1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Penggunaan rumpon dalam penangkapan ikan karang masih sangat jarang dan hanya masih pada taraf uji coba penangkapan melalui penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Jaring Angkat

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus)

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

METODE PENANGKAPAN IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu karang

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS SHELTER YANG BERBEDA PADA BUBU DASAR TERHADAP HASILTANGKAPAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Visi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

PERBANDINGAN TEKNOLOGI ALAT TANGKAP BUBU DASAR UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN DEMERSAL EKONOMIS PENTING DI KLUNGKUNG BALI

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

PENGARUH ATRAKTOR CUMI TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP DI PERAIRAN JEPARA

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

memanfaatkan tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Hal ini terlihat dari bentuk bubu itu sendiri yang menyerupai batang kayu berlubang

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT BERKELANJUTAN

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

Fishing target behavior against traps design

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 1 Mei 2013: ISSN

PERIKANAN BUBU DASAR DI KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JUSTIAR NOER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PROBLEMATIKA RUMPON DAN SOLUSINYA

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

KAPAL IKAN PURSE SEINE

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas terumbu karang Indonesia kurang lebih 50.000 km 2. Ekosistem tersebut berada di wilayah pesisir dan lautan di seluruh perairan Indonesia. Potensi lestari sumberdaya ikan pada terumbu karang di perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 80.802 ton/km 2 /tahun (Ditjen Perikanan, 1991 diacu oleh Dahuri et al. 1996). Ekosistem terumbu karang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, salah satu diantaranya adalah ikan karang. Ikan karang telah dimanfaatkan masyarakat nelayan melalui penangkapan. Alat tangkap yang biasa digunakan nelayan di antaranya pancing, bubu, jaring insang, panah dan sebagainya. Namun ada pula karena ingin mendapatkan hasil tangkapan yang cepat dan banyak, biasanya penangkapan dilakukan dengan menggunakan bom dan racun. Dampak dari kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan manusia lainnya, mengakibatkan saat ini banyak terumbu karang di perairan Indonesia telah mengalami kerusakan. Adapun kondisi terumbu karang saat ini yang masih sangat baik 6,48 %, kondisi baik 22,53 %, rusak 28,39 % dan rusak berat 42,59 % (Supriharyono, 2000). Usaha perikanan bubu dasar dalam penangkapan ikan karang ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan karang yang tersedia dengan tetap memperhatikan faktor kelestarian lingkungan. Penggunaan alat ini cukup baik, karena ikan yang tertangkap pada umumnya masih dalam keadaan hidup. Hal ini penting, mengingat kualitas ikan merupakan salah satu syarat utama dalam bisnis ikan karang, di mana peluang pasar ekspor untuk ikan karang sangat baik di pasaran nasional maupun internasional. Apalagi dengan semakin berkembangnya restoran - restoran sea food. Hongkong, Singapura, Eropa, Amerika dan Jepang merupakan pasar yang baik untuk ikan karang (CV. Dinar,1999 diacu oleh Rumajar, 2001). Supaya kegiatan penangkapan ikan tetap dilaksanakan oleh nelayan tanpa mengganggu kelestarian terumbu karang dan potensi sumberdaya ikannya, tentu perlu dilakukan penyempurnaan baik terhadap alat tangkap maupun metode penangkapannya dengan tetap mengacu pada code of conduct for responsible

2 fishery. Antisipasi ini dimaksud untuk menghindari kerusakan ekosistem terumbu karang agar lapangan kerja nelayan tetap tersedia. Dalam rangka untuk menjaga kelestarian terumbu karang, maka saat ini Pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan Bank Dunia sudah bersepakat untuk mengelola terumbu karang melalui program COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management). Program ini bertujuan melindungi, merehabilitasi dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir (DKP, 2004) Bubu merupakan alat tangkap yang sudah lama dikenal nelayan. Hampir setiap daerah perikanan mempunyai variasi model bentuk tersendiri, seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain. Bahan umumnya dari anyaman bambu (bamboo s screen). Secara garis besar bubu terdiri dari bagianbagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan berupa rongga tempat di mana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu di mana ikan dapat masuk tetapi sulit keluar. Pintu bubu merupakan bagian tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara operasional penangkapannya, bubu dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu bubu dasar (ground fishpots), bubu apung (floating fishpots) dan bubu hanyut (drifting fishpots) (Subani dan Barus,1988). Bubu dasar mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung kebutuhan nelayan. Bubu kecil ukuran panjangnya 1 m, lebar 50 75 cm, dan tinggi 25 30 cm, sedangkan bubu besar mempunyai ukuran panjang bisa mencapai 3,5 m, lebar 2 m dan tinggi 75 100 cm. Pengoperasian bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau di antara bebatuan. Untuk mengetahui tempat di mana bubu dipasang, biasanya dipasang pelampung tanda melalui tali panjang yang dihubungkan dengan bubu tersebut. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan 2 3 hari setelah bubu dipasang, kadang bahkan beberapa hari setelah bubu dipasang. Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik seperti kuwe (Caranx spp), beronang (Siganus spp), kerapu (Epinephelus spp), kakap (Lutjanus spp), kakaktua (Scarus spp), ekor kuning

3 (Caesio spp), kaji (Diagramma spp), lencam Lethrinus spp), udang penaeid, udang barong dan sebagainya (Subani dan Barus,1988). Bubu merupakan salah satu alat tangkap pasif bersifat statis dan keefektifannya sangat tergantung pada jenis pikatan. Selama ini nelayan menggunakan umpan sebagai pikatan agar ikan masuk ke bubu. Namun untuk memikat ikan masuk ke bubu bukan saja dengan umpan tetapi juga dipengaruhi oleh tingkah laku ikan itu sendiri seperti pergerakan ikan secara acak, pemakaian bubu sebagai tempat tinggal atau tempat berlindung, keingintahuan ikan, tingkah laku sosial atau pemangsaan. Aspek tingkah laku ikan perlu diketahui agar mudah merancang alat tangkap serta memilih metode penangkapan yang tepat dalam operasi penangkapan ikan. Guna mengefektifkan penangkapan ikan karang dengan bubu dasar di samping cara yang sudah dilakukan nelayan selama ini, akan tetapi perlu ada penyempurnaan baik terhadap alat tangkap maupun metode penangkapannya. Keberhasilan penangkapan ikan karang dengan bubu tidak hanya ditentukan dari jenis umpan yang digunakan untuk mempengaruhi tingkah laku ikan datang mendekat ke bubu. Namun menurut Furevik (1994) diacu oleh Ferno dan Olsen (1994), beberapa parameter lain perlu diperhatikan seperti dimensi mesh bubu, ukuran dan bentuk pintu masuk, serta ukuran bubu. Keefektifan dari suatu alat tangkap dalam menangkap ikan salah satunya ditentukan dari disain alat tangkap itu sendiri. Tampilan dari alat tangkap bubu baik itu tipe, ukuran, dan penampakan dari alat tangkap tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku ikan. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi zona pengaruh dari alat tangkap bubu terhadap tingkah laku ikan. Menurut Nikonorov (1975) zona pengaruh di sekitar alat tangkap yang mempengaruhi tingkah laku ikan saat operasi penangkapan dilakukan ada tiga macam yaitu : (1) Zone of influence adalah wilayah/area/zona pengaruh alat tangkap terhadap tingkah laku ikan.; (2) Zone of action adalah wilayah/area/zona yang dihasilkan alat tangkap diarahkan ke kumpulan ikan; dan (3) Zone of retention adalah wilayah/area/zona di mana alat tangkap dapat menahan ikan sehingga tidak terlepas (Nikonorov,1975).

4 Untuk memperbesar zone of influence dari alat tangkap bubu dapat dilakukan dengan menggunakan rangsangan buatan (artificial stimultant) melalui penggunaan alat bantu penangkapan yakni rumpon. Menurut Gunarso (1985) bahwa untuk mengumpulkan ikan dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya dengan rangsangan kimia, rangsangan penglihatan, pendengaran, penciuman, aliran listrik dan rangsangan dengan menyediakan tempat berlindung. Prinsip penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon di samping berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada dasarnya agar gerombolan ikan tersebut mudah tertangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki. Rumpon (fish aggregating device) dikenal sebagai alat bantu penangkapan ikan, berfungsi untuk menarik perhatian/memikat ikan agar berkumpul pada suatu titik atau tempat, tempat berlindung dan sumber makanan ikan, kemudian dapat dilakukan penangkapan. Teknologi rumpon sudah diterapkan oleh masyarakat nelayan sejak dahulu. Biasanya dipakai sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan pelagis baik pelagis kecil maupun pelagis besar dengan menggunakan alat tangkap purse seine, pole and line dan sebagainya. Rumpon ini dikenal dengan sebutan rumpon permukaan. Rumpon digunakan dalam penelitian ini adalah rumpon dasar dioperasikan di perairan karang berfungsi sebagai alat pemikat/pengumpul ikan yang dioperasikan bersama alat tangkap bubu untuk memperlancar operasi penangkapan. Bubu yang dioperasikan bersama rumpon dimaksud untuk memperbesar zona pengaruh (field of influence) alat tangkap bubu. Diharapkan dengan mengoperasikan bubu bersama rumpon ikan-ikan akan tertarik dan datang lebih banyak memasuki zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu, sehingga pada akhirnya ikan akan masuk ke dalam bubu dan tertangkap. Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bubu bersama rumpon dalam penangkapan ikan karang dikhususkan hanya untuk mengetahui tingkah laku ikan karang terhadap alat tangkap bubu meliputi jenis dan jumlah ikan yang hadir di rumpon dan bubu, radius, lama waktu, pola renang, pola gerak, serta jenis, jumlah, ukuran dan kelimpahan ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon.

5 Bertolak dari uraian di atas, maka untuk memahami proses tingkah laku ikan karang terhadap alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon serta hasil tangkapan bubu perlu dikaji melalui suatu penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Penggunaan teknologi penangkapan ikan dengan rumpon sudah lama dikenal oleh para nelayan di Indonesia dan telah banyak digunakan dalam penangkapan ikan, terutama penangkapan ikan pelagis baik pelagis kecil maupun pelagis besar. Proses pembuatan konstruksi rumpon ini sangat sederhana dan dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal. Sampai saat ini, pemakaian rumpon dalam penangkapan ikan dasar, khusus ikan karang belum dicoba oleh para nelayan. Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan karang yakni bubu, pancing, jaring, sero dan panah. Dari jenis alat tangkap tersebut yang paling dominan digunakan untuk penangkapan ikan karang yakni bubu. Teknologi penangkapan ikan dengan bubu banyak digunakan nelayan hampir di seluruh dunia, mulai dari skala kecil, menengah sampai skala besar. Perikanan bubu skala kecil umumnya diarahkan untuk menangkap ikan dasar, udang dan kepiting yang dioperasikan pada kedalaman perairan yang tidak begitu dalam di perairan karang. Bentuk dan disain bubu sederhana dan ini sudah berkembang sejak turun-temurun (Martasuganda, 2003). Bubu yang digunakan dalam penangkapan ikan karang adalah bubu dasar. Sebagai alat pemikat/ penarik ikan masuk ke bubu, biasanya di pasang umpan. Selain umpan digunakan untuk menarik ikan masuk ke bubu, dapat pula digunakan pikatan lain seperti rumpon, di mana rumpon akan berfungsi menyediakan makanan berupa plankton yang akan dimanfaatkan oleh ikan karang sebagai sumber makanan. Salah satu komponen utama dari rumpon yang berfungsi untuk menarik ikan-ikan datang ke rumpon yakni atraktor. Atraktor (aggregator) berfungsi sebagai alat penarik/pemikat ikan, dapat dibuat dari jenis daun-daunan, seperti daun kelapa, daun pinang, daun nipah dan juga dari bahan sintetis seperti tali temali. Menurut Boy and Smith (1984) diacu oleh Monintja

6 et al. (1990), bahan aggregator dapat dibuat dari ban bekas, daun kelapa atau tali plastik Menurut hasil penelitian Iskandar dan Diniah (1996) bahwa bubu berumpon dapat memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan bubu tanpa rumpon. Hal ini dapat dimengerti karena bubu merupakan alat tangkap pasif, sehingga agar ikan masuk ke bubu perlu dilakukan hal-hal yang dapat menarik perhatian ikan, salah satunya perlu kombinasi dengan rumpon. Penggunaan bubu bersama rumpon memberikan manfaat yang sangat besar terutama yang berkaitan dengan tingkah laku ikan. Adanya rumpon dapat menarik perhatian ikan untuk berlindung ataupun karena sifat thigmotaxis dari ikan itu sendiri. Rumpon juga dapat mendatangkan plankton yang akan mengundang ikan pemakan plankton untuk mendekati rumpon, sehingga di sekitar rumpon akan ditemukan ikan-ikan kecil. Adanya ikan kecil mengundang ikan besar untuk datang terutama dari ikan predator yang akan membuat ikan besar terjebak masuk ke bubu. Selama ini pemahaman masyarakat terutama nelayan tentang penggunaan rumpon dioperasikan bersama alat tangkap dalam proses penangkapan ikan hanya sekedar sebagai alat pengumpul ikan. Akan tetapi, pemahaman tentang proses ikan datang mendekati dan memasuki alat tangkap dan kenapa perlu menggunakan rumpon masih sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat mengenai penggunaan bubu bersama rumpon dalam penangkapan ikan karang perlu dikaji secara ilmiah lewat penelitian. Bertolak dari uraian di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah Belum diketahui pengaruh rumpon terhadap zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu, serta ikan hasil tangkapan bubu. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut : (1) Mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh rumpon terhadap zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu (2) Mengkaji pengaruh rumpon terhadap ikan hasil tangkapan bubu baik jenis, jumlah, maupun ukuran.

7 Diharapkan inovasi teknologi yang akan diuji lewat penelitian ini nanti, dapat memberikan informasi tentang penggunaan bubu bersama rumpon untuk meningkatkan produksi hasil tangkapan ikan karang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para nelayan. Selain itu, informasi ini juga penting bagi pengambil kebijakan dalam bidang perikanan tangkap untuk menyusun rencana pengembangan usaha penangkapan ikan karang di masa akan datang. 1.4 Hipotesis Hipotesis penelitian ini sebagai berikut : (1) Rumpon berpengaruh terhadap zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu. (2) Rumpon berpengaruh terhadap ikan hasil tangkapan bubu baik jenis, jumlah, maupun ukuran. 1.5 Kerangka Pemikiran Bubu termasuk salah satu alat tangkap yang banyak digunakan dalam penangkapan ikan karang. Untuk memikat ikan memasuki alat tangkap bubu, biasanya para nelayan memasang umpan. Cara memberikan rangsangan baubauan melalui pemasangan umpan ke dalam bubu membuat ikan-ikan akan terangsang untuk mendekati dan memasuki alat tangkap bubu. Selain umpan bisa digunakan untuk memikat ikan masuk ke bubu, dapat pula memanfaatkan pola tingkah laku ikan yang lain dengan cara merangsang indera penglihatan ikan sehingga ikan tertarik terhadap alat tangkap. Salah satu alternatif yang digunakan untuk merangsang ikan agar tertarik terhadap alat tangkap dengan menggunakan rumpon. Rumpon termasuk alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk memikat ikan sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan suatu jenis alat tangkap. Penggunaan rumpon bersama bubu akan memberikan manfaat yang sangat besar terutama yang berkaitan dengan tingkah laku ikan. Rumpon dapat menarik perhatian ikan untuk berlindung ataupun karena sifat thigmotaxis dari ikan itu sendiri. Rumpon juga dapat mendatangkan plankton sebagai sumber makanan bagi ikan-ikan, sebagai tempat berpijah bagi ikan-ikan tertentu, sebagai tempat

8 berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu, dan sebagai titik acuan navigasi bagi ikan-ikan tertentu yang beruaya. Penggunaan bubu bersama rumpon akan mempengaruhi pola tingkah laku ikan memasuki zone of influence/ field of influence dari alat bubu. Ikan-ikan tersebut akan tertarik atau terespons untuk mendekati rumpon, sehingga terjadi aggregasi populasi ikan. Ikan-ikan hadir di rumpon ada yang menetap (resident), menetap sementara (transient) serta hanya berkunjung sebentar (visitor). Penangkapan ikan karang menggunakan bubu bersama rumpon, akan memudahkan ikan-ikan untuk mendekati dan memasuki alat tangkap bubu dan akhirnya tertangkap. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran untuk melaksanakan penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

9 Bubu alat tangkap yang umum digunakan di terumbu karang Bubu berumpan Bubu tanpa umpan (atraktor lain tanpa umpan) Aktivitas penangkapan Salah satu alternatif pakai rumpon Feeding ground Rangsangan penglihatan Sumber makanan Tempat berlindung, dan lain-lain Aggregasi populasi ikan : Menetap (resident) Sementara (non-resident Bubu berumpon Pengaruh alat tangkap (zone of influence/field of influence) Respons Bubu tanpa rumpon Menetap (resident) Bubu Rumpon Tinggal sementara (transient) Mendekat Menjauh? Berkunjung sebentar (visitor) Masuk Escape Menjauhi rumpon Tertangkap Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian.