) sumber air bagi ternak adalah air minum air yang terkandung dalam bahan pakan dan air metabolik yang berasal dari pemecahan glukosa lemak dan protein (Tillman et al., 1998). Menurut Siregar (1993), bila ternak kekurangan air 10% dari jumlah kandungan air yang terdapat dalam tubuh maka akan menimbulkan ganguan kesehatan sedangkan bila kekurangan air mencapai 20 % akan menimbulkan kematian cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan air minum pada sapi perah kering kandang adalah dengan cara menyediakan air minum terus menerus atau selalu tersedia didalam kandang atau ad libitum, karena kelebihan air tidak menim bulkan efek negatif Sutardi (1981), menambahkan bahwa jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari suhu dan kondisi lingkungan disekitarnya, produksi susu yang dihasilkan serta macam pakan yang diberikan.

14 Pembatasan air minum pada ternak akan mengakibatkan kekurangan jumlah pakan, terutama dalam kondisi lingkungan yang panas yang mempercepat hilangnya air. Perubahan selama hilangnya air tubuh antara lain : terjadinya pertambahan denyut jantung dan naiknya temperatur rektal, bertambah cepatnya pernafasan, terjadinya peningkatan yang cepat berkontraksi larutan darah dan larutan darah berkurang serta peredaran darah menjadi sulit (Tillman et al., 1991). Sapi perah kering kandang sebaiknya diberikan air minum secara ad libitum guna memenuhi kebutuhanya (Anggorodi, 1994). Lebih lanjut dinyatakan bahwa sapi perah harus mendapat air minum yang cukup untuk mengimbangi jumlah air yang hilang karena penguapan air yang dikeluarkan melalui urine, feses, ataupun produksi susu. 2.9. Perawatan Kesehatan Usaha pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui kebersihan kandang, kebersihan ternak, peralatan dan petugas kandang (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Menurut Sudono (1983), gerak badan atau exercise diperlukan oleh sapi kering kandang setiap hari selama satu sampai dua jam dilapangan, untuk mendapatkan sinar matahari. Pengeluaran induk dari kandang sangat berguna karena akan memperbaiki nafsu makan juga memperbaiki daya cerna dan dapat membantu penyumbatan ambing pada waktu melahirkan (Anonymous, 1983). 2.10. Sanitasi Sanitasi kandang sangat penting dan sangat erat berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan kehidupan. Sanitasi dalam usaha petrnakan meliputi

15 perkandangan halaman penggembalaan dan sebagainya. Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat, terbebas dari penyakit menular. Ternak ternak yang diperihara harus dalam keadaan sehat. Orang orang yang memeliharanya juga dalam keadaan sehat (Rianto, dan Purbowanti, 2009). sanitasi yang harus diperhatikan antaranya adalah sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang, sirkulasi udara dapat berlangsung lancar sehingga memudahkan peternak dalam menjaga kebersihan ternak dan kandang (Yulianto dan Saparitno, 2010). 2.11. Penanganan Sapi Kering Kandang Menurut Santosa (1997), pada umur kebuntingan 8 bulan sebaiknya sapi sudah berada pada kandang khusus yang agak luas, bersih dan terang dengan lantai yang telah diberi alas jerami kering yang sebelumnya sudah difumigasi dengan desinfektan. Sapi bunting yang akan melahirkan sebaiknya disediakan tempat khusus yang dapat diawasi (Williamson and payne, 1993). Sapi - sapi betina kering ditempatkan terpisah dari sapi yang diperah dan diberi pakan yang sesuai (Blackely dan Bade, 1994). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada dua atau tiga minggu menjelang kelahiran yang diperkirakan sapi betina induk ditempatkan dalam satu kandang induk.