BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

Architecture Net, Simple Neural Net

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB II LANDASAN TEORI

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

Penentuan Error Dalam Peramalan Jumlah Korban Demam Berdarah Dengue Menggunakan Metode Neural Network (Kasus : Rumah Sakit Charitas Palembang)

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

Jaringan Syaraf Tiruan

ANALISIS PENAMBAHAN MOMENTUM PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I-1

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

BAB II LANDASAN TEORI

Peramalan Data IHSG Menggunakan Metode Backpropagation

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN HANDPHONE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus : CV.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Architecture Net, Simple Neural Net

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

ABSTRACT. Kata kunci: Fuzzy Tsukamoto, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Farah Zakiyah Rahmanti

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PENENTUAN KELULUSAN SIDANG SKRIPSI

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis atau prediksi intuisi bersifat subyektif (Heizer & Barry, 2009). Hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan atau institusi, sehingga dapat dibuat suatu perencanaan, peluang bisnis, ataupun mengatur pola investasi dari perusahaan tersebut. Berdasarkan sifatnya, peramalan dibedakan atas dua macam, yaitu teknik peramalan kualitatif dan teknik peramalan kuantitatif. Menurut Makridakis, Wheelwright dan Hyndman (1998) pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi: 1. Tersedia informasi tentang masa lalu (data historis) 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Salah satu jenis metode peramalan kuantitatif, yaitu time series (deret waktu). Time series merupakan sekumpulan statistik yang dikumpulkan secara berkala dan terjadi secara alami di segala area. Dalam analisis deret waktu yang menjadi variabel yang dicari adalah waktu. Analisis deret waktu merupakan hubungan antara variabel yang dicari dengan variabel yang mempengaruhinya. 2.2. Transformasi Data Sebelum peramalan dilakukan, transformasi diperlukan untuk mengatur nilai data pada suatu range menjadi nilai yang lebih kecil, guna menghindari data yang tidak

7 konsisten (Siang, 2009). Dalam kasus ini, data dinormalisasi dalam jangkauan 0,1 0,9. Konsistensi data merupakan suatu syarat agar data dapat disebut berkualitas untuk selanjutnya diproses menjadi informasi yang bermanfaat. Transformasi juga diperlukan untuk menyesuaikan nilai data dengan range fungsi aktivasi dalam jaringan. X i = + 0,1 (2.1) 2.3. Ketepatan Peramalan Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan peramalan yaitu galat (error), yang mana hal ini tidak dapat dipisahkan dalam metode peramalan. Dalam semua situasi peramalan, mengandung derajat ketidakpastian. Fakta ini didapatkan dengan memasukkan unsur kesalahan (galat) (Sungkawa & Megasari, 2011). Untuk mendapatkan hasil yang mendekati data asli, maka seorang peramal berusaha membuat kesalahan sekecil mungkin. Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara: 1. Mean Square Error (MSE) Mean Square Error (MSE) sudah dikenal sebagai tolok ukur utama untuk membandingkan kinerja metode peramalan, dikarenakan kemudahan komputasi dan relevan dengan statistika. MSE = ( Yˆ ) 2 (2.2) Dimana: : nilai aktual pada periode t Yˆ : nilai hasil peramalan pada periode t n : jumlah peramalan 2. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) Mean Absolute Percentage Error (MAPE) menjumlahkan rata-rata seluruh persentase kesalahan untuk suatu data set yang diperoleh tanpa menghiraukan tanda. MAPE = Yˆ (2.3)

8 3. Root Mean Squared (RMSE) Root Mean Squared (RMSE) merupakan tolok ukur yang baik untuk mengukur akurasi peramalan. Biasa digunakan untuk mengukur perbedaan antara nilai-nilai peramalan oleh model atau estimator. Perhitungan RMSE (Ramlan et al. 2015) dapat dilihat pada persamaan berikut. RMSE = ( Yˆ ) 2 (2.4) 2.4. Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan (Artificial Neural Network) didefinisikan sebagai suatu sistem pemrosesan informasi yang memiliki karakteristik layaknya jaringan saraf biologis manusia. Jaringan saraf tiruan didesain pertama kali oleh Warren McCulloch dan Walter Pitts (1943). Mereka berpendapat bahwa dengan mengkombinasikan banyak neuron sederhana sehingga menjadi sistem jaringan saraf dapat menjadi sumber peningkatan tenaga dikomputasi. Jaringan saraf tiruan didesain menirukan proses kerja otak manusia dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan proses pembelajaran melalui bobot sinapsisnya. Jaringan saraf tiruan juga dikenal sebagai teknologi kotak hitam (Black Box Technology) atau tidak terlihat (opaque) karena tidak dapat diterangkan bagaimana suatu hasil didapat. Hal inilah yang membuat jaringan saraf tiruan mampu menyelesaikan persoalan yang tidak terstruktur dan sulit untuk didefinisikan. Jaringan saraf tiruan dikembangkan berdasarkan model matematis dengan asumsi yang sama dengan jaringan saraf biologis: 1. Informasi diproses oleh elemen-elemen sederhana yaitu neuron, 2. Link koneksi berfungsi untuk meneruskan sinyal antara dua buah neuron, 3. Setiap sambungan antara dua neuron memiliki bobot masing-masing yang akan mengalirkan sinyal yang ditransmisikan. 4. Fungsi aktivasi terhadap input jaringan diterapkan di setiap neuron (jumlah sinyal input terbobot). Bertujuan untuk menentukan sinyal output. Fungsi aktivasi yang biasa digunakan yaitu fungsi nonlinier.

9 Jaringan saraf tiruan tidak diprogram untuk menghasilkan keluaran (output) tertentu. Keluaran atau kesimpulan yang ditarik oleh jaringan diambil berdasarkan pengalamannya selama mengikuti proses pembelajaran. Jaringan akan dilatih untuk memberikan jawaban yang bisa diterima, hal ini bisa terjadi karena pola-pola input dan output dimasukkan saat proses pembelajaran berlangsung (Puspitaningrum, 2006). Sistem jaringan saraf tiruan memiliki tiga karakteristik utama (Desiani & Arhami, 2006): 1. Pola hubungan antar neuron, merupakan pola-pola yang terhubung dengan neuron yang nantinya membentuk suatu jaringan. 2. Penentuan bobot, merupakan metode untuk menentukan nilai bobot hubungan. Terdapat dua jenis metode, yaitu metode pelatihan/pembelajaran dan metode pengenalan. 3. Fungsi aktivasi, merupakan fungsi untuk menentukan nilai output berdasarkan nilai total input pada neuron. 2.4.1. Arsitektur jaringan saraf tiruan Jaringan saraf tiruan dirancang menggunakan suatu aturan yang bersifat general (menyeluruh), dimana seluruh model memiliki konsep dasar yang sama. Arsitektur sebuah jaringan akan menentukan keberhasilan pencapaian target, karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan arsitektur jaringan yang sama. Jaringan saraf tiruan terdiri atas jaringan layer tunggal dan jaringan layer jamak (Hermawan, 2006): 1. Single-layer net (Jaringan layer tunggal) Jaringan ini memiliki satu buah lapisan bobot koneksi. Single-layer net terdiri dari unit-unit input yang menerima sinyal dari luar, dan unit-unit output yang membuat kita dapat membaca respons dari jaringan saraf tiruan tersebut. Input Layer Output Layer Gambar 2.1. Single-layer Network (Fausett, 1994)

10 2. Multilayer net (Jaringan layer jamak) Merupakan jaringan dengan satu atau lebih lapisan tersembunyi (hidden layer). Multilayer net ini mampu memecahkan masalah dengan baik namun pembelajarannya akan lebih rumit. Input Layer Hidden Layer Output Layer Gambar 2.2. Multilayer Network (Fausett, 1994) 2.4.2. Paradigma pembelajaran Karakteristik yang menarik dari jaringan saraf tiruan adalah kemampuannya untuk belajar. Pelatihan yang diajarkan padanya menunjukkan kesamaan dengan perkembangan intelektual manusia. Sebagian besar jaringan saraf tiruan menyesuaikan bobot-bobotnya selama prosedur pelatihan berlangsung. Terdapat dua macam pelatihan dalam metode ini, yaitu pelatihan terawasi (Supervised learning) dan pelatihan tidak terawasi (Unsupervised learning). Perbedaan antara kedua jenis pelatihan tersebut tergantung pada bagaimana algoritma pelatihan menggunakan jenis pola. 1. Supervised learning (Pelatihan terawasi) Pelatihan terawasi menggunakan input-input yang kumpulan outputnya telah diketahui. Perbedaan output aktual dan output yang diinginkan digunakan untuk mengoreksi bobot jaringan saraf tiruan agar mampu menghasilkan jawaban semirip mungkin dengan jawaban yang telah diketahui oleh jaringan saraf tiruan. Beberapa metode yang menggunakan supervised learning adalah Backpropagation, Boltzmann, dan Learning Vector Quantization.

11 2. Unsupervised learning Dalam pelatihan ini, jaringan saraf tiruan mengatur dirinya sendiri untuk membentuk vektor-vektor input yang serupa, tanpa menggunakan contoh maupun data pelatihan. Paradigma pembelajaran ini mengorganisir pola-pola kedalam kategori-kategori berdasarkan korelasi yang ada. Beberapa metode yang menggunakan unsupervised learning, yaitu Kohonen SOM, Proyeksi Sammon, dan Kuantisasi Vektor (Puspitaningrum, 2006). 2.4.3. Fungsi aktivasi Fungsi aktivasi merupakan bagian penting dalam langkah perhitungan output dari suatu algoritma. Sinyal aktivasi diperlukan oleh suatu neuron untuk menyalakan atau memadamkan penjalaran sinyal dari neuron tersebut. Ada beberapa fungsi aktivasi jaringan saraf tiruan, yaitu fungsi identitas, tangga biner, sigmoid biner, dan sigmoid bipolar. Fungsi Sigmoid adalah fungsi yang paling populer dan memiliki beberapa varian, seperti sigmoid logaritma, sigmoid tangen, sigmoid biner, dan sigmoid bipolar (Desiani & Arhami, 2006). 2.5. Backpropagation (Propagasi balik) Backpropagation dikembangkan oleh Rumelhart, Hinton dan Williams sekitar tahun 1986, yang kemudian membuat minat terhadap jaringan saraf tiruan kembali diminati. Metode Backpropagation merupakan metode pembelajaran lanjut yang dikembangkan dari metode Perceptron. Backpropagation memiliki arsitektur jaringan multilayer sedangkan Perceptron menggunakan Single-layer (Desiani & Arhami, 2006). Metode Backpropagation merupakan metode yang baik dalam menyelesaikan permasalahan kompleks. Hal ini dimungkinkan karena jaringan metode ini dilatih dengan Supervised learning (Pelatihan terawasi). Ketika sepasang pola inputan dan pola yang diinginkan diberikan, bobot-bobot diubah untuk memperkecil perbedaan pola output dan pola yang diinginkan. Latihan ini dilakukan berulang-ulang agar semua pola yang dikeluarkan dapat memenuhi pola yang diinginkan. Metode ini memiliki dua tahap, yaitu perambatan maju dan perambatan mundur. Kedua tahap tersebut dilakukan untuk setiap pola yang diberikan selama

12 jaringan dalam pelatihan. Backpropagation memiliki tiga lapisan unit bahkan lebih, yaitu lapisan input, lapisan tersembunyi, dan lapisan output. Output Layer Hidden Layer Input Layer Gambar 2.3. Arsitektur Backpropagation (Fausett, 1994) Susunan langkah algoritma pelatihan untuk jaringan dengan satu lapisan tersembunyi (Desiani & Arhami, 2006): Langkah 0 : Inisialisasi bobot (tetapkan dalam nilai acak yang kecil). Langkah 1 : Selama kondisi berhenti tidak terpenuhi, lakukan langkah 2 8. Langkah 2 : Lakukan langkah 3 8 untuk setiap pasangan data pelatihan. Tahap feed forward (propagasi maju) Langkah 3 : Setiap neuron pada lapisan input (, i=1, 2,, n menerima sinyal dan meneruskannya ke lapisan tersembunyi. Langkah 4 : Jumlahkan bobot pada lapisan tersembunyi, (j=1, 2,, p, dengan persamaan 2.5. Nilai output Z j diperoleh dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. Z_net j = + (2.5) = = (2.6)

13 Langkah 5 : Untuk setiap neuron pada lapisan output, (k=1, 2,, m), hitung seluruh output jaringan dengan persamaan 2.7. Nilai output Y k diperoleh dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. Y_net k = + = = (2.7) (2.8) Tahap backward (propagasi mundur) Langkah 6 : Hitung faktor di unit keluaran, (k=1, 2,, m) dengan menggunakan persamaan 2.9. = ( ) (2.9) merupakan unit kesalahan yang digunakan untuk mengubah bobot layer pada langkah selanjutnya (langkah 7). Kemudian hitung perubahan bobot (digunakan nanti untuk mengubah nilai yang baru) dengan learning rate ( ) menggunakan persamaan 2.10. (2.10) Langkah 7 : Hitung penjumlahan pada hidden layer, (j=1, 2,, p dengan menggunakan persamaan 2.12. hitung faktor pada unit tersembunyi menggunakan persamaan 2.13. Kemudian hitung suku perubahan bobot (yang digunakan untuk memperoleh nilai bobot yang baru) dengan menggunakan persamaan 2.14. = z j (1-z j ) (2.11) (2.12) (2.13) Tahap update bobot dan bias Langkah 8 : Untuk setiap neuron pada lapisan output bobot dan biasnya,, (k=1, 2,, m), ganti nilai (2.14)

14 Setiap neuron pada lapisan tersembunyi biasnya., (j=1, 2,, p, ganti nilai bobot dan (2.15) Setelah pelatihan jaringan selesai dilakukan, maka pengenalan pola dapat dilakukan. Pada pelatihan Backpropagation, nilai ouput jaringan hanya diperoleh pada fase feed forward. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid biner. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan peramalan sekaligus mengimplementasikan metode jaringan saraf tiruan Backpropagation pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Mislan et al. (2015) menggunakan Backpropagation untuk memprediksi curah hujan di Tenggarong, Kalimantan Timur Indonesia. Data curah hujan berjumlah 276, diambil dari tahun 1986 sampai 2008. Sebanyak 216 data (75%) digunakan untuk pelatihan dan 60 data (25%) untuk pengujian. Penelitian tersebut menghasilkan akurasi peramalan yang baik dengan nilai MSE 0.00096341 dengan jumlah epoch 1000. Pada penelitian lain, Muhammad (2010) meramalkan kurs rupiah terhadap dollar AS bulan Januari - Februari 2010 dengan menggunakan metode Backpropagation dan metode ARIMA (Box-Jenkins). Data pelatihan yang digunakan sebesar 80% dan 20% untuk pengujian. Nilai MAPE hasil peramalan dengan Backpropagation 0,925062 % sedangkan ARIMA (Box-Jenkins) 1,07946 %. Hal ini menunjukkan bahwa Backpropagation terbukti lebih akurat daripada ARIMA (Box- Jenkins) karena memiliki nilai error terkecil. Muwakhidin (2014) pernah melakukan penelitian dengan menggunakan metode jaringan saraf tiruan Backpropagation dan Radial Basis Function untuk memprediksi indek saham syariah Indonesia. Pada arsitektur Backpropagation, peneliti menggunakan 4 lapisan input, 5 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output. Pada arsitektur Radial Basis Function peneliti menggunakan 4 lapisan input, 8 lapisan tersembunyi dan 1 lapisan output. Diketahui bahwa metode Backpropagation menjadi metode terbaik dibandingkan Radial Basis Function karena menghasilkan MAPE masing-masing sebesar 0,023% dan 0,53%.

15 Mahrina (2014) membandingkan metode jaringan saraf tiruan Backpropagation dan LVQ dalam memprediksi curah hujan di kota Medan. Backpropagation dianggap mampu memberikan keakuratan dalam prediksi curah hujan pada 30 tahun terakhir dibandingkan LVQ. Keduanya memberikan hasil yang baik dalam prediksi musim kemarau. Tingkat akurasi untuk Backpropagation antara 75-99% dan LVQ 60-82%. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) Metode 1. Mislan et al. (2015) Backpropagation Keterangan MSE 0.00096341 2. Muhammad (2010) 3. Muwakhidin (2014) 4. Mahrina (2014) Backpropagation & ARIMA (Box-Jenkins) Backpropagation & Radial Basis Function Backpropagation & LVQ MAPE 0,925062 % dan 1,07946 % MAPE 0,023% dan 0,53% Backpropagation 75-99% & LVQ 60-82%