BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISIS

PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS NON FISIK PERKOTAAN

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB II KAJIAN LITERATUR

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : Non Pemerintah Dalam Penetapan dan Penyusunan RKPD

DAFTAR REFERENSI Buku Teks dan Jurnal Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tinjauan BAB V : Tabel Rekap Sumber Pendanaan DAK tidak ada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : belakang kualifikasi peserta, Jumlah peserta menurut gender; Jumlah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEREKONOMIAN INDONESIA

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan semua program-program dan proyek-proyek

Forum SKPD. Musrenbang Kelurahan Telah dilaksanakan pada bulan Januari Musrenbang Kecamatan Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017

VI. PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu hal yang. negara, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, harus

BAB V PENUTUP. selanjutnya, dan implikasi manajerial. Simpulan dan usulan dibuat berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. atau tidak kepada investor (Ullah, Shah, dan Hasnain, 2011). Bagian laba

PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Sengketa tanah yang terjadi di Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN BALANGAN

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 ten

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

I. Permasalahan yang Dihadapi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TABEL A

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil studi mengenai penyediaan set pelayanan umum perkotaan yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok adalah sebagai berikut: Karakteristik local business di Kota Depok: 1. jenis kegiatan usaha pokok yang paling mendominasi di Kota Depok adalah kegiatan usaha perdagangan eceran, dengan berbagai variasi pada jenis produk yang dipasarkan. 2. sebagian besar kegiatan usaha tersebut dirintis sendiri oleh pemiliknya saat ini dan baru mulai beroperasi ketika Depok sudah berubah statusnya menjadi kota otonom. Hal ini mengindikasikan bahwa iklim investasi di Depok, mengalami peningkatan setelah era otonomi daerah diberlakukan 3. local business di Kota Depok memiliki tingkat mobilitas yang sangat rendah. Hal ini terlihat dari pilihan lokasi-lokasi usaha yang sebagian besar dipilih karena alasan kedekatan dengan tempat tinggal dan ketersediaan peluang usaha yang cukup besar. 4. local business Kota Depok jarang memiliki cabang di luar Kota Depok, dan hingga saat ini unit usaha bisnis tersebut tidak ingin pindah ke kota lain. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya daya tarik investasi di Kota Depok umumnya masih cukup tinggi, sehingga local business cenderung memilih untuk tetap beroperasi di kota ini, meskipun kesempatan untuk beroperasi di kota lain juga tersedia. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan umum perkotaan yang tersedia di Kota Depok selama kurun waktu 3 tahun terakhir: Local business menilai bahwa kondisi pelayanan yang ada saat ini sudah cukup mendukung kelangsungan usaha bisnis di Kota Depok, walaupun 90

beberapa diantaranya (jaringan jalan dan terminal) masih berada jauh dari kondisi yang diharapankan. Meskipun demikian, local business di Kota Depok umumnya masih merasa kurang puas dengan pelayanan umum yang disediakan oleh pemerintah kota hingga saat ini. urutan preferensi local business di Kota Depok terhadap Pelayanan Umum Perkotaan: Urutan preferensi terhadap pelayanan fisik perkotaan adalah sebagai berikut: 1. Jaringan jalan 2. Jaringan air bersih 3. Jaringan listrik 4. Jaringan telekomunikasi 5. Ketersediaan kawasan untuk bisnis 6. Jaringan air kotor dan drainase 7. Pengumpulan dan pengelolaan sampah 8. Terminal angkutan orang dan barang Urutan preferensi terhadap pelayanan non fisik perkotaan adalah sebagai berikut: 1. Jaminan keamanan usaha 2. Kemudahan perizinan usaha 3. Kepastian hukum 4. Kesesuaian antara pajak yang dibayar dengan pelayanan yang diperoleh 5. Kemudahan menyuarakan aspirasi Urutan preferensi di atas sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan usaha pokok dan lokasi unit bisnis tersebut beroperasi. Hal ini mengindikasikan bahwa urutan preferensi ini akan berbeda-beda satu sama lainnya, 91

tergantung pada besar dan jenis persoalan yang dihadapi oleh masingmasing local business. Mekanisme memasukkan pertimbangan atas preferensi local business ke dalam rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan: 1. untuk dapat membuat preferensi local business ini dimasukkan sebagai pertimbangan dalam rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan, dapat digunakan urutan mekanisme sebagai berikut: membentuk forum-forum bisnis berdasarkan batasan administrasi kecamatan maupun jenis kegiatan usaha pokok yang dilakukannya, menyelenggarakan diskusi informal di dalam forum-forum bisnis, untuk memperoleh urutan preferensi local business di setiap forum bisnis, meng-agendakan pertemuan antara forum-forum bisnis dengan pemerintah kota, membangun kesepakatan antara forum bisnis dan pemerintah kota. 2. mekanisme ini merupakan alat yang cukup efektif dalam memasukkan pertimbangan preferensi local business dalam penyediaan pelayanan umum perkotaan, karena didalamnya terbangun kesepakatan dan kepercayaan sosial antara local business dengan pihak pengambil keputusan (pemerintah) 3. kesepakatan dan kepercayaan sosial ini yang selanjutnya menjamin bahwa pihak pemerintah akan menjadikan preferensi local business sebagai pertimbangan dalam menyusun rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan. 92

5.2 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulankesimpulan sebagai berikut: meskipun iklim investasi di Kota Depok mengalami peningkatan setelah otonomi daerah diberlakukan, local business masih merasa kurang puas terhadap pelayanan umum perkotaan. Hal ini terjadi karena preferensi local business belum terefleksi dalam rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan. walaupun pelayanan perkotaan yang tersedia belum merefleksikan preferensinya, local business di Kota Depok memiliki kecenderungan untuk menerima kondisi pelayanan kota apa adanya. Hal ini terjadi karena sebagian besar local business ini memiliki karakteristik loyal terhadap kotanya. meskipun local business memiliki karakteristik loyal dan tingkat mobilitas yang rendah, dalam jangka panjang, kemungkinan local business untuk pindah ke kota lain di sekitarnya (Jakarta) tetap ada. Kemungkinan ini akan semakin besar apabila kondisi pelayanan umum pekotaan di Kota Depok terus dibiarkan seperti apa adanya. Apalagi dengan adanya daya tarik investasi yang cukup besar dari Jakarta dan kota-kota Jabodetabek lainnya. dengan karakteristik loyal yang dimilikinya, local business di Kota Depok cenderung bersikap kurang proaktif dalam menyampaikan preferensinya kepada pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak inisiasi dari pemerintah kota untuk menanyakan apa yang menjadi preferensi dari local business ini. menurut local business di Kota Depok, jenis pelayanan fisik dan non fisik perkotaan yang seharusnya menjadi prioritas dalam penyediaannya adalah jaringan jalan dan jaminan keamanan. supaya preferensi local business ini dapat terefleksi dalam rencana penyediaan pelayanan perkotaan, perlu dilakukan upaya 93

pembentukan forum bisnis dan pembangunan kesepakatan yang melibatkan peran aktif dari local business dan pemerintah kota. dengan kemampuan untuk mengungkapkan preferensi local business, pemerintah daerah akan dapat menyediakan barang dan jasa pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan membebankan pajak usaha yang sesuai dengan pelayanan yang diberikan. dengan merefleksikan preferensi local business, alokasi sumber daya publik untuk menyediakan set pelayanan umum perkotaan akan menjadi lebih efisien. 5.3 Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas, rekomendasi yang bisa diberikan bagi upaya penyediaan set pelayanan umum perkotaan yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok diantaranya adalah: 1. untuk dapat menghasilkan alokasi sumber daya publik yang efisien, pemerintah harus memasukkan preferensi local business dalam proses penyusunan rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan 2. pemerintah perlu meningkatkan political will yang dimilikinya untuk memasukkan pertimbangan preferensi local business ke dalam rencana penyediaan set pelayanan umum perkotaan. Peningkatan political will ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran pemerintah akan pentingnya perhatian terhadap preferensi lokal dalam upaya mengalokasikan sumber daya publik secara efisien. Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran ini adalah dengan terus mengembangkan kegiatan penelitian di bidang preferensi lokal dan mendudukkan hasilnya sebagai masukan bagi pengambilan kebijakan penyediaan pelayanan umum perkotaan. Selain itu, diperlukan juga training-training mengenai preferensi lokal bagi para aparat pemerintahan. 94

3. peran aktif local business dalam menyampaikan preferensinya terhadap pelayanan umum perkotaan perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan peran aktif ini bisa dilakukan dengan melibatkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, selaku pihak yang bertanggung jawab untuk mengayomi unit-unit usaha bisnis di perkotaan. 4. perlunya mekanisme kontrol dari semua pihak untuk memastikan bahwa preferensi local business tersebut benar-benar dipertimbangkan oleh pemerintah kota. 5. setelah mengetahui preferensi local business, pemerintah Kota Depok diharapkan dapat menyusun alokasi anggaran yang sesuai dengan preferensi tersebut. 5.4 Kelemahan Studi Studi mengenai set pelayanan umum perkotaan yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: adanya keterbatasan waktu dan biaya untuk melakukan eksplorasi lebih jauh terhadap kondisi penyediaan set pelayanan umum perkotaan di Kota Depok, sebagai perbandingan dengan preferensi yang dinyatakan oleh local business, penentuan urutan preferensi local business dilakukan dengan metode rank sum Friedman yang hanya mampu mendeteksi perbedaan rata-rata rangking dari setiap pilihan, tanpa mengetahui perbedaan distribusi rangking dari setiap opsi pilihan, 5.5 Usulan Studi Lanjutan Mengingat kelemahan dan keterbatasan studi di atas, berikut ini diuraikan beberapa usulan studi lanjutan yang dapat menyempurnakan dan memperdalam studi mengenai penyediaan set pelayanan umum perkotaan 95

yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok. Studi lanjutan yang perlu dilakukan diantaranya adalah: studi yang menggabungkan preferensi local business dan local resident di Kota Depok terhadap penyediaan set pelayanan umum perkotaan. Untuk hasil yang lebih representatif, studi lanjutan ini perlu dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar, opsi-opsi pelayanan perkotaan yang lebih spesifik, serta analisis yang lebih komprehensif studi mengenai keefektifan peran forum-forum bisnis dan musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan antara local business dan pemerintah dalam memasukkan pertimbangan preferensi local business dalam penyediaan set pelayanan umum perkotaan 96