Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Bunga lili (Lilium spp.) merupakan salah satu komoditas

Teknologi Budidaya Untuk Menghasilkan Bunga Krisan yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Komersial

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... 1

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III.TATA CARA PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

III. MATERI DAN METODE

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

Sistem usaha tani kelapa monokultur dengan hasil utama

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Transkripsi:

Buletin 16 Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN UMBI TERHADAP PEMBUNGAAN LILI Abdul Muhit Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Hias Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 517056, Faks. (0263) 514138 E-mail: balithi@litbang.deptan.go.id Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman lili memiliki bentuk bunga seperti terompet. Masyarakat banyak menggunakan bunga lili sebagai lambang kemurnian dan kesucian. Lili termasuk tanaman hari panjang, yaitu akan berbunga jika terpapar sinar matahari lebih dari 12 jam/hari selama 2,5 bulan (Sanjaya dan Marwoto 2007). Permintaan bunga lili terus meningkat. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan tersebut maka upaya menciptakan kultivar baru dengan memanfaatkan sumber daya genetik lokal perlu dilakukan karena lili lokal memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap iklim tropis (Marwoto et al. 1999). Namun, Indonesia belum memanfaatkan peluang tersebut. Umbi lili umumnya masih diimpor dengan harga yang mahal, selain daya adaptasi lili subtropis terhadap iklim tropis lebih rendah dibanding lili tropis. Umbi lili juga perlu disimpan dalam ruang pendingin (cool storage) sebelum ditanam untuk mematahkan dormansinya. Masalah tersebut menjadi kendala dalam pengembangan lili di Indonesia. Pemecahan dormansi lili asiatik dengan mendinginkan umbi pada suhu 5 C selama 42 hari (6 minggu) mempercepat pertumbuhan tunas yang seragam dan waktu pembungaan (Stimart et al. 1983). Larson (1992) menyatakan, umbi lili perlu disimpan terlebih dahulu dalam ruang berpendingin pada suhu 1,66-7,22 C selama 6 minggu sebelum ditanam dalam pot atau di rumah plastik. Penelitian bertujuan mencari suhu dan lama penyimpanan umbi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan pembungaan lili setelah ditanam di lapangan. BAHAN DAN METODE Percobaan penyimpanan umbi lili dalam ruang pendingin dilakukan di laboratorium Kebun Percobaan (KP) Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Umbi lili yang telah diberi perlakuan pendinginan selanjutnya ditanam di rumah plastik Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Segunung, Cianjur, Jawa Barat dengan ketinggian tempat 1.100 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan berlangsung pada Januari-Desember 2006. Bahan yang digunakan yaitu umbi Lilium longiflorum, serbuk sabut kelapa (cocopeat), pupuk kandang kotoran kuda, Ca(NO 3, KNO 3, SP36, basamid, dan pestisida. Alat yang digunakan yaitu ruang pendingin, baki plastik, plastik mulsa, hand sprayer, penggaris besi, jangka sorong, dan timbangan teknis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan split plot. Petak utama adalah suhu ruang pendingin, yaitu 4 C, sedangkan anak petak adalah lama penyimpanan dalam ruang pendingin, yaitu 2 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu sehingga total ada enam kombinasi perlakuan. Petak-petak perlakuan disusun menurut rancangan split plot dengan tiga ulangan (Gambar 1). Umbi lili dibersihkan sebelum disimpan dalam ruang pendingin. Untuk menghindari kerusakan/kematian, umbi diletakkan pada baki plastik dengan media serbuk sabut kelapa. Baki yang berisi umbi kemudian dibungkus dengan plastik untuk menjaga kelembapan. Gambar 1. Ulangan I Ulangan II Ulangan III Suhu ruangan Suhu 4 C Suhu ruangan 6 minggu 2 minggu 4 minggu 4 minggu 6 minggu 2 minggu 2 minggu 4 minggu 6 minggu Suhu 4 C Suhu ruangan Suhu 4 C 4 minggu 6 minggu 2 minggu 2 minggu 4 minggu 6 minggu 6 minggu 2 minggu 4 minggu Tata letak percobaan teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili, Balithi,

Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili 17 Umbi dari masing-masing perlakuan lalu ditanam di lapangan. Lahan diberi pupuk kandang dengan takaran 2 m 3 / 100 m 2, diikuti dengan pemberian pupuk dasar berupa Ca(NO 3, KNO 3, dan SP36 masing-masing setara dengan takaran 300 kg N, 250 kg K 2 O, dan 300 kg P 2 O 5 /ha. Sebelumnya, lahan disterilisasi dengan basamid 40 g/ m 2 yang disebar merata pada tanah lembap, atau dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 20 g/l air untuk 0,5 m 2, lalu disiramkan ke tanah. Tanah lalu diaduk-aduk, dipadatkan, kemudian ditutup plastik 2 minggu. Setelah itu, tutup dibuka dan tanah diaduk-aduk agar gas yang tersisa menguap. Mulsa plastik dipasang sehari sebelum tanam. Umbi lili ditanam dengan jarak 25 cm x 25 cm atau 16 umbi/m 2. Pupuk susulan diberikan tiga kali, yaitu Ca(NO 3 2 g/l air pada 2 minggu setelah tanam, KNO 3 dan MgSO 4 masingmasing 5 g/l air pada 4 minggu setelah tanam, dan Ca (NO 3 5 g/l air pada 6 minggu setelah tanam. Volume pupuk yang diberikan adalah 5 l larutan pupuk/m 2. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan dengan melihat kondisi tanaman dan lahan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan pestisida dan fungisida seminggu dua kali sesuai kondisi tanaman. Parameter yang diamati dan diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, lama inisiasi bunga, lama bunga siap panen, berat tangkai bunga, dan jumlah kuntum. Tinggi tanaman diukur saat tanaman telah mencapai pertumbuhan vegetatif optimal, yang ditandai dengan munculnya calon bunga. Jumlah daun dihitung mulai pangkal batang sampai pucuk. Diameter batang diukur pada bagian tengah-tengah batang. Lama inisiasi bunga dihitung sejak tanam sampai muncul calon bunga. Berat tangkai bunga diperoleh dari hasil penimbangan seluruh bagian tanaman bunga contoh. Waktu bunga siap panen dihitung dari mulai tanam sampai bunga siap panen, yaitu kuntum bunga telah membuka mahkotanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman rata-rata pada dua perlakuan penyimpanan umbi lili disajikan pada Tabel 1. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 90,1 cm, lebih tinggi dibanding penyimpanan pada suhu 4 C dengan tinggi tanaman 39,8 cm. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan memberikan keadaan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan lili sehingga tanaman tumbuh alami dan optimal. Umbi yang disimpan pada suhu ruang, pertumbuhan vegetatifnya tidak terpengaruh oleh rekayasa lingkungan yang akan mempercepat pertumbuhan generatif. Umbi yang disimpan pada suhu 4 C mengalami pemecahan masa dormansi sehingga mempercepat pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada kondisi seperti ini, tinggi tanaman menjadi rendah namun tanaman cepat berbunga. Perlakuan lama penyimpanan umbi menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda. Pada perlakuan penyimpanan 2 minggu, tinggi tanaman rata-rata 75,5 cm, tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Nilai terendah diperoleh pada perlakuan penyimpanan 6 minggu, yaitu 58 cm. Umbi yang disimpan 2 minggu belum pecah masa dormansinya sehingga cadangan makanan belum tersedia pada saat umbi ditanam. Selama pertumbuhan, tanaman lili melakukan metabolisme secara alami sehingga pertumbuhan vegetatif berlangsung normal dan tanaman tumbuh optimal. Umbi yang disimpan 6 minggu telah pecah masa dormansinya sehingga saat ditanam, umbi telah siap memberikan cadangan makanan untuk pertumbuhan tanaman. Perekayasaan lingkungan memengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu penyimpanan umbi memengaruhi jumlah daun lili (Tabel 2). Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan daun ratarata 186 helai, sedangkan yang disimpan pada suhu 4 C hanya memiliki rata-rata 57,3 helai daun. Penyimpanan pada suhu 4 C dapat memecahkan masa dormansi umbi lili sehingga pada saat ditanam umbi langsung dapat menghasilkan tunas baru. Hal ini diduga umbi telah siap menyediakan makanan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Lama penyimpanan umbi menghasilkan jumlah daun yang berbeda. Jumlah daun terbanyak (rata-rata 125,5 helai) dihasilkan umbi yang disimpan 2 minggu. Pada penyimpanan Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) lili pada perlakuan suhu dan lama Suhu penyimpanan Lama penyimpanan (minggu) ( C 4 6 Suhu ruangan 96,2 85,4 88,8 90,1 Suhu 4 C 54,7 37,5 27,2 39,8 75,5 61,5 58,0 Tabel 2. Jumlah daun (helai) lili pada perlakuan suhu dan lama Suhu ruangan 184 186 188 186,0 Suhu 4 C 67 56 49 57,3 125,5 121,0 118,5

18 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili 2 minggu, umbi belum pecah masa dormansinya sehingga saat ditanam di lapangan membutuhkan waktu sampai umbi benar-benar optimal masa dormansinya. Setelah itu, tanaman tumbuh alami dan optimal, yang ditandai dengan jumlah daun yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu menghasilkan jumlah daun paling sedikit (rata-rata 118,5 helai). Hal ini karena perlakuan penyimpanan 6 minggu mempersingkat masa dormansi sehingga masa pertumbuhan vegetatif lebih singkat dan dilanjutkan dengan pertumbuhan generatif. Perlakuan suhu penyimpanan umbi menghasilkan diameter batang yang berbeda (Tabel 3). Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan diamater batang rata-rata 13,40 mm, lebih besar dibanding yang disimpan pada suhu 4 C, yaitu 6,83 mm. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan lili sehingga batang tumbuh optimal. Lama penyimpanan umbi memengaruhi diameter batang. Penyimpanan umbi selama 2 minggu menghasilkan diameter batang paling besar, yaitu 10,46 mm, dibanding perlakuan lainnya. Umbi yang disimpan 2 minggu belum pecah masa dormansinya sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami dan pertumbuhan vegetatifnya optimal. Tanaman mempunyai diameter batang yang besar dan kokoh. Tanaman yang tumbuh sempurna akan menghasilkan bunga yang banyak dan umbi yang besar. Penyimpanan umbi 6 minggu menghasilkan diameter batang yang kecil (9,87 mm) karena pertumbuhan vegetatifnya lebih singkat. Tabel 4 menyajikan lama inisiasi bunga dari umbi yang disimpan dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda. Umbi yang disimpan pada suhu ruangan memiliki masa inisiasi bunga rata-rata 203 hari, lebih lama dibanding yang disimpan pada suhu 4 C, yaitu 58,7 hari. Penyimpanan umbi pada suhu 4 C memberikan pengaruh yang baik terhadap waktu inisiasi bunga lili sehingga pertumbuhan generatif tanaman menjadi singkat. Dengan demikian, penyimpanan umbi lili pada perlakuan suhu 4 C sebelum ditanam di lapangan akan mempercepat inisiasi bunga 144,3 hari dibanding yang disimpan pada suhu ruangan. Penyimpanan umbi 2 minggu menghasilkan waktu inisiasi bunga terlama, yaitu rata-rata 149,5 hari dibanding perlakuan lainnya. Penyimpanan umbi 2 minggu belum memecahkan masa dormansi sehingga waktu ditanam di lapangan, umbi tumbuh alami. Pertumbuhan vegetatifnya optimal, namun waktu inisiasi bunga menjadi lambat. Perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu memperpendek masa inisiasi bunga menjadi 117 hari, atau 32,5 hari lebih pendek dibanding yang disimpan 2 minggu. Bunga siap dipanen bila kuntum bunga telah membuka mahkotanya (Gambar 2). Berdasarkan data lama bunga siap panen (Tabel 5), perlakuan suhu penyimpanan memberikan nilai yang berbeda. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan, bunga baru siap dipanen pada umur 233 hari setelah tanam, sedangkan umbi yang disimpan pada 4 C, bunga dapat dipanen pada 88,3 hari setelah tanam. Dengan demikian, perlakuan penyimpanan umbi pada suhu 4 C memperpendek waktu panen 144,7 hari dibanding yang disimpan pada suhu ruangan. Lama penyimpanan umbi memengaruhi waktu inisiasi bunga lili. Perlakuan penyimpanan umbi 2 minggu meng- Tabel 3. Diameter batang (mm) lili pada perlakuan suhu dan lama Suhu ruangan 12,73 13,74 13,73 13,40 Suhu 4 C 8,19 6,29 6,01 6,83 10,46 10,02 9,87 Tabel 4. Lama inisiasi (hari) bunga lili pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Suhu ruangan 224 195 190 203,0 Suhu 4 C 75 57 44 58,7 149,5 126,0 117,0 Gambar 2. Bunga lili siap panen, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006

Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili 19 Tabel 5. Lama bunga lili siap panen (hari) pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Tabel 6. Berat tangkai bunga lili (g) setelah panen pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda, Balithi, Suhu ruangan 250 222 227 233,0 Suhu 4 C 106 90 69 88,3 178 156 148 Suhu ruangan 340,8 317,5 369,9 342,7 Suhu 4 C 98,1 54,7 42,2 65,0 219,5 186,1 206,1 hasilkan waktu inisiasi bunga paling lama, yaitu 178 hari. Hal ini karena masa dormansi umbi belum pecah sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami; masa vegetatif lama sehingga waktu panen bunga menjadi lambat. Pada perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu, bunga siap dipanen pada 148 HST. Dengan demikian, penggunaan umbi yang telah disimpan 6 minggu dapat mempersingkat waktu inisiasi bunga lili 30 hari dibanding yang disimpan 2 minggu. Hasil pengamatan berat tangkai bunga lili dengan perlakuan suhu dan lama penyimpanan disajikan Tabel 6. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan menghasilkan tangkai bunga paling berat, yaitu rata-rata 342,7 g. Perlakuan suhu ruangan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lili sehingga berat tangkai bunga optimal. Penyimpanan umbi pada suhu 4 C menghasilkan berat tangkai bunga 65 g. Dengan demikian, perlakuan penyimpanan umbi pada suhu 4 C sebelum ditanam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Penyimpanan umbi 2 minggu menghasilkan berat tangkai bunga tertinggi, yaitu rata-rata 219,5 g. Penyimpanan umbi 2 minggu belum memecahkan masa dormansi umbi sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami. Pertumbuhan vegetatifnya lama sehingga bobot tangkai bunga menjadi tinggi. Penyimpanan umbi 4 minggu menurunkan berat tangkai bunga menjadi 186,1 g. Umbi yang disimpan 4 minggu, pertumbuhan vegetatifnya lebih singkat dibanding yang disimpan 2 minggu. Hasil pengamatan jumlah kuntum bunga per tangkai disajikan pada Tabel 7. Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan jumlah bunga rata-rata 6,7 kuntum, lebih banyak dibanding yang disimpan pada suhu 4 C. Umbi yang disimpan pada suhu ruangan memiliki pertumbuhan vegetatif yang optimal sehingga pasokan makanan pada saat pertumbuhan generatif pun maksimal dan menghasilkan bunga lebih banyak. Umbi yang disimpan pada suhu 4 C hanya menghasilkan dua kuntum bunga. Diduga hal ini disebabkan oleh pertumbuhan vegetatif yang singkat sehingga jumlah bunga yang dihasilkan sedikit. Tabel 7. Jumlah kuntum bunga lili per tangkai pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Suhu ruangan 6 7 7 6,7 Suhu 4 C 2 2 2 2,0 4 4,5 4,5 Pemberian perlakuan lama penyimpanan umbi menghasilkan jumlah kuntum bunga yang berbeda. Jumlah bunga terbanyak (rata-rata 4,5 kuntum) dihasilkan tanaman dari umbi yang disimpan 6 minggu. Rekayasa penyimpanan umbi diduga menjadikan umbi telah siap memberikan cadangan makanan untuk pertumbuhan generatif sehingga jumlah bunga yang dihasilkan banyak. Perlakuan penyimpanan 2 minggu menghasilkan jumlah bunga paling rendah, yaitu rata-rata 4 kuntum, kemungkinan karena pertumbuhan vegetatif yang optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Perlakuan penyimpanan umbi lili pada suhu 4 C selama 6 minggu mempercepat tanaman berbunga, tetapi kualitas bunganya rendah. Perlakuan penyimpanan umbi pada suhu ruangan selama 6 minggu menghasilkan bunga lebih banyak dengan kualitas yang baik sesuai selera konsumen. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dicoba penyimpanan umbi lili pada suhu rendah yang dapat berbunga cepat dan menghasilkan bunga yang berkualitas baik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Singgih Adyantoro, MS. dan E. Dwi Sulistya Nugroho, SP. yang telah memberikan bimbingan dan izin menggunakan sebagian data untuk penulisan makalah ini.

20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili DAFTAR PUSTAKA Larson, R.A. 1992. Introduction to Floriculture. Academic Press, North Carolina. 636 pp. Marwoto, B., M. Dewanti, dan K. Yuniarto. 1999. Hibridisasi interspesifik lili. Laporan RUT VII. Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta. 12 hlm. Sanjaya, L. dan B. Marwoto. 2007. Induksi pembungaan lili dengan GA 3 dan modifikasi fotoperiodisitas. J. Hort. Ed. Khusus (1): 1-9. Stimart, P.D., P.D. Ascher, and H.F. Wilkins. 1983. Axis elongation from tissue-culture-generated bulbets of Lilium longiflorum Thumb. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 108(1): 99-101.