BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN USAHA LAUNDRY DI DUSUN POGUNG KIDUL DESA SINDUADI KECAMATAN MLATI. Ekasari Lieharyani Lokmansyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELUANG BISNIS LOUNDRY KILOAN ABSTRAK

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARYA ILMIAH TENTANG BISNIS BISNIS LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Jasa laundry merupakan salah satu bentuk jasa yang sangat. berkembang pesat di era sekarang, apalagi di kota-kota besar seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. juga tempat kediaman yang dapat memenuhi syarat-syarat kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, banyak ditemukan pelajar yang setelah lulus dari SMA atau

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS LAUNDRY KILOAN

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan. Untuk itu, kegiatan bisnis tersebut harus dapat memberikan kepuasan

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

PELUANG BISNIS USAHA LAUNDRY ON KILO. Oleh: NAMA : ACHMAD BUKHORI KELAS : S1 SI 2C NIM :

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar. jasa yang lebih menarik dan dibutuhkan oleh masyarakat sehingga menghasilkan income

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data BPS (2016), Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Dampak Aktivitas Akademik Universitas Muhamamdiyah

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan lingkungan eksternal dan internal karena merupakan bagian yang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan dalam segala sektor terutama sektor industri. Namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perencanaan bisnis usaha laundry De Cuci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : CV. Waroenk Asia Solusindo Logo Perusahaan : Waroenk Laundry

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

ANALISIS USAHA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2001 DAN TAHUN 2006

Company Profile. Keunggulan Shantika Nabilla

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

Bisnis di sekitar kost

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan dilihat sebagai investasi sumber daya manusia yang selalu berkaitan dengan keperluan siswa / mahasiswa sebagai manusia maupun sebagai peserta didik. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Yogyakarta memiliki banyak perguruan tinggi di dalamnya, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta yang terkenal. Hal tersebut membuat Yogyakarta mendapatkan julukan sebagai kota pelajar. Salah satu perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta adalah Universtas Gadjah Mada. Dari data BPS tentang jumlah mahasiswa pada perguruan tinggi negeri di D.I. Yogyakarta tahun 2012/2013 mengungkapkan ada 69.680 orang mahasiswa di D.I. Yogyakarta, dengan sebanyak 15.110 orang menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Adanya keberadaan para mahasiswa inilah yang menciptakan munculnya berbagai berbagai macam usaha yang berkembang yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam hal ini terdapat beberapa lapangan usaha yang selalu berkaitan dengan keperluan pendidikan itu sendiri, seperti penyewaan rumah atau kamar, toko buku, toko pakaian, warung makan. Salah satu daerah yang menjadi ramai karena banyaknya mahasiswa adalah di Kecamatan Mlati Desa Sinduadi, tepatnya pada Dusun Pogung Kidul. Karena aksesibilitas menuju kampus yang cukup mudah dan dekat dengan daerah ini menjadikan ketiga dusun tersebut sebagai salah satu alternatif sebagai tempat tinggal. Banyaknya pendatang membuat penduduk membuat rumah mereka menjadi tempat kos. Hampir pada setiap rumah di 1

ketiga dusun dijadikan sebagai tempat kos, baik yang berbentuk asrama (putra / putri) maupun bentuk tempat kos yang menyatu dengan rumah induknya, ada yang sengaja menyewakan seluruh rumahnya untuk dijadikan kontrakan maupun yang membangun rumahnya menjadi bertingkat sebagai tempat kos. Dari keberadaan rumah kos inilah berbagai lapangan usaha baru biasanya diciptakan. Di sekitar lokasi kos umumnya terdapat warung-warung makan sederhana, toko, tempat fotocopy dan pengetikan. Salah satu usaha lain yang cukup berkembang disekitar tempat kos adalah usaha laundry. Saat ini telah banyak usaha laundry yang berkembang dipinggir jalan dengan tujuan untuk mempermudah akses bagi pengguna usaha jasa untuk menemukan dan memakai jasa usaha laundry. Aktivitas kerja yang tinggi dan padat memaksa seseorang untuk bergerak lebih cepat maupun mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih cepat. Sedikitnya waktu luang yang dimiliki memaksa seseorang untuk pandai-pandai dalam mengatur waktu sebaik mungkin. Memiliki kegiatan yang padat, seringkali orang merasa lelah dan ingin cepat beristirahat bila sesampainya di rumah. Hal ini terkadang membuat seseorang lupa dengan pekerjaan rumah mereka yang belum terselesaikan, namun menjadi suatu kebutuhan yang sangat berperan penting dalam kehidupan sehari hari seperti mencuci. Akibatnya, pekerjaan rumah menjadi terbengkalai dan menumpuk setiap harinya. Berkembangnya usaha laundry menjadikan pekerjaan rumah seperti mencuci yang sifatnya rutin dan berkelanjutan menjadi lebih mudah terselesaikan. Warga kota yang memiliki kesibukan cukup tinggi, usaha laundry sangat tepat untuk mengatasi masalah mencuci pakaian, selimut, dan lain-lain. Karena, di tempat laundry ini tidak hanya menawarkan jasa mencuci saja tetapi sekaligus dengan penyetrikaannya, dengan begitu pakaian menjadi bersih, harum dan rapi. Bagi mereka yang tidak memiliki kesibukan yang padat namun membutuhkan waktu untuk keperluan lainnya, dapat juga menggunakan usaha laundry untuk pengerjaan pencucian pakaian yang sekiranya memerlukan tenaga ahli untuk mengatasinya. Usaha 2

laundry menjadi sebuah jawaban bagi mereka yang membutuhkan untuk menangani pakaian yang nodanya sulit diatasi atau yang tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya pekerjaan pencucian dan penyetrikaan di rumah. Berdasarkan uraian diatas, penelitian mengenai Kajian Usaha Laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati ini perlu dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah Dengan semakin padat dan dinamisnya kinerja seseorang, menuntut agar seseorang dapat mengatur waktunya sebaik mungkin untuk bergerak lebih cepat. Sedikit sekali orang memiliki kemampuan manajerial dalam membagi waktunya. Aktivitas dan kesibukan kerja yang banyak dijumpai pada wilayah perkotaan seringkali menyebabkan warga kota yang umumnya berprofesi sebagai karyawan atau pegawai maupun pelajar yang tinggal ditempat kost sering tidak punya cukup banyak waktu untuk melakukan aktivitas harian yang dianggap sederhana namun membawa pengaruh besar seperti memasak ataupun mencuci. Faktor ini tidak luput dari pengamatan pelaku usaha dan menjadi salah satu alasan mendorong munculnya pendirian usaha laundry yang banyak berkembang disekitar kita, terutama pada kawasan kos. Para pelaku usaha melirik kesempatan untuk membuka usaha laundry sebagai salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan. Konsumen yang memerlukan usaha laundry untuk mempermudah masalah pekerjaan rumah tangga disela-sela waktu kerja atau kuliah yang cukup padat. Alasan kepraktisan serta biaya yang dipandang cukup murah membuat keberadaan usaha laundry semakin banyak ditemui di lingkungan sekitar. Hal ini menjadi dasar tersusunnya beberapa pertanyaan penelitian yakni : 1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 2. Bagaimana persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi jalannya usaha laundry di Dusun Pogung Kidul? 3

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui karakteristik pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 2. Untuk mengetahui persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi jalannya usaha laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Penelitian kajian usaha laundry di Dusun Pogung Kidul ini dapat bermanfaat sebagai bahan pengetahuan bagi pelaku usaha laundry, masyarakat dan pemerintah mengenai karakteristik usaha laundry di Dusun Pogung Kidul. 1.4.2. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi ataupun gambaran mengenai persebaran usaha laundry di Dusun Pogung Kidul. Selain itu, penelitian ini sebagai bentuk pemenuhan persyaratan akademik dalam menyelesaikan program S-1 Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Telaah Kepustakaan Geografi industri adalah studi / kajian tentang susunan keruangan dari aktivitas industri (Johnston, 1981). Kajian utama dalam geografi industri adalah pola keruangan dari aktivitas industri, karakteristik industri serta hubungan aktivitas industri manufaktur terhadap fenomena lain disekitarnya. Dalam bahasa Inggris kata industri sering digunakan untuk menyebutkan aktivitas ekonomi. Pengertian industri secara makro adalah suatu kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. (Hasibuan, 1993). 4

Terdapat empat klasifikasi industri yakni : 1. Industri Primer Industri primer adalah industri yang mengolah material (bahan baku) langsung dari bumi (atau laut) dan produk akhirnya tanpa melalui proses dari pabrik. Yang termasuk kedalam sektor primer adalah pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan. 2. Industri Sekunder Industri sekunder adalah industri yang mengambil bahan baku dari sektor primer dan memprosesnya menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. 3. Industri Tersier Industri tersier adalah industri yang menjual barang dari industri primer dan sekunder, serta menyediakan jasa / service. 4. Industri Kuarter Industri kuarter adalah industri yang menyediakan jasa dan informasi seperti konsultan bisinis, teknologi informasi dan komunikasi. Industri kuarter sering dikategorikan kedalam industri tersier karena sama-sama terfokus pada bidang jasa. Robbin & Coulter (2005) mengungkapkan kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan. proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk kreativitas, keinovasian, implementasi dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang 5

bersal dari individu, seperti toleransi, nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga. Verkoren (1991) mencatat terdapat tiga macam sektor usaha berdasarkan besar kecilnya usaha, status usaha dan karakteristik operasional, baik formal maupun informal yakni : 1. Sektor usaha perorangan (the individual enterprise sector) Mencakup perusahaan-perusahaan yang dioperasikan sendiri oleh pemiliknya, pada umumnya skala usaha kecil, penjualannya terbatas, bersifat musiman dan investasi yang kecil. 2. Sektor usaha keluarga (the family enterprise sector) Merupakan perusahaan-perusahaan kecil yang memiliki persamaan dengan sektor usaha perseorangan tetapi memperkerjakan anggota keluarga yang tidak dibayar sebagai tenaga kerja dan jenis produksinya bersifat tradisional. 3. Sektor usaha perusahaan yang berbadan hukum (the corporate enterprise sector) Memiliki ciri seperti mempunyai banyak tenaga kerja yang dibayar dengan gaji yang berbeda-beda, diawasi oleh pemerintah atau serikat pekerja, terdapat spesifikasi kerja yang jelas dan berproduksi secara massal. Departemen perindustrian mendefinisikan usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset lebih kecil dari 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan. Omset tahunan lebih kecil dari satu milyar Rupiah. Usaha kecil merupakan usaha yang dimiliki oleh orang Indonesia independen dan usaha ini tidak terafiliasi dengan usaha menengah ataupun besar. Usaha ini boleh memiliki badan hukum maupun tidak. Usaha kecil dianggap lebih menguntungkan karena memiliki sejumlah 6

fleksibilitas dan kemampuan adaptasi yang sulit dilakukan oleh usaha besar. Usaha kecil biasanya menggunakan teknik yang tradisional, sangat sederhana dan banyak menggunakan tenaga kerja bukan mesin. Selain itu pelaksanaan kegiatannya dapat dilaksanakan pada sela-sela waktu luang. Bale (1981) mengatakan terdapat enam faktor produksi yakni : 1. Modal (capital) Merupakan faktor awal yang penting dalam memulai suatu usaha karenanya modal berpengaruh sangat besar dalam jalannya suatu usaha. Modal dibagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal operasional (Djojodipuro, 1992) 2. Lahan (land) Dalam beberapa usaha lokasi menjadi sangat menentukan. Istilah lahan dapat menggambarkan keadaan topografi, cuaca dan tanah yang berada pada tempat tertentu. 3. Tenaga kerja (labour) Merupakan salah satu faktor yang terlibat secara langsung didalam proses produksi. 4. Kemampuan wirausaha (entrepeneur ability) Merupakan kemampuan seseorang dalam melihat peluang usaha dan bagaimana mengolah usaha tersebut. 5. Pasar (market) Terdapat beberapa konsumen membeli suatu barang di suatu lokasi. Alasan tersebut adalah faktor lokasi usaha yang strategis dan mudah dijangkau, desain toko yang menarik, kepuasan pembeli dalam hal pelayanan, harga, kemudahan sarana transportasi serta kelengkapan barang (Basu S.D dan T. Hani H, 2000). 6. Pengangkutan (transport) 7

Diperlukan untuk mendatangkan bahan baku dari sumbernya ke perusahaan dan untuk mengantarkan produk yang telah jadi ke konsumen atau pasar. 1.5.2. Penelitian Sebelumnya Ratna Fitria Ningrum (2008) dalam penelitiannya mengenai Usaha Kerajinan Sapu (Studi Kasus di desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah) menggunakan metode sensus sampel secara non random dengan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan yakni analisis regresi berganda, analisis korelasi product moment dari pearson, dan analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. Hasil penelitian yang didapat adalah nilai produksi dipengaruhi oleh bahan baku yang merupakan faktor yang berpengaruh, tingkat pendapatan yang cukup signifikan disebabkan oleh lama umur usaha yang dimiliki oleh pengusaha usaha, pemasaran produk didiominasai pada tingkat lokal. Beti Utari (2009) dengan penelitian Aktivitas Usaha Kerajinan Bambu di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode survei purposive sampel secara proporsional dengan teknik simple random sampling. Analisis yang digunakan yakni analisis regresi berganda, analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. Pada hasil penelitiannya didapatkan bahwa modal adalah faktor yang mempengaruhi faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap nilai produksi, lokasi pemasaran hasil usaha didominasi pada tingkat lokal, dan pendapatan dari hasil usaha mempengaruhi pendapatan rumah tangga pengrajin dan lebih besar dari pada aktivitas non usaha. Heri Susanto (2005) melalui penelitian Industri Kerajinan Agel di Desa Salam Rejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo menggunakan sensus sampel secara non random dengan teknik: purposive sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda, tabel frekuensi, purposive sampling. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa jumlah modal adalah faktor yang sangat 8

mempengaruhi faktor produksi, tenaga yang diserap adalah tenaga kerja pada usia produktif, daerah pemasaran adalah lingkup internasional dengan nilai pemasaran terbesar. Lestari Ningsih (2010) dalam penelitian Kajian Perkembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan sensus sampel secara non random dengan purposive sampling. Menggunakan analisis regresi berganda, tabel frekuensi, dan analisis deskriptif. Penelitiannya mendapatkan hasil yakni krisis ekonomi mempengaruhi kondisi industri kecil dan rumah tangga, ada beberapa industri yang mampu bertahan dengan mengembangkan industrinya tetapi ada yang tidak mampu bertahan, jumlah industri kecil dan rumah tangga sesudah krisis di Kabupaten Sleman berkurang cukup banyak, sesudah krisis ekonomi terjadi variasi jenis industri di Kabupaten Sleman menjadi lebih beragam, jenis industri di Kabupaten Sleman mengelompok di satu wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra industri. Perbedaan dalam penelitian ini adalah pada lokasi, metode, tujuan, analisis dan hasil yang didapat. Lokasi penelitian terletak pada Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, dengan alasan pemilihan daerah penelitian yakni keberadaan usaha laundry di Dusun Pogung Kidul berlokasi di sekitar permukiman warga yang kebanyakan telah mengalihfungsikan tempat tinggal pribadi mereka menjadi kos-kosan. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui karakteristik pelaku usaha, persebaran usaha laundry dan faktor yang mempengaruhi jalannya operasional usaha. Dalam penelitian ini penentuan jumlah responden yang akan diwawancara ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan teknik sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Dari populasi sebanyak 53 usaha laundry didapatkan jumlah responden sebanyak 30 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis data tabel frekuensi, analisis data silang dan analisis deskriptif. 9

Tabel 1.1. Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan. No. Nama peneliti Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian 1. Metode yang digunakan adalah sensus 1 sampel secara non random dengan 1. Nilai produksi dipengaruhi oleh bahan baku yang merupakan Usaha Kerajinan Sapu (Studi teknik purposive sampling faktor yang berpengaruh. Ratna Fitria Kasus di desa Bojong, 2. Analisis regresi berganda, analisis 2. Tingkat pendapatan yang cukup signifikan disebabkan oleh lama Ningrum Kecamatan Mungkid, korelasi product moment dari pearson, umur usaha yang dimiliki oleh pengusaha usaha. (2008) Kabupaten Magelang, analisis deskriptif dengan tabel 3. Pemasaran produk didiominasai pada tingkat lokal. Propinsi Jawa Tengah) frekuensi 2 Beti Utari (2009) Aktivitas Usaha Kerajinan Bambu di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Survei purposive sampel secara proporsional dengan teknik simple random sampling 2. Analisis regresi berganda, analisis deskriptif dengan tabel frekuensi. 1. Modal adalah faktor yang mempengaruhi faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap nilai produksi. 2. Lokasi pemasaran hasil usaha didominasi pada tingkat lokal. 3. Pendapatan dari hasil usaha mempengaruhi pendapatan rumah tangga pengrajin dan lebih besar dari pada aktivitas non usaha. 3 4 5 Heri Susanto (2005) Lestari Ningsih (2010) Ekasari Lieharyani Lokmansyah (2015) Industri Kerajinan Agel Di Desa Salam Rejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Kajian Perkembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Kajian Usaha Laundry di Dusun Pogung Kidul Desa Sinduadi Kecamatan Mlati 1. Sensus sampel secara non random dengan teknik: purposive sampling. 2. Analisis regresi berganda, tabel frekuensi, purposive sampling. 1. Sensus sampel secara non random dengan purposive sampling. 2. Analisis regresi berganda, tabel frekuensi, dan analisis deskriptif. 1. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Slovin dengan teknik simple random sampling. 2. Analisis yang digunakan adalah analisis data tabel frekwensi, analisis data silang dan analisis deskriptif 1. Jumlah modal adalah faktor yang sangat mempengaruhi faktor produksi. 2. Tenaga yang diserap adalah tenaga kerja pada usia produktif. 3. Daerah pemasaran adalah lingkup internasional dengan nilai pemasaran terbesar. 1. Krisis ekonomi mempengaruhi kondisi industri kecil dan rumah tangga, ada beberapa industri yang mampu bertahan dengan mengembangkan industrinya, tetapi ada yang tidak mampu bertahan. 2. Jumlah industri kecil dan rumah tangga sesudah krisis di Kabupaten Sleman berkurang cukup banyak. 3. Sesudah krisis ekonomi terjadi variasi jenis industri di Kabupaten Sleman menjadi lebih beragam. 4. Jenis industri di Kabupaten Sleman mengelompok di satu wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra industri. 1. Pelaku usaha laundry di Dusun Pogung Kidul merupakan golongan usia produktif (15 64 tahun) dengan 26,67% berada pada usia 26 30 tahun, dengan jenis kelamin didominasi oleh perempuan 76,67%, sebanyak 66,67% berasal dari provinsi D.I.Y, dalam membuka usaha laundry sebanyak 66,67% membuka usahanya berdasarkan keputusan yang diambil sendiri, memiliki tingkat pendidikan SMA 56,67% dan memiliki beban tanggungan keluarga 10

1 orang. 2. Lokasi usaha laundry di Dusun Pogung Kidul 80% memiliki letak lokasi usaha di pinggir jalan, mengumpul pada Rw. 49, jarak dengan usaha laundry lainnya 50% berkisar 201 401 meter dan seluruh usaha laundry berjarak 200 meter dengan permukiman warga. 3. Faktor yang mempengaruhi jalannya usaha laundry dalam penelitian ini adalah modal, status tempat usaha, pekerjaan lain dan layanan ekstra. Pemilik yang membuka usaha dengan modal sendiri sebanyak 76,67%, 66,67% status tempat usaha merupakan milik pribadi, 63,33% memiliki pekerjaan lain selain usaha laundry dan 60% tidak memiliki layanan antar jemput. Terdapat beberapa masalah dalam menjalankan usaha laundry, yang paling sering terjadi adalah tertukarnya pakaian dan hilang, pengeluaran rumah tangga tidak dapat terpenuhi hanya dengan pendapatan dari usaha laundry saja. 11

1.6. Kerangka Pemikiran Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi salah satu alasan bermunculannya berbagai jenis bidang usaha. Daerah-daerah yang padat permukiman terutama pada daerah yang dekat dengan kota atau institusi-institusi pembelajaran misalnya, salah satu usaha yang banyak dijumpai adalah usaha laundry. Usaha laundry berdiri karena dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni karakter pelaku usaha laundry, spasial dan factor operasional. Karakter pelaku usaha laundry mencakup umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, asal daerah dan faktor pengambil keputusan. Contohnya, untuk faktor pengambil keputusan apakah didalam keputusan pelaku usaha untuk mendirikan usaha laundry dipengaruhi oleh pendapat pribadi dirinya sendiri atau dipengaruhi oleh pendapat keluarga (orangtua, pasangan, kakak, adik dan lainnya) atau dipengaruhi oleh pendapat lain dari luar (teman, tetangga, rekan kerja dan lainnya). Faktor spasial mencakup keberadaan lokasi usaha, status jalan, ada tidaknya usaha laundry lain yang berada berdekatan dengan laundry tersebut, jumlah hunian baik tempat kos-kosan maupun kontrakan yang terdapat di area tersebut. Misalnya, untuk keberadaan lokasi usaha, apakah lokasi usaha laundry tersebut memiliki letak tempat yang strategis atau tidak, seperti berada di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan. Faktor yang mempengaruhi jalannya operasional usaha meliputi modal, pekerjaan sampingan, status tempat usaha, tarif laundry perkilogram, serta terdapat atau tidaknya layanan ekstra lainnya, misalnya ada laundry yang bersedia untuk menjemput cucian kotor dan mengantarkan cucian yang telah bersih kepada pelanggan sehingga pelanggan tidak perlu repot untuk keluar rumah membawa pakaian yang kotor tersebut. 12

Ketiga faktor tersebut yaitu karakter pelaku usaha laundry, spasial dan faktor operasional akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima. Dalam gambar 1.1 dapat dilihat lebih jelas mengenai alur kerangka pemikiran. Usaha laundry Karakter pelaku usaha laundry Karakter Daerah Usaha Faktor yang mempengaruhi jalannya usaha 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Jenis kelamin 4. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan 5. Asal daerah 6. Faktor pengambil keputusan 1. Lokasi usaha dengan jalan utama 2. Jarak usaha sejenis 3. Jarak hunian (kos/ kontrakan) di area tersebut 1. Modal 2. Pekerjaan sampingan 3. Status tempat usaha 4. Tarif / kg 5. Ada tidaknya layanan ekstra (jemput / antar) Tingkat Pendapatan Gambar 1.1 kerangka pemikiran penelitian 13