PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG

dokumen-dokumen yang mirip
Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

Cahyo Andi Yulyanto, Trinil Susilawati dan M. Nur Ihsan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang Jawa Timur

Keberhasilan inseminasi buatan menggunakan semen beku dan semen cair pada sapi Peranakan Ongole

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP) pada sapi Peranakan Ongole (PO)

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

PERFORMAN REPRODUKSI SAPI MADURA INDUK DENGAN PERKAWINAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN PAMEKASAN

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN PADA PARITAS BERBEDA DI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

EVALUASI REPRODUKSI SAPI PERAH PFH PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD TANI MAKMUR KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

Efisiensi reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV. Milkindo Berka Abadi Desa Tegalsari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE TERHADAP SERVICE PER CONCEPTION DAN CALVING INTERVAL SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

PERBEDAAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PO DAN BRAHMAN CROSS DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH PADA BERBAGAI PARITAS DI WILAYAH KUD BATU

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI Friesian Holstein PADA BERBAGAI PARITAS DI KOPERASI AGRONIAGA DESA GADING KEMBAR KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

D.B.A. San, I.K.G.Yase Mas dan E. T. Setiatin* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

WILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Permintaan daging sapi terus meningkat seiring pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

KARAKTERISTIK DAN KINERJA INDUK SAPI SILANGAN LIMOUSIN-MADURA DAN MADURA DI KABUPATEN SUMENEP DAN PAMEKASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

Kualitas Semen Produksi UPTD Bengkulu dan Tingkat Keberhasilan Inseminasi pada Sapi Bali dan Peranakan Simental di Bengkulu

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERAH PADA BERBAGAI PARITAS DI DESA KEMIRI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN DENGAN KUALITAS DAN DEPOSISI SEMEN YANG BERBEDA PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Evaluasi Penampilan Reproduksi Sapi Perah (Studi Kasus Di Perusahaan Peternakan Sapi Perah KUD Sinarjaya)

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama peternakan kita sampai saat ini bertumpu pada

EFISIENSI REPRODUKSI KAMBING PERANKAN ETAWA DI LEMBAH GOGONITI FARM DI DESA KEMIRIGEDE KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN BLITAR

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Potong. Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

PENGARUH KARAKTERISTIK LENDIR SERVIK SEBELUM INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI KOMPOSIT

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole dan Sapi Peranakan Ongole Periode Postpartum

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (P)

KAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Potong. potong adalah daging. Tinggi rendahnya produksi penggemukan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO INDUK PADA POLA PERKAWINAN BERBEDA DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN BLORA DAN PASURUAN

Transkripsi:

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG. Muhammad Luqman Akriyono 1), Sri Wahyuningsih 2) dan M. Nur Ihsan 2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 2) Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang Email: muhammadluqmanakri@gmail.com ABSTRACT The purpose of this research was conducted to evaluate reproductive performance of Ongolecrossbreed cattle andlimousin crossbreed inpadang, Lumajang Regency. The material used on this research were 50 heads of Limousin crossbreed cattle and 50 heads ofongole crossbreed cattle.the method used in this research was purposive sampling survey.the data were analyzed by t-test unpaired on Service per Conception (S/C), Days Open (DO), Calving Interval (CI).Conception Rate (CR) and Fertility Index (FI)were analyzed by descriptive.the results showed thats/c, DO, CR, CI and FI of Ongole crossbreed cattle were 1,42±0,70; 107,34±32,38days, 70%; 399,04±39,97 days;66,95and for Limousine crossbreed were 1,62±0,76; 107,34±32,38days, 52%; 416,04±44,09days;26,80, respectively. It was concluded that there was difference of reproductive performance between Ongole crossbreed cattle and Limousine crossbreed and reproductive performance of Ongole crossbreed cattle was better than Limousine crossbreed cattle. Keywords: Reproductive performance, Ongole crossbreed Cattle,Limousin crossbreed Cattle PENDAHULUAN Pembangunan sub sektor peternakan di Indonesia memiliki nilai strategis dalam peningkatan taraf hidup peternak, maka dari itu perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan yang lebih intensif dan terarah guna meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan pendapatan terutama bagi masyarakat pedesaan yang umumnya masih mempunyai tingkat kesejahteraan yang relatif rendah. Kenyataan di lapang sebagian besar masyarakat pedesaan memelihara sapi potongnya secara tradisional sehingga menyebabkan produktivitas sapi potong rendah (Desinawati dan Isnaini, 2010). Permintaan daging sapi dari tahun ketahun terus meningkat. Tahun 2015 konsumsi daging di Indonesia sebanyak 653.980 ton yang dipasok dari ternak lokal sebanyak 64% dan 36% diimpor dari Negara lain (Anonimous, 2015). Populasi sapi potong di seluruh Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 15.419.716 ekor, kontribusi Provinsi Jawa Timur sebanyak 27,67% dari total populasi di Indonesia (BPS, 2015).Hal tersebut membuktikan bahwa masih kurang produksi daging di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menghasilkan sapi di dalam negeri, berbagai macam bangsa sapi potong telah diimpor baik berupa ternak hidup maupun dalam bentuk semen beku yakni dengan IB, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik sapi potong di Indonesia (Susilawati, 2011). Parameter IB yang dapat dijadikan tolak ukur guna mengevaluasi efisiensi reproduksi sapi betina yaitu CR, DO, S/C, CI. Semua parameter tersebut merupakan evaluasi dari peranan teknologi IB yang diketahui dapat berpengaruh terhadap peningkatan populasi sapi potong yang nantinya mampu untuk meningkatkan produksi (Nuryadi dan Wahjuningsih, 2011). J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 77-81, 2017 77

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans reproduksi induk sapi PO dan PL di Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di peternakan rakyat sapi potong PO dan PL di Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan mulai tanggal 10 November sampai 1 Desember 2016. Materi yang digunakan adalah sapi PO sebanyak 50 ekor dan sapi PL sebanyak 50 ekor yang diambil secara purposive sampling berdasarkan wilayah kerja inseminator yang bertempat di Kecamatan Padang, dengan kriteria induk sudah beranak lebih dari satu kali, S/C tidak lebih dari 3 dan tidak pernah mengalami gangguan reproduksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei lapang dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan setiap hari, mengukur lingkar dada dan wawancara langsung kepada peternak menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengambilan data. Data sekunder diperoleh dari catatan rekording yang dimiliki peternak maupun petugas inseminator. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi S/C, DO, CI, CR dan IF. S/C, DOdanCI kemudian dianalisis dengan menggunakan uji-t tidak berpasangan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data,sedangkan data CR dan IF dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Service per Conception (S/C) Service per Conception sapi PO dan PL dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan nilai S/C sapi PO dan PL. No Bangsa Rataan S/C (kali) 1 PO 1,42±0,70 2 PL 1,62±0,73 semen yang digunakan oleh petugas inseminator sudah memenuhi standar. Inseminator melakukan inseminasi pada sapi yang menunjukkan berahi seperti keluar cairan bening dari vulva, nafsu makan turun, bengak-bengok dan menaiki tempat pakan. Jainudeen dan Hafez (2008) menyatakan bahwa nilai S/C yang normal berkisar antara 1,6-2,0 kali.ihsan dan Wahjuningsih (2011) menjelaskan ratarata angka S/C sapi PO sebesar 1,4 kali dan PL sebesar 1,36 kali. Hasil penelitian Nuryadi dan Wahjuningsih (2011) menunjukkan bahwa nilai S/C sapi PO dan sapi PL masing-masing adalah 1,28 kali dan 1,34 kali. Nilai S/C hasil penelitian masih dalam kisaran ideal. Tanda-tanda berahi yang diketahui peternak yakni keluar cairan bening dari vulva, bengak-bengok, nafsu makan turun, dan menaiki tempat pakan. Setelah mengetahui tanda-tanda berahi peternak langsung menghubungi petugas inseminator. Hal ini diperjelas oleh Ihsan (2010) bahwa selama estrus, sapi betina menjadi sangat tidak tenang, kurang nafsu makan. Mau menaiki dan mau dinaiki oleh sapi lainnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB diantaranya pengetahuan peternak, kualitas semen, kondisi ternak betina dan keterampilan inseminator. Petugas IB di wilayah kerja Kecamatan Padang sudah menginseminasi selama 17 tahun. Selain itu inseminator sudah memiliki sertifikat Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI), Pemeriksaan Kebuntingan (PKB), dan Asisten Teknis Reproduksi (ATR). Semen beku yang digunakan setelah di thawing memiliki motilitas spermatozoa > 40%. S/C sapi PO cenderung lebih baik dari pada sapi PL. Nilai S/C menunjukkan bahwa kesuburan induk baik, karena J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 77-81, 2017 78

Days Open(DO) Days Open sapi PO dan PL dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan nilai DO sapi PO dan PL. No Bangsa Rataan DO (hari) 1 PO 107,34±32,38 a 2 PL 130,30±43,78 b Keterangan : Superskrip a-b yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan perhitungan statistik Tabel 2 menunjukkan DO sapi PO lebih baik dari pada sapi PL. DO hasil penelitian sapi PO sudah baik tetapi pada sapi PL kurang baik karena nilai hari kosong yang ideal 85-115 hari (Attabany dkk, 2011). Ihsan dan Wahyuningsih (2011) menyebutkan nilai DO sapi PO paritas 2 dan paritas 3 masing-masing 125,28 dan 123,93 hari. Pada sapi PL nilai DO pada paritas 2 dan paritas 3 yakni 114,77 dan 114,00 hari. DO yang panjang disebabkan peternak tidak mengawinkan sapinya pada saat estrus pertama setelah beranak dikarenakan pedet belum disapih, lama penyapihan 3 bulan akan mempengaruhi DO yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan peternak berpendapat bahwa induk yang kawin pada estrus pertama setelah beranak tidak bunting. Pendapat peternak tentang hal tersebut masih salah karena pada saat berahi kemudian terjadi ovulasi dan dilakukan IB maka ternak tersebut bisa terjadi kebuntingan. Sapi berahi pada saat musim paceklik sebagian peternak memilih menunda perkaninan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati dan Affandy (2004) bahwa DO yang panjang disebabkan oleh anaknya tidak disapih sehingga munculnya berahi pertama post partum menjadi lama, peternak mengawinkan induknya setelah beranak dalam jangka waktu yang lama sehingga DO menjadi panjang, tingginya kegagalan IB sehingga S/C nya menjadi tinggi dan umur pertama kali dikawinkan lambat. Jaenudeen dan Hafez (2008) berpendapat bahwa lama kosong dapat diperkecil dengan meningkatkan efisiensi deteksi berahi, dengan cara mengawinkan sapi antara 55-58 hari setelah melahirkan. Peternak diharapkan memperpendek waktu penyapihan dan tidak menunda perkawinan. Calving Interval (CI) Calving Intervalsapi PO dan PL dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan nilai CI sapi PO dan PL. No Bangsa Rataan CI (hari) 1 PO 399,04±39,97 a 2 PL 416,04±44,09 b Keterangan : Superskrip a-b yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Hasil statistik nilai CI sapi PO lebih baik dari pada sapi PL. Nilai CI lebih rendah dibandingkan penelitian Nuryadi dan Wahjuningsih (2011) bahwa nilai rataan CI sapi PO dan PL masing-masing 414,97 dan 433,67 hari.ci yang normal adalah 367 hari (Drennan and Berry, 2006). Idealnya jarak beranak sapi adalah 12 bulan, 9 bulan masa bunting dan 3 bulan masa menyusui (Iswoyo dan Widiyaningrum, 2008). Nilai CI hasil penelitian tidak ideal. Nilai CI dipengaruhi oleh lama bunting, umur penyapihan, dan jarak kawin kembali setelah beranak oleh. Nilai S/C dan DO semakin besar maka nilai CI semakin besar. Peternak sering menunda perkawinan karena pedet belum di sapih sehingga lama CI semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasehung, dkk (2016) bahwa nilai CI dipengaruhi oleh lama kebuntingan dan S/C, munculnya berahi pertama setelah beranak dan waktu kawin setelah beranak. Kebuntingan pada induk berada pada rentangan 284-291 hari. Peternak umumnya mengawinkan kembali induk sapi pada berahi ke-2 atau berahi ke- 3 (1,5-3 bulan) setelah beranak. Hartatik, dkk (2009) juga sependapat bahwa tingginya nilai S/C menyebabkan nilai CI semakin tinggi. Peternak diharapkan mengawinkan induk sapi pada berahi pertama setelah beranak. J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 77-81, 2017 79

Conception Rate (CR) Conception Rate (CR) adalah jumlah ternak yang bunting pada inseminasi pertama. Presentase nilai CR hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Presentase nilai CR sapi PO dan PL. No Bangsa Rataan CR 1 PO 70 % 2 PL 52 % Hasil perhitungan deskriptif CR sapi PO lebih tinggi dari pada sapi PL. Nilai ini lebih renda jika dibandingkan dengan penelitian Nuryadi dan Wahjuningsih (2011) bahwa di Kabupaten Malang nilai CR sapi PO 75,34 % dan sapi PL 66%. Nilai CR penelitian ini dipengaruhi oleh nilai rata-rata S/C, semakin rendah nilai S/C maka nilai CR semakin tinggi. Ihsan dan Wahjuningsih (2011) menyatakan apabila angka konsepsi berkisar 65% dan nilai S/C di bawah 1,5 kali maka tingkat keterampilan inseminator baik. Tingginya nilai CR yang diperoleh tidak terlepas dari rata-rata pemberian kandungan nutrisi pada pakan setiap harinya oleh peternak yang mencukupi kebutuhan ternak. Peternak diharapkan memberi pakan tambahan setelah beranak. Hasil nilai CR dipengaruhi oleh keterampilan inseminator, kondisi ternak betina, pengetahuan peternak dan kualitas semen. Rizal dan Herdis (2008) menjelaskan bahwa angka konsepsi ditentukan berdasarkan hasil diagnosa dokter hewan atau orang yang terampil. Besarnya angka konsepsi ditentukan oleh kesuburan betina, kesuburan pejantan, teknik inseminasi dan keterampilan inseminator. Indeks Fertilitas (IF) Penampilan reproduksi ternak dapat diukur berdasarkan IF yang dihitung berdasarkan tiga variabel yaitu CR, S/C dan DO. Nilai IF hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai IF sapi PO dan PL. No Bangsa Rataan IF 1 PO 66,96 2 PL 26,80 Hasil penelitian menunjukkan nilai IF sapi PO lebih tinggi dari pada sapi PL. Nilai IF lebih baik dari penelitian Ihsan (2010) bahwa pada sapi PO lebih baik dari pada keturunannya dengan Limousin, dengan hasil masing-masing 50.09 dan 24.95. IF ditentukan oleh besarancr, S/C dando. Sapi PO memiliki penampilan reproduksi lebih baik. Nilai IF pada sapi PO, persilangan Limousin, dan persilangan Simental pada paritas 2 masing-masing 45,27, 46,27 dan 51,11, sedangkan pada paritas 3 masingmasing 47,21, 47,79 dan 57,01. Nilai tersebut masih tergolong rendah sampai sedang yaitu dibawah angka normal 60 (Ihsan dan Wahjuningsih, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa performan reproduksi sapi PO lebih baik dari pada sapi PL. Nilai S/C PO (1,42±0,70 kali) dan S/C PL (1,62±0,73 kali), DO PO (107,34±32,38 hari) dan PL (130,3±43,78 hari), CI PO (399,04±39,97 hari) dan PL (416,04±44,09 hari), CR PO (70%) dan PL (52%), IF PO (66,96) dan PL (26,80). Saran Diharapkan ada perbaikan manajemen pemeliharaan oleh peternak, yakni memperpendek waktu penyapihan pedet yaitu 40 hari setelah melahirkan dan tidak menunda perkawinan.diupayakan peternak memberi pakan tambahan sapi setelah melahirkan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2015. Outlook komoditas pertanian sub sektor peternakan daging sapi.http://epublikasi.setjen.per tanian.go.id/. Diakses tanggal 14 Februari 2017. J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 77-81, 2017 80

Attabany, A., B. P. Purwanto., T. Toharmat dan A. Anggraeni. 2011. Hubungan Masa Kosong Dengan Produktifitas Pada Sapi Perah Friesian Holstein Di Baturaden, Indonesia. Media Peternakan. 34(2):77-82. BPS. 2015. Populasi Sapi Potong Menurut Prpvinsi. Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diakses tanggal 14 Februari 2017. Desinawati, N dan N. Isnaini. 2010. Penampilan Reproduksi Sapi Peranakan Simmental Di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Jurnal Ternak Tropika. 11(2):41-47. Drennan, M.J and D.P. Berry. 2006. Factor Affecting Body Condition Score, Live Weight And Reproductive Pervormance In Spring- Calving Suckler Cows. Irish Journal of Agricultural and food research. 45(1):25-38. Hartatik, T.D.A., Mahardika., T.S.M. Widi dan E. Baliarti. 2009. Karakteristik Dan Kinerja Induk Sapi Silangan Limousin- Madura Dan Madura Di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Buletin Peternakan. 33(3):143-147. Ihsan, M.N dan S. Wahjuningsih. 2011.Penampilan Reproduksi Sapi Potong di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ternak Tropika. 12(2):76-80. Ihsan, M.N. 2010. Indek Fertilitas Sapi PO Dan Persilangannya Dengan Limousin. Jurnal Ternak Tropika. 11(2):82-87. Iswoyo dan P. Widiyaningrum. 2008. Performans Reproduksi Sapi Peranakan Simmental (Psm) Hasil Inseminasi Buatan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Peternakan. 11(3):125-133. Jainudeen, M and E.S.E. Hafez. 2008. Cattle And Buffalo Reproductive Cycle Reproduction In Farm Animal. 7 th Edition. Edited by E.S.E.Hafez Lippincott williams and Wilkins. USA:159:171. Kasehung, J., U. Paputungan., S. Adiani dan J. Paath. 2016. Performans Reproduksi Induk Sapi Lokal Peranakan Ongole Yang Dikawinkan Dengan Teknik Inseminasi Buatan Di Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek. 36(1):167 173. Nuryadi dan S. Wahjuningsih. 2011. Penampilan Reproduksi Sapi Peranakan Ongole Dan Peranakan Limousin Di Kabupaten Malang. J. Ternak Tropika. 12(1):76-81. Rizal, M dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan Pada Domba. Rineka Cipta: Jakarta. Susilawati, T. 2011. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Dengan Kualitas Dan Deposisi Semen Yang Berbeda Pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ternak Tropika. 12(2):15-24. Susilawati, T dan L. Affandy. 2004. Tantangan Dan Peluang Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Teknologi Reproduksi. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 77-81, 2017 81