METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

Analisis Vegetasi Hutan Alam

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

111. METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN


METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. Bahan dan Metode

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

II. METODOLOGI. A. Metode survei

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu,

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

II. METODE PENELITIAN

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah vegetasi mangrove

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELlTlAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN REGENERASI ALAMI DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI SUSI SUSANTI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

Transkripsi:

23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah progam Yayasan International Animal Rescue Indonesia (YIARI). Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

24 B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada saat penelitian meliputi: GPS (Global Positioning System), Hagameter, kompas, meteran, tali rafia, patok kayu, pita meter, pisau lapangan, kamera digital, headlamp dan buku panduan pengenalan jenis tumbuhan. Bahan/objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu individu kukang sumatera (Nycticebus coucang) betina yakni Tri dan satu individu kukang sumatera jantan yakni Bintang yang keduanya sudah terpasang radio collar yang dilepasliarkan oleh Yayasan International Animal Rescue Indonesia pada Januari dan Maret 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih. D. Cara Kerja 1. Penggunaan Radio Collar Sebelum pengambilan data dimulai, keberadaan kukang sumatera ditentukan terlebih dahulu menggunakan Radio Collar Receiver yang dihubungkan dengan Portable Antenna. Alat ini akan menerima frekuensi sinyal yang dipancarkan oleh Radio Collar Transmitter yang terpasang pada leher kukang sumatera. Radio Collar Transmitter yang digunakan adalah jenis R1000 Communication Spesialists. Frekuensi Radio Collar Transmitter pada kukang betina Tri adalah 6420 sedangkan kukang jantan Bintang adalah 6210. Alat ini digunakan dengan cara: pertama, menyamakan frekuensi Radio Collar Receiver dengan Radio Collar Transmitter yang akan dilacak. Kedua, menentukan arah objek dengan

25 cara mengarahkan Portable Antenna ke segala arah hingga terdengar bunyi beep pada Radio Collar Receiver. Ketiga, mencari sudut arah objek yang tepat yaitu dari arah sinyal yang paling kuat terdengar. 2. Pengumpulan Data Struktur Vegetasi Pengumpulan data struktur vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode transek sabuk (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974) yang di dalamnya terdapat petak bersarang (Kusmana, 1997). Menurut Soegianto (1994), teknik ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Penggunaan metode ini sesuai karena areal penelitian di kawasan hutan lindung Batutegi umumnya memiliki tingkat topografi dan elevasi yang bervariasi. Pengumpulan data struktur vegetasi dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu: a) penentuan jumlah petak contoh, b) peletakan petak contoh, c) pembuatan petak contoh, a) Penentuan Jumlah Petak Contoh Jumlah petak dalam satu transek sabuk di tiap lokasi adalah empat buah dengan estimasi luasan wilayah jelajah kukang sumatera berkisar antara 0,4-3,8 ha. Jumlah petak contoh ditentukan melalui teknik Kurva Species Area (Kusmana, 1997). Teknik ini digunakan untuk mengetahui jumlah minimal petak ukur yang mewakili habitat yang akan diukur. Luas tiap transek sabuk ialah 400 m², tiap petak berukuran 10 m x 10 m dengan tiga petak kuadrat di dalamnya untuk

26 kategori sesuai dengan tingkat tumbuh vegetasi, yaitu semai, pancang, pohon dan vegetasi penutup lantai. Penempatan dan jumlah transek ditentukan untuk mewakili struktur dan komposisi vegetasi yang ada di dalam wilayah jelajah kukang sumatera (Tabel 1). Tabel 1. Penempatan dan jumlah transek di habitat kukang sumatera Kukang Nama Ʃ Ketinggian Titik Awal Arah Transek Plot (m dpl) Transek Transek Betina Tri TS 4 359,1 367,8 5 11' 364" LS 104 44' 168" BT 180 TK 4 317,1 343,8 5 11' 441" LS 104 44' 141" BT 150 Jantan Bintang BS 4 356,1 380,1 5 11' 329" LS 104 44' 093" BT 250 BK 4 316,2 346,2 5 11' 541" LS 104 44' 207" BT 60 Keterangan LS = Lintang Selatan ; BT = Bujur Timur TS = Tri Semak TK = Tri Kebun BS = Bintang Semak BK = Bintang Kebun b) Peletakan Petak Contoh Transek sabuk-petak bersarang diletakkan secara sistematis dengan awal acak (Systematic Sampling with Random Start) (Kusmana, 1997) di sepanjang garis atau transek dengan tegak lurus garis kontur dalam wilayah jelajah kukang sumatera. Dalam masing-masing wilayah jelajah kukang sumatera dibuat transek yang memotong garis kontur, yang selanjutnya di setiap transek akan diletakkan plot transek sabukpetak bersarang untuk dilakukan analisis vegetasi. Pada wilayah jelajah kukang sumatera terdapat dua tipe vegetasi, yakni vegetasi kebun dan vegetasi semak. Oleh karena itu pada masing-masing wilayah jelajah kukang sumatera dibuat dua transek untuk mewakili struktur dan komposisi tumbuhan berdasarkan tipe vegetasi. Dari

27 analisis vegetasi yang didapat maka dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi habitat kukang sumatera paska pelepasliaran. c) Pembuatan Petak Contoh Habitat kukang sumatera di blok Kali Jernih umumnya berupa kebun. Kebun cenderung memiliki komposisi tumbuhan yang homogen dan keanekaragaman jenis tumbuhan yang lebih rendah dibandingkan hutan. Hal ini menjadi pertimbangan dalam melakukan pengambilan data melalui petak contoh vegetasi sehingga ukuran petak ukur terbesar yang dipilih ialah 10 m x 10 m. Pembuatan petak contoh dilakukan berdasarkan tingkat permudaan pohon dan tumbuhan bawah yang terdapat pada wilayah jelajah kukang sumatera. Ukuran dan bentuk petak contoh (Gambar 4) yang dibuat dan digunakan, meliputi: 1. 10m x 10m untuk tingkat pohon (diameter > 10cm) 2. 5m x 5m untuk tingkat pancang (anakan dengan tinggi >1,5m atau pohon muda dengan diameter <10cm) 3. 2m x 2m untuk tingkat semai (anakan yang tingginya <1,5m) 4. 1m x 1m untuk tingkat vegetasi penutup lantai (vegetasi selain permudaan pohon seperti herba, rumput, dan semak belukar). Data-data yang dicatat untuk tingkat permudaan pohon adalah: jumlah individu, nama lokal, nama ilmiah, diameter setinggi dada (DBH, yaitu diameter setinggi ±130 cm dari permukaan tanah), dan tinggi pohon, sedangkan data yang dicatat untuk tumbuhan bawah, adalah nama

28 lokal, jumlah per jenis, dan habitus atau bentuk hidup. Pada penelitian ini, bambu dimasukkan dalam kategori pohon. Satu rumpun bambu dihitung sebagai satu individu pohon dengan DBH bambu diperoleh dengan mengukur DBH rumpun. Data vegetasi pada petak bersarang digunakan untuk menghasilkan indeks nilai penting (INP) dari setiap kategori dan sub kategori vegetasi. Gambar 4. Desain transek sabuk-petak bersarang 3. Pengumpulan Data Profil Vegetasi Pengumpulan data profil vegetasi diambil pada semua transek yang telah diletakkan plot petak bersarang. Profil vegetasi dimaksudkan untuk menggambarkan struktur vegetasi secara vertikal dengan melakukan penggambaran diagram profil dalam bentuk belt transect (transek sabuk) dengan lebar 10 meter dan panjang 40 meter. Fase pertumbuhan yang diamati adalah pancang dan pohon. Data titik awal transek yang dicatat

29 meliputi posisi geografis, ketinggian di atas permukaan laut, dan arah transek. Data yang dikumpulkan dalam membuat diagram profil (Winarti,2003), adalah sebagai berikut: 1. Posisi pohon yang ditentukan berdasarkan koordinat (absis dan ordinat) dalam plot, untuk memproyeksikan lokasi pohon pada diagram profil, 2. Tinggi pohon dan tinggi percabangan pertama, diukur dengan Hagameter, untuk menggambarkan kenampakan pada diagram profil, 3. Diameter setinggi dada (DBH), diukur dengan melingkarkan pita meter pada batang setinggi 130 cm dari permukaan tanah untuk menggambarkan kenampakan pada diagram profil. 4. Penutupan tajuk pohon dari empat arah mata angin, untuk memproyeksikan penutupan tajuk secara horizontal pada diagram profil, 5. Gap, yaitu ruang terbuka pada vegetasi baik secara vertikal (gap antarstratum) maupun horizontal (gap yang berupa kolom). Gap antarstratum diukur dari tajuk paling bawah dari strata atas hingga tajuk pertama strata yang berada di bawahnya. Sedangkan gap kolom diukur dari tajuk terakhir yang mengawali pembentukan ruang terbuka hingga tajuk pertama yang mengakhiri ruang terbuka tersebut secara horizontal.

30 6. Stratifikasi berdasarkan empat kategori, yaitu 1) strata atas, terdiri atas vegetasi dengan tinggi > 10 m, 2) strata tengah, tinggi 5-10 m, 3) strata bawah, tinggi < 1-5 m, dan strata lantai, tinggi < 1 m. Gambar 5. Skema gap 4. Pengumpulan Data Jenis Tumbuhan Pakan Kukang Sumatera Pencatatan data tumbuhan jenis pakan kukang sumatera diperoleh berdasarkan pengamatan langsung (tumbuhan pakan potensial). Data tumbuhan jenis pakan yang dicatat ialah tumbuhan yang berada dalam petak contoh. Pada saat pengamatan tumbuhan yang dimakan oleh kukang sumatera dicatat jenis dan bagian yang dimakan (kulit pohon, getah, buah, dan bunga). Data yang diperoleh ditabulasikan dan dilakukan analisis vegetasi. Dalam analisis vegetasi tumbuhan pakan digunakan metode yang sama dengan analisis struktur vegetasi. Hasil analisis

31 vegetasi tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif melalui Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan pakan kukang sumatera. E. Analisis Data 1. Indeks Nilai Penting Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masingmasing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dan dominansi relatif yang selanjutnya dihitung untuk menghasilkan indeks nilai penting atau INP. Nilai INP dihitung untuk mengetahui jenis dan tingkat tumbuhan yang memiliki pengaruh atau nilai penting bagi habitat (Kusmana, 1997). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis Luas Petak contoh Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis Frekuensi (F) = Jumlah sub-petak ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh sub-petak contoh Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis Dominansi (D)= Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh Luas Bidang Dasar (LBD) atau Basal area = 3,14 (dbh/2)² Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis

32 Indeks Nilai Penting (INP) - Untuk tingkat vegetasi lantai dan semai: INP = KR + FR - Untuk tingkat pohon dan pancang : INP = KR + FR + DR 2. Indeks Keanekaragaman Jenis Untuk menghitung keanekaragaman jenis tumbuhan digunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (H ) (Kusmana, 1997), dengan persamaan sebagai berikut: H = -Ʃ [ Pi Ln Pi ] Pi=ni/N Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman Shannon Ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah individu seluruh jenis 3. Indeks Dominansi suatu jenis Menurut Kusmana (1997), untuk menghitung indeks dominansi suatu jenis digunakan persamaan sebagai berikut: D = Pi² dan Pi = ni/n Keterangan: D = indeks dominansi suatu jenis, Pi = peluang kepentingan tiap jenis ni/n, ni = jumlah individu untuk tiap jenis, dan N = jumlah total individu