BAB I PENDAHULUAN. pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanah manusia tidak bisa hidup dan berada. Tanah memberikan manusia tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

sifat kekeluargaan dan kegotong royongan yang kuat. Pengaturan tentang nilai-nilai kehidupannya diatur oleh ketentuan hukum adat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. landasan bahwa tanah merupakan hak dasar setiap manusia. dan berkembang serta penunjang kehidupan manusia. Pandangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang masih bersifat asli masih dapat dijumpai di desa-desa di

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

pertanahan untuk diterbitkan sertifikat tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. Pasal 33

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. segera mendapatkan regulasi untuk mencegahnya. akan berhenti pada titik zero population growth. Maka muncul beragam

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENGANTAR. 1.1.Latar Belakang. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah, sebab tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri daerahnya. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa mempunyai fungsi

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk mahkluk. ciptaannya, oleh karena itu tanah mempunyai arti yang sangat penting

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara di sisi lain luas tanah tidak bertambah. Begitu pentingnya tanah bagi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri. Namun, adanya konflik tersebut bukan untuk dihindari tapi harus

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

Masalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat ketergantungan akan ketersediaan tanah bagi kelangsungan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. khusus hak atas tanah yang merupakan hak ekonomi, sosial dan budaya dapat

ANDHIKA SURYA PRATAMA NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konteks Indonesia, salah satu isu yang menarik untuk dibicarakan

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea 4 yaitu

I. PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi. bangsa Indonesia, peranan negara sangat penting di dalam mengatur

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Para anggota persekutuan hukum berhak untuk mengambil hasil tumbuhtumbuhan

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I PENDAHULUAN. qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional (HTN), memberikan ruang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penghidupan masyarakat, bukan hanya aspek hubungan sosial-ekonomis, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia bermasyarakat pada zaman ini, sangat

PENDAHULUAN. 1 Ulfia Hasanah, Status Kepemilikan Hat Atas Tanah Hasil Konversi hak barat berdasarkan Undang-Undang No. 5

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Tujuan pembangunan itu dapat tercapai, bila sarana-sarana dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan manusia pada dasarnya erat kaitannya dengan tanah. Sejak awal dilahirkan sampai pada meninggal dunia, manusia selalu bersinggungan dan tidak terlepas dari tanah. Hal ini membuktikan bahwa tanah menjadi sumber kehidupan bagi semua orang. Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena semua orang memerlukan tanah semasa hidup sampai dengan meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria. Tanah bagi kehidupan manusia mengandung makna yang multidimensional. Pertama, dari sisi ekonomi tanah merupakan sarana produksi yang dapat yang mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara politis tanah dapat menentukan posisi seseorang dalam pengambilan keputusan masyarakat. Ketiga, sebagai kapital budaya dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral karena pada akhir hayat setiap orang akan kembali kepada tanah. 1 Makna yang multidimensional tersebut ada kecenderungan bahwa orang yang memiliki tanah akan mempertahankan tanahnya dengan cara apapun bila hakhaknya dilanggar. Kedudukan tanah yang mempunyai peranan penting di Indonesia dipertegas secara konstitusional dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di 1 Heru Nugroho, 2001, Menggugat Kekuasaan Negara, Muhamadyah University Press, Surakarta, hlm. 237 1

2 dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Ketentuan pasal tersebut kemudian menjadi landasan filosofis terhadap pengaturan tanah di Indonesia yang secara yuridis diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang kemudian dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). UUPA memberikan perbedaan pengertian antara bumi dan tanah. Pengertian bumi dalam UUPA diatur di Pasal 1 angka (4) yang menyatakan bahwa: Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air. Pasal di atas memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan istilah bumi, yaitu meliputi permukaan bumi ( yang kemudian disebut dengan tanah) berikut apa yang ada di bawahnya (tubuh bumi) serta yang berada di bawah air. Selanjutnya pengertian tanah mendapat penjelasan dalam ketentuan Pasal 4 angka (1) UUPA bahwa : atas dasar hak menguasai dari negara, ditentukan adanya macam macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan dan dipunyai oleh orang orang baik sendiri sendiri maupun bersama sama dengan orang lain atau badan hukum. Dalam ketentuan di atas, yang disebut tanah adalah permukaan bumi. Hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi, sedangkan bumi meliputi tanah, tubuh bumi dan berikut apa yang ada di bawahnya serta di bawah air. Hubungan manusia dengan tanah dalam hukum adat mempunyai hubungan yang kosmismagis-religius, artinya hubungan ini bukan antara individu dengan tanah saja

3 tetapi juga antar sekelompok anggota masyarakat suatu persekutuan hukum adat (rechtsgemeentschap) di dalam hubungan dengan hak ulayat. Undang-Undang Pokok Agraria sebagai hukum positif Hukum Tanah Nasional mengakui keberadaan tanah hak ulayat, yang ketentuan pengakuannya dituangkan dalam Pasal 3 UUPA dengan syarat-syarat tertentu. Dua persyaratan yang memberikan dasar pengakuan hak ulayat dalam Pasal 3 tersebut, yakni persyaratan mengenai keberadaan / eksistensinya dan pelaksanaannya. Dalam Pasal 3 tersebut tidak memberikan kriteria penentu mengenai hak ulayat. Berpegang pada konsepsi yang bersumber pada hukum adat, Maria Sumardjono memberikan kriteria penentu eksistensi hak ulayat yang di dasarkan pada adanya 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi secara stimulant yakni: 2 1. subyek hak ulayat, yaitu masyarakat hukum adat dengan karakteristik tertentu. 2. obyek hak ulayat, yakni tanah yang terletak dalam suatu wilayah dan merupakan pendukung utama penghidupan dan kehidupan masyarakat sepanjang masa ( Lebensraum). 3. adanya kewenangan tertentu masyarakat hukum adat dalam mengelola tanah pemanfaatan serta pelestarian tanah wilayah tersebut. Tanah sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan papan dan pangan, serta merupakan sumber daya alam yang langkah rentan diperebutkan oleh berbagai pihak. Banyak konflik yang bersumber pada perbedaan kepentingan, nilai, data dan sebagaianya. Sengketa tanah yang sering timbul dalam kehidupan masyarakat antara lain disebabkan adanya perebutan hak atas tanah yang mengakibatkan rusaknya keharmonisan hubungan sosial. 2 Maria S.W. Sumardjono, 2005, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta, hlm. 65

4 Didalam masyarakat hukum adat sering terjadi sengketa mengenai tanahtanah adat termasuk tanah ulayat, adapun penyebab timbulnya sengketa tanah Ulayat antara lain 3 : 1. Kurang jelasnya batas sepadan tanah ulayat 2. Kurang kesadaran Masyarakat Hukum Adat 3. Tidak berperannya Kepala Adat dalam Masyarakat Hukum Adat Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur masih terdapat tanah tanah ulayat yang sering menimbulkan sengketa dan cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Sengketa tanah di wilayah ini umumya diselesaikan dengan dua cara. Penyelesaian yang ditempuh selama ini adalah melalui upaya litigasi yakni melalui pengadilan dan upaya penyelesaian sengketa alternatif yaitu mediasi di luar pengadilan. Bagi masyarakat hukum adat setempat, memilih penyelesaian sengketa tanah adat yang terjadi tidak perlu sampai pada jalur hukum formal. Hal ini karena masyarakat adat menganggap penyelesaian melalui jalur hukum formal akan menimbulkan perpecahan yang justru semakin meluas. Penyelesaian melaui peradilan adat yang dilakukan oleh Kepala Adat (Amaf) Kabupaten Kupang misalnya kasus antara masyarakat adat di Kecamatan Kupang Timur. Pada sengketa tersebut terjadi perebutan wilayah antara desa Tanah Putih, Desa Oefafi dan Kelurahan Babau yang berujung pada konflik. Hal ini karena masyarakat adat ketiga desa tersebut merasa bahwa tanah yang ada di lokasi sengketa adalah tanah ulayat yang diwariskan secara turun temurun oleh 3 Pra penelitian dengan Bapak Cristofel Benyamin, selaku Kepala Adat, Masyarakat Kecamatan Kupang Timur, Tanggal 12 Maret 2015, pukul 11.00 Wita

5 leluhur kepada masyarakat adat untuk tempat upacara adat, padang penggembalaan dan padang perburuhan sesuai dengan suku-suku yang ada 4. Pemahaman yang timbul selama ini, masyarakat adat masing masing desa merasa bahwa orang-orang yang mendiami dan menguasai lokasi tanah tersebut merupakan perampasan terhadap hak-hak mereka yang diwariskan secara turuntemurun sehingga tanah ulayat yang ada dan dianggap sebagai tanah suku harus selalu dipertahankan. Seiring berjalannya waktu dengan batas yang tidak pernah diketahui secara pasti maka masing masing desa mulai saling klaim kepemilikannya. Masyarakat adat ketiga desa tersebut saling mempertahankan hak mereka maka terjadilah mediasi yang dilakukan oleh Kepala adat yang mengetahui secara pasti sejarah mengenai tanah yang diperebutkan tersebut. Penyelesaian sengketa melalui peradilan adat yang dipilih oleh masyarakat ini diharapkan mampu memberikan keadilan bagi semua pihak yang berkonflik. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian mengenai lebih lanjut sengketa tanah ulayat dengan mengangkatnya kedalam sebuah tesis dengan judul : PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ADAT MELALUI PERADILAN ADAT DI KECAMATAN KUPANG TIMUR. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan hukum sebagai berikut : 4 Pra penelitian dengan Bapak Yohanes Nome, selaku Ketua Lembaga Pemangku Adat Kabupaten Kupang, pada Tanggal 15 Maret 2015, pukul 10.00 wita

6 1. Bagaimana cara penyelesaian sengketa tanah adat melalui Peradilan Adat di Wilayah Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang? 2. Apa bentuk keputusan Peradilan Adat bagi pihak yang bersengketa di Wilayah Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang? 3. Bagaimana pelaksanaan dan kekuatan hukum berlakunya putusan Peradilan Adat bagi para pihak yang bersengketa di Wilayah Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memproleh jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, yaitu: 1. Menganalisis cara penyelesaian sengketa tanah adat melalui peradilan adat yang dilakukan di Kecamatan Kupang Timur -Kabupaten Kupang. 2. Menganalisis bentuk keputusan peradilan adat dalam penyelesaian sengketa tanah adat di Wilayah Kecamatan Kupang Timur - Kabupaten Kupang. 3. Menganalisis pelaksanaan dan kekuatan hukum berlakunya putusan peradilan adat di Wilayah Kecamatan Kupang Timur - Kabupaten Kupang. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis, yaitu: 1. Aspek Teoritis

7 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan pemikiran mengenai ilmu hukum umumnya, dibidang hukum agraria pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa petanahan serta bermanfaat bagi para penelitian - penelitian ilmu hukum selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penyelesaian sengketa tanah adat melalui cara peradilan adat dalam kaitannya dengan kasus pertanahan yang terjadi. D. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan pengetahuan penulis melalui penelitian kepustakaan, sebelumnya sudah ada penelitian yang mengangkat topik mengenai penyelesaian sengketa tanah ulayat melalui peradilan adat yaitu: 1. Peran Kepala Adat Nagari (kan) dalam penyelesaian sengketa tanah adat Minangkabau, Universitas Gadjah Mada, oleh Hestia Shelvi pada tahun 2008. 5 2. Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Tanah Ulayat Melalui Mediasi.( studi kasus di Kecamatan Soa- Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur). Penulis beranggapan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya terdapat pada: 5 Shelvi Hestia, 2008, Peranan Kepala Adat Nagari (kan) Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Adat Minangkabau, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

8 Isi Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang pertama yaitu Peranan Kepala Adat Nagari (kan) dalam penyelesaian sengketa tanah adat Minangkabau, Universitas Gadjah Mada 2008 serta Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Melalui Mediasi, Maria De Muga, Universitas Diponegoro, 2008 6. Perbedaan penelitian adalah penelitiannya hanya memfokuskan pada peran Kepala Adat dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat sedangkan yang diteliti oleh peneliti yaitu bagaimana cara penyelesaian sengketa yang di pakai melalui peradilan adat serta pelaksanaan keputusan terhadap pihak pihak yang berkepentingan dalam sengketa tersebut. Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dianggap asli dan layak untuk di teliti serta diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. 6 Maria De Muga, 2008, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Mediasi Di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada, Tesis, Magister Kenotariatan Universtitas Diponegoro, Semarang.