BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENERAPKAN METODE IMPROVE DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIC PADA POKOK BAHASAN MATERI PELUANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Cocroft (1982:1-5) mengatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena,

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Metode Improve, Metode Pembelajaran Konvensional, Kemampuan. Representasi Matematis, dan Teori Sikap

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian. kelas yang menggunakan metode pembelajaran Improve.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH STRATEGI IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII

PENGARUH METODE IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA KONSEP BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA METODE IMPROVE DAN METODE EKSPOSITORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. itu, pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan

BAB II Kajian Pustaka

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. pendapat Joyce bahwa Each model guides us as we design instruction to

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE IMPROVE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

NURHASANAH 1), Eka WARNA 1), dan HARIZON 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF SMK NEGERI 2 SALATIGA JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang dapat bersaing secara nasional dan internasional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan. Menurut Sutawijaya bahwa matematika mengkaji

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh cabang matematika seperti Aljabar, Aritmatika, Analisis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI CEPOKOSAWIT II TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

PENINGKATAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY (CRH)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada penelitian ini terdapat beberapa teori yang mendukung, diantaranya prestasi belajar matematika, metode

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

PEMBELAJARAN TIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMPROVE UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA. Artikel Ilmiah. Oleh: Hemi Kusnawan NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian tanpa

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) PADA SISWA KELAS VII

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencoba menjawab tingkat pemahaman siswa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENGARUH METODE IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA ( Studi Eksperimen di SMK N 1 Karang Baru) SKRIPSI.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis Melalui Metode Pembelajaran Improve. Mujib IAIN Raden Intan Lampung; Abstract.

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN IMPROVE DAN HASIL BELAJAR SISWA. kehidupan manusia. Pembelajaran memiliki fungsi utama sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar sering diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Aunurrahman (2009: 38) Belajar adalah proses orang memperoleh bebagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian hasil dari suatu proses belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan kecakapan, keterampilan, dan sikap. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan yang positif, yaitu adanya peningkatan kecakapan dan keterampilan, serta mencerminkan sikap yang lebih baik setelah melalui proses belajar. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Arikunto (Samino dan Saring M, 2011:48), hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan tedah diterima siswa. Gunarso (Samino dan Saring M, 2011:48) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakannya. 5

6 Sedangkan menurut Nana Sudjana (1995:3) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya atau proses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat di atas difahami bahwa hasil belajar adalah hasil usaha seseorang dalam melakukan kegiatan belajar yang diterima setelah belajar, adapun hasilnya berupa angka, huruf, maupun tindakan dan wujud kongkrinya berupa raport, transkip nilai, ijazah, piagam, sertifikat atau bentuk-bentuk lainnya. 2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Menurut Ruseffendi (1991: 261) Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. 2.1.4 Metode Pembelajaran IMPROVE Menurut Mevarech dan Kramarski IMPROVE merupakan akronim dari Introducing the new concepts, Metacognitive Questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining mastery, Verivication and Enrichment, merupakan metode yang setiap kata dalam akronimnya merupakan langkah pembelajaran dan didesain untuk kelas-kelas heterogen.

7 1. Mengantarkan konsep baru (Introducing the New Concept) Kata pertama dari metode IMPROVE yaitu Introducing the New Concept atau memperkenalkan konsep baru. Mengantarkan konsep baru dalam metode IMPROVE berbeda dengan mengantarkan konsep baru pada pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode tradisional, seorang guru mengantarkan konsep baru dengan cara ceramah di depan kelas dan para siswa mendengarkan apa yang dikatakan guru. Cara tersebut merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode IMPROVE, seorang guru mengantarkan konsep baru tidak memberikan bentuk akhir atau bentuk jadinya saja, melainkan materi kajian baru diberikan kepada siswa dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa lebih terlibat aktif agar siswa dapat menggali kemampuan diri mereka sendiri. Pertanyaanpertanyaan itu digunakan oleh guru untuk membimbing siswa dalam memahami konsep atau materi yang diajarkan. Misalnya, rumus apa saja yang kalian ketahui?, bagaimana penggunaan rumus-rumus tersebut? dan lain sebagainya. 2. Pertanyaan metakognitif (Meta-cognitive Questioning) Pertanyaan metakognitif merupakan pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa. Pertanyaan metakognitif yang dapat diajukan kepada siswa menurut Mevarech & Kramarski ( 2003 : 15 ) antara lain: a. Pertanyaan pemahaman Pertanyaan ini berhubungan dengan teori yang menjadi materi dalam pembelajaran. Misalnya, mengenai apa keseluruhan masalah ini?. Berhubungan dengan pengetahuan teori mengenai masalah yang akan dipecahkan. Contohnya: seorang guru memberikan permasalahan kepada siswa mengenai suatu materi Faktor KPK dan FPB, setelah itu guru bertanya kepada siswa, Apakah kalian mampu mengerjakan soal cerita Faktor KPK dan FPB ini??. Di sini proses metakognitif siswa berjalan. Siswa berfikir, untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa memilah-milah semua yang telah dipelajarinya dan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. b. Pertanyaan koneksi

8 Pertanyaan koneksi merupakan pertanyaan mengenai apa yang siswa dapat sekarang dengan apa yang telah didapatnya dahulu. Misalnya, Apakah masalah cerita factor KPK dan FPB sama dengan masalah cerita factor KPK dan FPB di Kelas IV?. Apabila seorang siswa diajukan pertanyaan seperti itu, secara tidak langsung proses metakognitif terjadi. Dia akan mengingat permasalahan apa yang pernah dia dapat di kelas IV, bagaimana dia memecahkan masalah tersebut dan membandingkannya dengan permasalahan yang baru. c. Pertanyaan strategi Pertanyaan strategi berkaitan dengan solusi-solusi yang akan diajukan siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Pertanyaan ini merangsang siswa untuk mencari solusi yang paling tepat atau alternatif-alternatif solusi lain untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya, Strategi apa yang harus kalian gunakan untuk memecahkan masalah cerita factor KPK dan FPB ini, mengapa?. Dengan pertanyaan tersebut, siswa otomatis berfikir cara apa yang tepat untuk memecahkan permasalahan. Selain itu siswa juga harus mengetahui alasan mengapa dia memilih cara tersebut. Ini akan melatih siswa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. d. Pertanyaan refleksi Pertanyaan ini mendorong siswa untuk mempertimbangkan cara atau strategi yang telah diajukannya. Misalnya, Apakah strategi itu merupakan solusi yang masuk akal untuk dfan dapat menyelesaikan soal cerita Faktor KPK dan FPB?. Dalam hal ini siswa menimbang kembali solusi yang diajukannya. Ini bertujuan agar siswa teliti dalam menjawab berbagai permasalahan. 3. Latihan (Practicing) Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa, siswa diberi pertanyaan metakognitif, selanjutnya siswa diajak untuk berlatih memecahkan masalah secara langsung. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan materi dan mengasah kemampuan serta keterampilan siswa karena belajar dengan cara melakukan lebih bermakna daripada belajar dengan cara membaca atau mendengar. Guru memberikan latihan kepada siswa berupa soal-soal atau permasalahan. 4. Mereview dan mengurangi kesulitan (Reviewing and Reducing Difficulties)

9 Biasanya pada saat latihan langsung, siswa banyak mengalami kesulitan atau kesalahan. Pada tahap ini guru mencoba melakukan review terhadap kesalahan-kesalahan yang dihadapi siswa dalam memahami materi dan memecahkan soal-soal atau permasalahan. Selanjutnya guru memberikan solusi untuk menghadapi kesulitan yang ada. 5. Penguasaan materi (Obtaining Mastery) Setelah melakukan pembelajaran, guru memberikan tes kepada siswa. Tes ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi siswa. Dengan melihat hasil tes tersebut, guru dapat melihat siswa mana yang sudah menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi. 6. Melakukan verifikasi (Verification) Setelah dilakukan tes dan mengetahui hasilnya, kemudian dilakukan identifikasi untuk memisahkan siswa mana yang mencapai batas kelulusan dan siswa mana yang belum mencapai batas kelulusan. Siswa yang sudah mencapai batas kelulusan dikategorikan sebagai siswa yang sudah menguasai materi. Sedangkan siswa yang belum mencapai batas kelulusan maka dikategorikan sebagai siswa yang belum menguasai materi. 7. Pengayaan (Enrichment) Tahap akhir dari metode IMPROVE adalah melakukan pengayaan terhadap siswa yang belum mencapai batas kelulusan atau belum menguasai materi. Hal ini dilakukan dengan kegiatan remedial. Maka dapat disimpulkan sintak dari metode IMPROVE adalah: a. Guru menyajikan pertanyaan untuk mengantarkan konsep b. Siswa latihan dan bertanya c. Balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Di bawah ini ada beberapa kajian hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dengan menggunakan metode IMPROVE, yaitu :

10 a. Setiaji, Darmawan ( 2009 ) Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode IMPROVE untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP N 1 Cileunyi Kelas IX Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemempuan penalaran matematika siswa SMP N 1 Cileunyi kelas IX Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Penerapan metode IMPROVE dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP N 1 Cileunyi kelas IX Semester I, hal ini dapat dilihat dari presentase ketuntasan belajar 68,41% pada siklus I menjadi 78,21% pada siklus II dan meningkatkan nilai rerata dari 62,42 menjadi 77,63. b. Winarsih (2011) Penerapan Pembelajaran Matematika Metode IMPROVE dengan Model Kooperatif untuk Meningkatkan Pemahaman Operasi Hitung Aljabar pada Kelas VII A SMP Darul Islam Gresik. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman matematika operasi hitung aljabar pada kelas VII A SMP Darul Islam Gresik. Penerapan metode IMPROVE dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung aljabar Siswa kelas VII A SMP Darul Islam Gresik. Hal ini dapat dilihat dari presentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 62,45% pada siklus I menjadi 76,75% pada siklus II. 2.3 Kerangka Pikir Dengan menggunakan metode IMPROVE pada pembelajaran Matematika di SD N Deles 03 diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda sesuai dengan gaya belajarnya sehingga mereka mudah menerima pelajaran. Tugas utama seorang guru adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu seorang guru harus mampu dan menguasai cara penyampaian materi pembelajaran dengan metode IMPROVE. Apabila seorang guru dalam melakukan persiapan pembelajaran kontekstual sudah optimal, maka dalam proses pembelajaran diharapkan hasilnya juga memuaskan.

11 Penggunaan Metode IMPROVE Siswa menjadi lebih aktif, kreatif, saling kerjasama dan dapat menemukan konsep. Pembelajaran menjadi lebih intensif dan bermakna Daya serap peserta didik meningkat Hasil pembelajaran matematika materi Faktor KPK dan FPB meningkat 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir, disusun hipotesis tindakan sebagai berikut : penggunaan metode IMPROVE diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi faktor KPK dan FPB siswa kelas V Semester I SDN Deles 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.