BAB I PENDAHULUAN. nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. industri otomotif dan komponen, sehingga tercipta industri otomotif nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN I.1

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Strategi Peningkatan Produktivita s

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

Just In Time & Operasi Ramping

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

14 PRINSIP TOYOTA WAY

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengecewakan pelanggan, pada gilirannya merugikan perusahaan sendiri dalam

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Setiap perusahaan yang ingin tetap maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan industri sepatu di Indonesia semakin ketat karena banyaknya

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan dunia saat ini khususnya dalam perekonomian semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik

BAB I PENDAHULUAN. dunia telah menyeret negara-negara lain termasuk Indonesia jatuh ke dalam jurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB 2 BERSAING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DASAR-DASAR KEUNGGULAN STRATEGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. makin banyaknya perusahaan yang menjalani proses produksi di Indonesia. Makin

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

1. BAB I 2. PENDAHULUAN. Johnson Indonesia merupakan perusahaan industri susu kelas premium yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Apa itu Lean Manufacturing dan Bagaimana Cara Penerapannya?

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini karena dampak krisis ekonomi

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. produksi sehingga dapat meningkatkan kualitas, kenyamanan, produktivitas, serta

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN THINKING (STUDI KASUS) Di CV.Sinar Mulia Sejahtera SKRIPSI. Oleh : M IQBAL FARISI

Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang. mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persaingan dalam industri sepatu saat ini semakin ketat. Para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas karena memiliki kualitas yang unggul dan mampu bersaing dengan China sebagai

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi manajernya dengan kisaran pemotongan rata-rata 60%. Menurut juru

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk

BAB I. Persaingan dunia usaha dewasa ini semakin kompetitif. Penyebab utama dari makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang

LEAN ACCOUNTING, PERHITUNGAN BIAYA TARGET DAN BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

BAB 14 SUMBER DAYA DAN KEMAMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kondisi pasar Indonesia yang akan memasuki era

BAB 1 PENDAHULUAN. harulah memiliki keunggulan kompetitif yang dapat di capai dengan

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang telah diadopsi menuntut user (pemakai) untuk dapat

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Masyarakat akan semakin kritis memilih barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan daya saingnya. Seiring dengan hal tersebut, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Beberapa manfaat pergudangan adalah: 1. Terjaganya kualitas dan kuantitas barang.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan akan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer manusia terdiri dari sandang, pangan,

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

PENERAPAN MANAJEMEN LEAN DALAM TOYOTA. Priscilla Uning STIE Wijaya Mulya Surakarta ABSTRAK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. terus mengenalkan produknya kepada masyarakat seluas mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produk Foot wear (alas kaki) atau lazim disebut dengan sepatu dan sandal, merupakan bagian dari kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia, terutama bagi masyarakat moderen untuk menunjang aktivitasnya agar lebih nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya. Berdasarkan laporan www.keynoteco.uk (2012) kebutuhan alas kaki di pasar regional pada tahun 2012 sebesar 10,123 miliar pasang per-tahun untuk semua jenis golongan pemakai. Setelah terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2007 lalu, telah menyebabkan terpuruknya kondisi perekonomian negara-negara maju terutama Amerika dan Eropa, dimana pasar potensial konsumen alas kaki kelas menengah atas berasal. Akibat menurunnya penghasilan para penduduk negara-negara tersebut, mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku dalam berbelanja, keputusan para konsumen membeli produk tidak lagi berdasarkan kepada merek produk tertentu yang akan dibelinya, akan tetapi keputusan lebih cenderung kepada harga, dengan tujuan utamanya melakukan tindakan penghematan terhadap keuangannya. Kondisi melemahnya kemampuan daya beli konsumen terhadap produk alas kaki untuk pangsa pasar menengah atas tersebut, cukup 1

memberikan pengaruh terhadap penurunan hasil penjualan para produsen, seperti; Nike, Adidas, Timberland, Gucci, Ecco, Bata, Puma. Porter (2009). Agar perusahaan sanggup bertahan menghadapi persaingan diantara produsen dan mampu terus berkembang, maka harus mempunyai keunggulan daya saing (Competitive advantage), keunggulan daya saing yaitu suatu kemampuan untuk mengkreasi sistem yang mempunyai keunikan dalam penciptaan nilai dengan cara yang efisien dan berkelanjutan sehingga para pelanggan akan merasa puas atas produk atau jasa yang dibelinya, keunikan yang dimiliki oleh suatu produk biasanya dinilai oleh konsumen melalui; a) Low cost, perusahaan harus beroperasi dengan tingkat biaya yang rendah sehingga mampu menjual produknya dengan harga yang sama atau lebih rendah dari pesaingnya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan daya saing harga penjualan terhadap produk sejenis, sehingga perusahaan menjadi pemimpin pasar penjualan produknya dari sisi harga. b) Competting differentiation, perusahaan menerapkan strategi yang tidak dimiliki pesaingnya dalam; kualitas produk yang dihasilkan, pengiriman tepat waktu, cara pendekatan pemasarannya sehingga mempunyai sesuatu yang khusus dan menjadi berbeda. c) Focus, perusahaan menekankan strategi bersaingnya, melalui pencapaian keunggulan bersaing yang hanya fokus kepada salah satu sasaran, yaitu; fokus kepada biaya atau fokus kepada 2

diferensiasi, sehingga tidak memiliki keunggulan daya secara keseluruhan. Salah satu cara menanggulangi ketidak pastian situasi pasar, perusahaan harus mampu beroperasi dengan biaya produksi yang lebih kompetitif, tanpa harus mengurangi nilai produknya dengan melakukan program perbaikan dalam sistem produksinya melalui penerapan konsep sistem produksi modern, sehingga perusahaan mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Industri alas kaki adalah industri yang berbasis kepada besarnya jumlah sumber daya manusia yang dipekerjakan untuk mendukung proses pengoperasian mesinmesin produksi dan proses pengerjaan lain yang dikendalikan secara manual, oleh karena itu proses manufaktur industri alas kaki dibutuhkan sistem produksi yang mampu dikendalikan dengan mudah oleh para manajer dalam mengelola penggunaan sumber daya manusia agar mampu mencapai sasarannya. Merelokasi proses produksinya ke negara-negara sedang berkembang seperti: Thailand, Indonesia, Vietnam, India dan Cina telah dilakukan pada dekade tahun 1997 jauh sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 2007, langkah tersebut menjadi pilihan strategis dari perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa untuk memangkas biaya produksinya, karena ongkos tenaga kerja negara-negara tersebut di atas relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara Eropa atau Amerika. Kondisi menurunnya daya beli konsumen dunia terhadap produk alas kaki di bawah ini, berdasarkan kepada informasi dari www.packagedfacts.com(2009). 3

Gambar 1.1 Grafik Pangsa pasar alas kaki global Salah satu di antara perusahaan tersebut adalah Ecco, perusahaan modal asing berasal dari Denmark yang mengalami kesuksesan menjalankan low cost strategy, setelah menanamkan investasinya di Indonesia pada tahun 1990, Thailand 1994, China 2004 dan Slovakia 2006. Hal ini dapat dilihat dari data penjualan pada tahun 1990 baru dicapai sebesar 1 juta pasang alas kaki, bilamana dibandingkan pada tahun 2012 dicapai penjualan sebesar 20 juta pasang. Ditetapkan sasaran bisnis yang harus dicapai oleh PT Ecco Indonesia dengan tujuan agar dengan tercapainya key performance indicator (KPI), nantinya perusahaan mempunyai keunggulan daya saing untuk menghadapi persaingan 4

global yang semakin kuat, karena semakin menyempitnya pangsa pasar alas kaki kalangan menengah atas melalui: 1. Kualitas produk 2. Biaya rendah, harga jual produk lebih kompetitif 3. Dapat diperoleh sesuai waktu yang telah dijanjikan. Agar sasaran bisnis yang telah ditetapkan dapat tercapai, maka sejak tahun 2007 dimulailah program penerapan konsep Lean operations (LO) di seluruh unit produksi Ecco secara serentak, yang diberi nama Ecco Production System (EPS) yang merupakan hasil adopsi Toyota Production System (TPS), diadopsinya TPS oleh Ecco karena langkah strategis Toyota tersebut telah mampu membuktikan kepada masyarakat industri di seluruh dunia, jika Toyota pernah mencapai prestasi yang sangat bagus, berdasarkan laporan keuangan pada tahun 2003, Toyota memperoleh laba tahunan perusahaan sebesar $ 8,13 miliar lebih besar 3 kali lipat perolehan keuntungan dari gabungan 3 perusahaan otomotif dunia lainnya, yaitu; General Motor, Ford dan Chrysler, Liker (2006) Didirikan Lean Academy pada tahun 2007 yang bertugas untuk mendidik calon-calon Change agent (CA) yang berasal dari masing-masing unit produksi, di mana setelah mereka lulus akan bertugas memberikan program pelatihan terhadap seluruh karyawan yang ada di unit masing-masing, mulai dari manajemen tingkat atas sampai dengan operator. Ohno (sebagaimana disebutkan Liker dalam The Toyota Way -2006) non value added atau waste dalam bahasa Indonesia lebih tepat disebut sebagai pemborosan adalah nilai yang terjadi karena para produsen mempunyai paradigma 5

yang keliru terhadap keinginan para pelanggan, sehingga dalam menerapkan kebijakan proses produksinya berdasarkan kepada pemikiran produsen itu sendiri, sehingga menimbulkan pemborosan yang tidak seharusnya dibayar oleh para konsumen pada waktu mereka memutuskan membeli barang atau jasa. Menurut Womack & Jones (2003) untuk mengatasi masalah pemborosan (waste) dalam proses produksi mobil Toyota yang disebut dengan muda, maka Ohno telah menciptakan sistem produksi untuk manufaktur mobilnya yang terkenal yaitu TPS, di mana terdapat pengetahuan atau metodologi yang sangat efektif, tentang cara menanggulangi timbulnya pemborosan, dinamakan dengan lean yang dalam arti harfiahnya ramping, yang dimaksud adalah bagaimana proses produksi harus berjalan dengan jumlah persediaan yang sangat rendah, untuk mengatasi permasalahan tersebut telah diciptakan suatu metodologi untuk menentukan kandungan nilai di dalam suatu produk sesuai dengan keinginan para pelanggan. Upper production merupakan unit produksi yang berfungsi melakukan fungsi Value creating dengan melakukan proses transformasi dari kulit menjadi bentuk dasar alas kaki bagian atas yang disebut dengan upper (kap,) dengan cara menggabungkan komponen kulit dan komponen sintetis yang telah dipotong sebelumnya, menjadi satu bagian dengan proses jahit. Pembuatan upper merupakan salah satu bagian terpenting dari rangkaian proses pembuatan alas kaki karena di dalam proses produksinya, menyerap sumber daya tenaga kerja 62% dari seluruh karyawan yang bekerja di PT Ecco Indonesia, dengan demikian maka proses pembuatan upper paling tinggi menyerap biaya tenaga kerja. 6

James and Womack (2003) aktivitas produksi yang menghasilkan produk tertentu berdasarkan sistem lot, sebelumnya proses produksi tergantung kepada jumlah persediaan yang tinggi dalam satuan waktu tertentu, memproses satu jenis pekerjaan yang sama dalam jumlah besar tanpa memperhatikan kebutuhan proses selanjutnya. Kemudian perusahaan melakukan perubahan dengan menjalankan proses produksi sistem continue flow yaitu sistem proses produksi dalam menghasilkan barang dilakukan berdasarkan kepada susunan urutan proses pengerjaan (work cell) dalam satuan waktu tertentu, memproses satu unit barang sesuai dengan kebutuhan operasi berikutnya, sehingga akhirnya perusahaan tersebut mencapai hasil yang sangat luar biasa dalam pencapaian output produk, hampir dua kali lipat dari pencapaian sebelumnya, produk reject dan scrapt turun drastis. Penulis adalah karyawan PT Ecco Indonesia yang bertanggung jawab di Upper production departement unit 2 dan 3, telah bekerja selama 22 tahun di PT Ecco Indonesia, telah menemukan beberapa fakta-fakta yang terjadi di lantai produksi dalam penerapan LO berkaitan dengan : 1) Manajemen puncak, kebijakannya cenderung terlalu cepat dan lebih mementingkan tercapainya jumlah kaizen event (KE) dari pada lebih fokus kepada pencapaian kualitas pemahaman para karyawan. 2) Setelah kick off program penerapan EPS dilakukan, program dan agenda kerja CA lebih banyak fokus kepada mendesain program KE dan lean tooling. 7

3) Lean tooling dalam pandangan (paradigma) para karyawan merupakan tujuan utama dari program LO. 1.2 Pertanyaan Penelitian Konsep LO yang telah diterapkan di proses produksi upper PT Ecco Indonesia diberi nama Ecco Production System (EPS), dengan menerapkan sistem aliran material one piece yang dinamakan dengan sistem satu pasang. Oleh sebab itu penulis berkeinginan mempelajari atau mendalami penerapan LO PT Ecco Indonesia, karena ada beberapa hal yang perlu penulis pertanyakan yaitu: 1) Apa yang dilakukan oleh PT EI dalam usahanya mengimplementasikan LO dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya pemborosan proses produksi upper sehingga mampu memberikan kepuasan pelanggannya? 2) Bagaimanakah cara PT EI menerapakan konsep EPS di dalam proses produksi upper dengan menjalankan sistem satu pasang sehingga diperoleh proses produksi tepat waktu (just in time)? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian penerapan LO pada proses produksi upper di PT Ecco Indonesia adalah : 1) Mengidentifikasi usaha yang dilakukan oleh PT EI dalam mengimplementasikan LO untuk mengurangi terjadinya 8

pemborosan di dalam proses produksi upper sehingga mampu memberikan kepuasan pelanggan 2) Mengevaluasi cara PT EI menerapkan konsep EPS di dalam proses produksi upper dengan menjalankan sistem satu pasang sehingga diperoleh proses produksi tepat waktu (just in time). 1.4 Metoda Penelitian Metode penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan secara qualitative descriptive dan digunakan fishbone diagram dan value stream mapping sebagai alat analisa dalam rangka mengidentifikasi dan menguraikan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan secara individual depth interview terhadap Upper production manager, Human resources development manager (HRD), Material requirement planning manager (MRP), Planning Manager dan Technical manager atas usaha PT EI melakukan penerapan LO di dalam menunjang proses produksi dan mengevaluasi usaha PT EI mengurangi potensi penyebab timbulnya pemborosan pada proses produksi upper sesuai dengan konsep EPS, agar KPI yang telah ditetapkan mudah dicapai. Dari penelitian ini akan diperoleh manfaat-manfaat positif, yaitu ; 1) Hasil penelitian ini, penulis mempunyai harapan dapat digunakan sebagai bahan kajian peningkatan penerapan lean operations di PT Ecco Indonesia. 2) Hasil penelitian ini semoga akan menambah bahan kajian penerapan lean operations di industri alas kaki. 9

1.5. Batasan dan Asumsi LO mempunyai kandungan materi ilmu pengetahuan yang sangat luas khususnya dalam bidang penciptaan nilai dalam proses bisnis. Sehingga tidak mungkin dilakukan program penelitian secara menyeluruh terhadap konsep lean tersebut, oleh sebab itu penulis membatasi penelitian kepada beberapa prinsip LO. Karena kendala terbatasnya waktu dan sumber daya yang dimiliki oleh penulis dan mengingat proses pembuatan alas kaki membutuhkan proses yang cukup panjang mulai dari pemrosesan bahan baku sampai produk jadi, maka tempat penelitian dilakukan di departemen produksi upper. 1.6 Susunan Penelitian BAB I : Pendahuluan Bab ini dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, batasan dan asumsi dan susunan penelitian. BAB II : Tinjaun Pustaka Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka dari berbagai literatur, yang digunakan untuk mendukung proses penelitian penerapan LO di proses produksi upper. BAB III : Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Bab ini menjelaskan penggunaan metode penelitian dan uraian profil PT EI. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan 10

Dalam bab ini dijelaskan hasil dari identifikasi usaha penerapan LO dan evaluasi terhadap usaha mengurangi potensi terjadinya pemborosan di PT EI untuk proses produksi upper. BAB V : Simpulan dan Saran Merupakan akhir dari penulisan tesis yang akan menyampaikan hasil pembahasan dan di sampaikan saran-saran dari seluruh proses penelitian. 11