BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan Studi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

ANALISIS HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh masyarakat luas (Lincolin Arsyad, 1999).

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BABV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Perdebatan tentang indikator pembangunan sosial-ekonomi sudah sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya dari pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI ACEH,

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu Negara yang

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah ketimpangan pembangunan ekonomi dan kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah satu dengan daerah lain merupakan suatu hal yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah. (Williamson, dalam Hartono, 2008). Ketimpangan pembangunan juga dapat dilihat secara vertikal yakni perbedaan pada distribusi pendapatan serta secara horizontal yakni perbedaan antara daerah maju dan terbelakang (Sjafrizal, 2008). Pemerintah melalui Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengatakan bahwa Perencanaan pembangunan nasional maupun regional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan mengikuti pola tertentu berdasar hasil telaah yang cermat terhadap situasi dan kondisi yang bagus. Pembangunan yang bersifat menyeluruh dan tuntas perlu dilakukan, sehingga sasaran pembangunan yang optimal dapat tercapai. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat aktivitas ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. 1

2 Pertumbuhan ekonomi terlalu cepat akan menimbulkan ketimpangan pada distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Masli, 2008) Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusisosial, di samping akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan (Todaro, 2007). Untuk mencapai hal tersebut, keberhasilan pembangunan sering diidentikan dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. Karena semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Kata kunci dari pembangunan adalah pembentukan modal, karena untuk mencapai target pembangunan yang tinggi pada suatu negara dibutuhkan nilai investasi yang besar. Sehingga strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan cara mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi (Kuncoro, 2010:4). Selain itu, kebutuhan akan investasi yang besar dapat diperoleh juga melalui dorongan kondisi negara yang sudah lebih baik terutama sistem pelayanan serta sarana dan prasarana yang mendukung. Namun demikian, tingginya pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak berarti semua wilayahnya memiliki tingkat pertumbuhan yang sama, karena

3 adanya keterbatasan baik dari sisi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lembaga institusi yang mendukung. Perbedaan daerah dilihat dari pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada terpusatnya kegiatan-kegiatan ekonomi pada suatu daerah saja dan tidak terjadi persebaran yang merata (Kartini, 2008). Konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah yang cukup tinggi akan cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah sebab proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan konsentrasi kegiatan ekonomi rendah proses pembangunan akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, ketidakmerataan ini menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah (Sjafrizal, 2008). Dari hal tersebutlah, pelaksanaan pembangunan tidak jarang menciptakan adanya ketimpangan. Untuk melancarkan program pembangunan ekonomi daerah diperlukan suatu strategi pembangunan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Kabupaten ponorogo yang terdiri dari 21 kecamatan yang berada pada Satuan Wilayah Pembangunan III Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang berkembang cukup baik setelah adanya era otonomi daerah (Bapeda Ponorogo, 2013). Berbagai pencapaiantelah dicapai oleh kabupaten Ponorogo dalam pelaksanaan pembangunan daerah terutama di bidang ekonomi, meskipun masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi lagi. Pembangunan ekonomi Kabupaten ponorogo mulai terlihat dengan adanya

4 beberapa pengembangan potensi daerah. Hal itu terlihat dari mulai meningkatnya pengembangan sektor ekonomi seperti pengembangan sektor wisata sampai pengembangan sektor perdagangan, pendidikan. Perkembangan tersebut bisa kita lihat dari meningkatnya PDRB kabupaten Ponorogo dari tahun ketahun sebagai berikut. Tabel 1. 1 PDRB Kabupaten Ponorogo (ADHK),Growth,PDRB Perkapita,Jumlah Penduduk No Keterangan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 PDRB(Juta) 8.961.480,56 9.960.335,26 11.047.555,97 12.150.334,21 13.441.459,80 2 Growth(%) 5,24 5,70 5,98 5,17 5,28 3 PDRB/Kapita(Ribu) 10.460,69 11.591,19 12.819,08 14.220,67 15.836,86 4 Jumlah Penduduk(org) 855.281 859.302 861.806 863.890 865.809 Sumber: (BPS Kab. Ponorogo) Gambar 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Ponorogo 8 7 6 5 4 3 2 1 0 6,68 5,7 5,24 Pertumbuhan Ekonomi 7,22 7,27 5,98 6,8 5,86 5,17 5,28 2010 2011 2012 2013 2014 Ponorogo Jawa Timur Sumber: Badan Pusat Statistik Dengan adanya pembangunan ekonomi yang cukup baik tersebut membuat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo

5 cenderung mengalami peningkatan terus menerus seiring meningkatnya jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Kabupaten Ponorogo rata-rata mampu menciptakan PDRB sebesar nilai perkapita di masing- masing tahun tersebut (Tabel 1.1). Jika dibandingkan dengan pertumbuhan Jawa Timur memang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo masih dibawah, namun tren pertumbuhannya masih mampu mengikuti angka pertumbuhan di Jawa Timur meskipun mengalami penurunan di tahun 2013 (Gambar 1.1). Sementara itu pertumbuhan per-kapita secara riil juga selalu meningkat di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk yang melibatkan rata-rata pada kisaran 0,2-0,3 persen setiap tahunnya. Namun biasanya dengan kondisi perekonomian yang cukup baik tersebut tidak membuat pembangunan ekonomi tiap kecamatan lebih merata. Indikasi adanya potensi ketimpangan wilayah antar kecamatan di Kabupaten Ponorogo bisa dilihat dari beberapa sampel kecamatan di kabupaten ponorogo pada lampiran tabel 1.2 PDRB berikut. Tabel 1. 2 Kecamatan Dengan PDRB Terbesar (Ribu) Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 Babadan 2.556.967,350 4.245.898,685 4.744.415,469 7.288.384,634 7.452.791,020 Pulung 4.633.204,363 4.573.337,009 5.644.851,727 6.428.113,140 6.858.849,138 Sukorejo 3.798.178,674 4.545.282,156 4.546.977,070 5.121.677,977 5.795.423,406 Balong 2.792.040,518 3.250.806,110 4.870.649,744 5.329.415,336 5.680.571,561 Sumber: (BPS Kab. Ponorogo)

6 Dalam tabel di atas bisa diketahui bahwa ada beberapa kecamatan yang memiliki PDRB perkapita yang tinggi diantaranya, Kec. Babadan, Kec. Pulung, Kec. Sukorejo,dan Kec. Balong, sedangkan daerah lainnya masih dibawah PDRB perkapita empat kecamatan tersebut. Selain dilihat dari PDRB perkapita tersebut, indikasi lain dari adanya ketimpangan pembangunan antar kecamatan di Kab. Ponorogo adalah persebaran jumlah penduduk. Seperti terlihat pada tabel 1.3 dibawah, persebaran jumlah penduduk terbesar di Kab. Ponorogo ditempati oleh empat Kecamatan dimana pada 2010 kecamatan Ponorogo memiliki jumlah penduduk tertinggi di kabupaten ponorogo dengan menyumbang 8,70% dari total jumlah penduduk Kab. Ponorogo. Ketidakmerataan persebaran penduduk tersebut dapat dilihat dari empat kecamatan dengan penduduk terbesar pada tabel berikut. Tabel 1. 3 Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan di Kab. Ponorogo (%) Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 Ponorogo 8.70 8.68 8.67 8.66 8.65 Babadan 7.32 7.31 7.31 7.30 7.29 Ngrayun 6.48 6.47 6.47 6.46 6.46 Sawoo 6.40 6.38 6.39 6.38 6.38 Sumber: (BPS Kab. Ponorogo) Dengan adanya perbedaan kondisi daerah atau adanya indikasi terjadinya ketimpangan tersebut bisa menghambat proses pembangunan ekonomi kabupaten Ponorogo secara umum, untuk itu dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pemerintah mampu membuat kebijakan yang tepat bagi Kabupaten Ponorogo sehingga perbedaan kondisi ini bisa berkurang.

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan tentang ketimpangan pembangunan di Kabupaten Ponorogo yang meliputi: 1. Bagaimana pola ketimpangan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo selama 2010-2014? 2. Bagaimana hubungan ketimpangan pembangunan di Kabupaten Ponorogo terhadap pertumbuhan Ekonomi? C. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka bisa dikatakan tujuan akhir dari penelitian ini diharapkan ketimpangan pembangunan ekonomi antar Kecamatan di Kab. Ponorogo bisa sedikit berkurang. Untuk itu dalam penelitian ini ditetapkan bahwa tujuan penelitian dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pola ketimpangan wilayah di Kabupaten Ponorogo selama 2010-2014. 2. Untuk mengestimasi hubungan antara ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dalam pembangunan wilayah kedepan. 2. Bagi Peneliti, Sebagai bahan acuan dalam mempelajari perencanaan pembangunan regional sehingga bisa menjadi bahan pendukung dalam penelitian yang lebih lanjut tentang pembangunan ekonomi daerah. 3. Bagi Pembaca, untuk menambah wawasan tentang ketimpangan wilayah dan faktor penyebabnya. E. Metode Analisis Data E.1.Alat Analisis Indeks Williamson Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis ketimpangan (disparitas) pendapatan regional dengan menggunakan Indeks Williamson. Hasil perhitungan menggunakan Indeks Williamson akan menghasilkan angka indeks yang lebih besar atau sama dengan nol dan lebih kecil dari satu (0 IW 1). Jadi, jika angka indeks sama dengan nol (0), maka tidak terjadi ketimpangan ekonomi antar daerah yang dikaji. Semakin mendekati angka satu (1) menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi daerah tersebut semakin tinggi dan belum meratanya pendapatan perkapita maupun pembangunan di wilayah tersebut (Kuncoro, 2006).

9 Indeks Entrophy Theil Berbeda dengan Indeks Willamson, Indeks Entrophy Theil semakin besar nilai Indeksnya maka wilayah tersebut semakin timpang. Sedangkan bila nilai IET semakin kecil maka ketimpangan wilayah juga semakin kecil. Nilai indeks entropi yang lebih rendah berarti menunjukkan adanya kesenjangan yang rendah, dan sebaliknya..(indeks Entropi Theil (Kuncoro, 2006). E.2.Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang meliputi data keuangan dan jumlah penduduk di kabupaten dan tiap kecamatan yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dengan memanfaatkan dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, Bappeda dan Instansi terkait lainnya. Dan penelitian ini juga menggunakan literatur dan jurnal yang sesuai sebagai sumber atau bahan kajian.

10 F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Berisi tentang pengertian pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pembangunan, serta tinjauan terhadap penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya BAB III Metodologi Penelitian Berisi tentang Jenis data, alat penelitian, dan model penelitian BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Menganalisis dan menguraikan data tentang ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi, serta deskripsi hasil analisis Ketimpangan Pembangunan antar kecamatan di Wilayah Kab.Ponorogo. BAB V Kesimpulan dan Saran Membahas tentang kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN