POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

dokumen-dokumen yang mirip
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN GEREJA IMMANUEL JAKARTA

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

PERUBAHAN RUANG PADA BANGUNAN RUMAH PANJAE SUKU DAYAK IBAN KALIMANTAN BARAT

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK (GPIB IMMANUEL) SEMARANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN UTAMA KOMPLEKS ASRAMA KOREM 081/DSJ MADIUN (EKS MIDDELBARE BOSCHBOUWSCHOOL TE MADIOEN)

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KANTOR BAKORWIL IV JATIM PAMEKASAN

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

Minggu 2 STUDI BANDING

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

TATA LETAK RUANG HUNIAN-USAHA PADA RUMAH LAMA MILIK PENGUSAHA BATIK KALANGBRET TULUNGAGUNG

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERUMAHAN PUSAT KOTA DENGAN KONSEP EFISIENSI DI PONTIANAK

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TERBENTUKNYA POLA RUANG DALAM BATIH BARU RUMAH PANGGUNG DAYAK KENYAH DI DESA PAMPANG SAMARINDA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

KRITERIA KEPUASAN PENGHUNI HUNIAN SEWA (RUMAH KOST) MAHASISWA DI SEKITAR KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SUSI ERMADANI

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EKSPLORASI DENAH RUMAH TINGGAL DI LAHAN MAGERSARI

Bab V Konsep Perancangan

TERITORI RUANG PADA RUMAH PRODUKTIF BATIK DI KAUMAN, PEKALONGAN JAWA TENGAH

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB IV: KONSEP Konsep Bentuk Massa Bangunan

PERENCANAAN KAMPUNG NELAYAN PASIA NAN TIGO DENGAN PENDEKATAN EMPOWERMENT

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA. Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI

Karakteristik Spasial Area Masuk Utama pada Bangunan Stasiun (Studi Kasus: Stasiun-Stasiun di Wilayah Malang)

RUANG SOSIAL RUMAH TRADISIONAL BAANJUNGAN DI BANJARMASIN

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

BAB VII KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 1. Pengembangan pemukiman nelayan di Segara Anakan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

SIMETRISITAS RUANG PADA RUMAH TINGGAL KUNO DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

Makna Ruang Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN GEREJA GPdI JEMAAT HOSANA JL. CIBANGKONG NO.6, BANDUNG

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN DATA

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram

POLA LETAK STRUKTUR PONDASI PADA RUMAH LAMA PEKANBARU

SISTEM KEKERABATAN PEMBENTUK POLA PERMUKIMAN DUSUN KRAJAN KABUPATEN LUMAJANG

BAB III STUDI KASUS 3.1 KONDISI GEOGRAFIS

Wahyudin Ciptadi Jurusan Teknik Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak

Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI HASIL RANCANGAN

Transkripsi:

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia Alamat Email penulis: yaziddwipn@gmail.com ABSTRAK Kampung Bontang Kuala merupakan kampung di pinggiran laut Kota Bontang. Dulunya mata pencaharian utama masyarakat kampung ini adalah sebagai nelayan. Rumah tradisional Kampung Nelayan Bontang Kuala berbentuk seperti Panggung yang terletak di atas permukaan air sungai atau laut sehingga disebut Rumah Panggong. Seiring perkembangan zaman, menjadi nelayan bukan satu-satunya mata pencaharian di kampung ini. Berdagang dan jasa menjadi salah satu alternatif pencaharian saat ini. Hal itu mempengaruhi pola ruang dalam tempat masyarakat itu bermukim. Metode yang digunakan dalam studi adalah metode analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Metode analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kemudian menganalisis pola ruang dalam pada rumah, sehingga ditemukan karakteristik ruang dalam pada bangunan Rumah Panggong. Studi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola ruang dalam Rumah Panggong yang terdapat di Kampung Bontang Kuala. Kata Kunci: pola ruang dalam, Rumah Panggong ABSTRACT Bontang Kuala Village is a village in the northwest suburbs of Bontang. Formerly the main livelihood of the villagers are fishermen. Traditional houses fishermen village in Bontang Kuala shaped like stage located above the water surface rivers or the sea socalled Panggong House. Along with the times, as fishermen are not the only livelihood in this village. Trade and services become one of alternative livelihoods for the moment. It affects patterns of space in society where it resides. The method used in the study is qualitative analysis by descriptive analysis approach. Descriptive analysis method is used to describe then analyze the patterns of space in the house, so that the characteristics found in the room on building Panggong House. The study aims to identify and analyze patterns of space in the Panggong House contained in Bontang Kuala Village. Keywords: patterns indoor, Panggong House 1. Pendahuluan Terbentuknya Perkampungan Bontang Kuala diawali dengan sejarah masyarakat Bugis. Sejarah Masyarakat Bontang Kuala diawali dari Ajipao yang merupakan bangsawan Bugis yang melarikan diri dari Pulau Sulawesi akibat perang saudara dan konflik politik dengan kolonial Belanda, menuju Kesultanan Kutai Kartanegara. Sultan Kutai Kartanegara kemudian mengangkat Ajipao menjadi kerabat dan ditugaskan mencari wilayah baru. Ajipao Akhirnya mendirikan perkampungan Bontang Kuala.

Orang Bontang yang bermatapencaharian sebagai nelayan yaitu Suku Bugis dan Suku Bajau memilih tinggal di daerah pantai dan di atas laut. Mereka mendirikan rumah berbentuk panggung dan kayu. Itulah cikal bakal terbentuknya Rumah Panggong di Bontang Kuala. (Lubis, 2003) Kampung Bontang Kuala merupakan kampung di pinggiran laut Kota Bontang. Dulunya mata pencaharian utama masyarakat kampung ini adalah sebagai nelayan. Rumah tradisional Kampung Nelayan Bontang Kuala berbentuk seperti Panggung yang terletak di atas permukaan air sungai atau laut sehingga disebut Rumah Panggong. Seiring perkembangan zaman, menjadi nelayan bukan satu-satunya mata pencaharian di kampung ini. Berdagang dan jasa menjadi salah satu alternatif pencaharian saat ini. Hal itu mempengaruhi pola ruang dalam tempat masyarakat itu bermukim. Bagi masyarakat yang masih bermata pencaharian sebagai nelayan, Rumah Panggong mereka memiliki sirkulasi khusus menuju kapal yang ditambatkan di bawah rumah mereka dan ruang untuk menyimpan hasil laut. Bagi masyarakat yang bermata pencaharian berdagang dan penjual jasa, rumah mereka tidak memerlukan sirkulasi dan ruang penyimpanan tersebut. Kondisi itu menyebabkan Rumah Panggong yang mereka huni mempunyai pola ruang dalam yang berbeda-beda pula. Saat ini konsep Rumah Panggong merupakan konsep ruang dalam yang sederhana namun sangat erat hubungannya dengan karakter masyarakat. Rumah Panggong juga memiliki pola ruang dalam yang bermacam macam yang cukup menarik untuk diteliti tergantung mata pencaharian pemilik rumah tersebut. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola ruang dalam Rumah Panggong yang terdapat di Kampung Bontang Kuala. 2. Metode Metode yang digunakan dalam studi adalah metode analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Metode analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kemudian menganalisis pola ruang dalam pada rumah, sehingga ditemukan karakteristik ruang dalam pada bangunan Rumah Panggong. Selain itu juga menggunakan metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari hal yang berhubungan dengan keadaan yang memberi pengaruh pada pola ruang dalam pada rumah tersebut. Semua kegiatan penelitian akan dibatasi dengan variabel yang akan menjadi bahan analisis untuk Rumah Panggong ini. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dengan tetua kampung dan kepala adat, tampilan keseluruhan bangunan Rumah Panggong dipengaruhi oleh opini masyarakat. Mereka percaya bahwa tempat tinggal yang baik adalah yang menghadap arah datangnya sinar matahari. Sinar Matahari menurut mereka dapat memberikan tenaga ekstra dan dapat mendapat hasil laut yang maksimal saat mereka pergi melaut. Untuk pola penyusun ruang dalam Rumah Panggong terdapat ruang utama dan ruang penunjang. Ruang utama yang terdapat pada Rumah Panggong terbagi menjadi 2 yaitu, Palladang dan Balai. Ruang penunjang adalah ruang yang tidak selalu ada di dalam Rumah Panggong terbagi menjadi 2 yaitu Berandah dan Dapou (Gambar 1).

Dapou Balai Palladang Berandah Gambar 1. Pola penyusun ruang dalam Rumah Panggong Rumah Panggong yang tersebar di Kampung Bontang Kuala memiliki pola ruang dalam yang berbeda. Rumah yang diteliti berjumlah 20 rumah, selanjutnya objek tersebut menjadi inti pembahasan pola ruang dalam Rumah Panggong di Kampung Bontang Kuala (Gambar 2). Gambar 2. Letak 20 Rumah Panggong Salah satu rumah yang dianalisis dengan pola ruang lengkap adalah rumah ketujuhbelas. 3.1 Rumah Panggong ketujuhbelas (RM.17) a. Denah dan susunan ruang Rumah Panggong ketujuhbelas Rumah Panggong ini diperkirakan berdiri pada tahun 1970-an. Ruang dalam pada Rumah Panggong ketujuhbelas ini memiliki 9 jenis ruang, yaitu ruang keluarga, ruang tamu, teras, kamar tidur, tempat tambat perahu, dapur, gudang makanan,kamar mandi, dan ruang cuci. Kamar tidur berjumlah 2, jadi jumlah ruang semuanya adalah 10 (Gambar 3). Sirkulasi dari ruang dalamnya adalah sirkulasi radial, karena berpusat disatu titik yaitu ruang keluarga dan menyebar ke ruang lainnya (Ching, 1999).

Gambar 3. Denah rumah ketujuhbelas (RM. 17) b. Pola penyusun ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas Pola ruang dalamnya merupakan pola lengkap dengan memiliki ruang tambat sendiri didalam area rumah. Hal ini dikarenakan dalam awal membangun rumah sudah disesuaikan dengan profesi pemiliknya untuk efisiensi waktu saat pergi melaut oleh karena itu Dapou pada bangunan terdiri dari dua ruangan. Berandah nya adalah toko sederhana tanpa sekat yang bersebelahan dengan area palladang yaitu teras rumah untuk pemanfaatan ruang dikarenakan kurangnya lahan(gambar 4). Gambar 4. Pola penyusun ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas (RM. 17) c. Zoning pada ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas Pada rumah ketujuhbelas ini terdapat ruang lengkap dengan ruang publik, semi publik, dan privat (Zahnd, 1999). Pada bangunan ini, ruang keluarga dan ruang tamu hanya dipisahkan oleh perabot dan pola lantai. Area semi publik terdapat dapur, ruang makan, dan gudang makanan yang dipisahkan oleh pintu dengan area publik. Hal ini dikarenakan area privat yaitu tempat tambat perahu berdekatan dengan area semi publik. Gudang makanannya tidak berbeda zonasi dengan ruang semi publik untuk

efisiensi ruang. Area privat nya dibedakan menjadi yang biasa diakses penghuni dan yang diakses oleh kepala keluarga. Area yang diakses penghuni terdapat kamar tidur. Kamar tidur pada bangunan ketujuhbelas memiliki jumlah sesuai penghuni, sehingga ruangan ini mempengaruhi besaran dari Rumah Panggong itu sendiri. Area yang diakses kepala keluarga terdapat teras bagian kiri yang beralih fungsi menjadi gerai makanan dan tempat tambat perahu. Teras pada bangunan ini digunakan sebagai tempat menjual hasil pangan laut dan untuk menjemur hasil pangan laut. Tempat tambat perahu sendiri berada di belakang bagian kiri rumah untuk memudahkan akses nelayan ke perahunya sendiri karena masih dalam satu wilayah Rumah Panggong (Gambar 5). Gambar 5. Zoning ruang pada Rumah Panggong kode RM.17 d. Transisi pada ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas Transisi di dalam bangunan Rumah Panggong ketujuhbelas ini melalui pintu untuk masuk kedalam ruang tamu. Pada ruang dalamnya, transisi antar ruang publik dan semi publik dibedakan menggunakan pintu, karena rumah ini mempunyai tempat tambat perahu yang bersifat privat. untuk transisi menuju ruang ruang kamar tidur, dan teras yang beralih fungsi menjadi gerai makanan yang lebih bersifat privat juga menggunakan pintu( Gambar 6). Gambar 6. Transisi ruang pada Rumah Panggong kode RM.17

e. Kondisi pada ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas Gambar 7. Kondisi pada ruang dalam Rumah Panggong ketujuhbelas Rumah Panggong yang tersebar di Kampung Bontang Kuala memiliki pola ruang dalam yang bisa dibagi pada beberapa kategori. Setelah adanya penjelasan dan deskriptif dari sampel rumah, adanya klasifikasi dari semua rumah yang dijadikan objek untuk pembahasan pola ruang dalam adalah sebagai berikut: 1. Rumah panggong kategori pertama: Terdapat Balai, Palladang, Berandah, dan Dapou. Rumah kategori pertama muncul pada rumah dengan kode: RM.7, RM.9, RM.15 dan RM.17. 2. Rumah Panggong kategori kedua: Terdapat Balai, Palladang, dan Dapou. Rumah kategori kedua muncul pada rumah dengan kode: RM.1, RM.2, RM.3, RM.5, RM.6, RM.8, RM.10, RM.11, RM.18, dan RM.20. 3. Rumah Panggong kategori ketiga: Terdapat Balai, Palladang, dan Berandah. Rumah kategori ketiga muncul pada rumah dengan kode: RM.4, RM.16 dan RM.19. 4. Rumah Panggong kategori keempat: Terdapat Balai, dan Palladang. Rumah kategori keempat muncul pada rumah dengan kode: RM.12, RM.13, dan RM.14 4. Kesimpulan Rumah Panggong yang ada di kampung bontang kuala mempunyai 4 jenis kategori dilihat dari ruang penyusun Rumah Panggong sendiri yaitu palladang, bale, dapou, dan berandah. Perbedaan dari empat jenis kategori adalah ada tidaknya empat ruang penyusun Rumah Panggong itu sendiri. Rumah kategori pertama mempunya ruang penyusun Rumah Panggong masih lengkap. Terkadang ditemukan rumah kategori pertama dengan ruang tambat perahu

berada diluar area rumah, tetapi tetap termasuk kategori pertama karena ruang gudang makanan pada rumah tersebut menjadi ruang privat. Rumah kategori pertama masih lengkap dikarenakan mata pencaharian penghuni dengan konsep ruang dalam masih sama seperti awal terbentuknya rumah tersebut. Rumah kategori kedua mempunyai ruang penyusun Rumah Panggong hanya tiga. Konsep ruang dalam hanya difokuskan kepada mata pencahariaan nelayan, sebab efisiensi lahan rumah yang tidak memungkinkan untuk penambahan ruang berandah pada bangunan kategori kedua. Rumah kategori ketiga ruang penyusun Rumah Panggong hanya tiga. Seiring perkembangan zaman kampung bontang kuala tidak lagi permukiman hanya untuk para nelayan saja. Pola ruang dalamnya merupakan pola penyusun tanpa adanya dapou karena pemilik rumah bukan nelayan melainkan hanya pengrajin olahan laut. Maka dari itu, berandah yang terdiri dari ruang jemur, gerai dan toko untuk produksi dan penjualan terdapat pada bangunan ini. Rumah kategori keempat sendiri hanya memiliki dua ruang penyusun Rumah Panggong yaitu ruang utama palladang, dan bale. Rumah kategori keempat adalah rumah yang baru dibangun atas dasar untuk tempat tinggal saja. Pola ruang dalamnya tidak mengacu pada kebutuhan mata pencaharian para penghuni dikarenakan letak rumah dan pekerjaan penghuni itu sendiri. Kemampuan adaptasi para penghuni rumah sesuai dengan keadaan dan kekurangan pada rumah tersebut yang mendasari pengkategorian ini. Daftar Pustaka D. K. Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga. Lubis, Nina H. dkk. 2003. Kota Bontang : Sejarah Sosial Ekonomi. Bandung: Satya Historika Zahnd, M. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu, Teori Perancangan Kota dan Penerapannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.