Hak Atas Lingkungan (HAL) Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) Dewi Triwahyuni

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

HAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

Makalah. Masyarakat adat dan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 407 TAHUN 2006 TENTANG TIM PENGARAH PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAM dan Hukum Ekonomi Internasional

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

A. Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia yang Berkaitan dan Mendukung Konvensi

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

Masyarakat Hukum Adat dan Konservasi Kertas Posisi WWF Indonesia. Februari 2012

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

KEDUDUKAN SBKRI (SURAT BUKTI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA) TERHADAP HAK WNI KETURUNAN TIONGHOA DITINJAU DARI HUKUM HAM INTERNASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembangunan Kehutanan

KEPPRES 22/2002, PANITIA NASIONAL PERTEMUAN TINGKAT MENTERI KOMISI PERSIAPAN KONFERENSI TINGKAT TINGGI DUNIA UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

II. TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

HUKUM DAN KEBIJAKAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Jenis Invasif; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konse

Transkripsi:

Hak Atas Lingkungan (HAL) Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) Dewi Triwahyuni

PENTINGNYA HAL Hak Atas Lingkungan HAM sudah tidak lagi menomersatukan salah satu kategori hak: apakah pemenuhan hak-hak dalam kategori sipil dan politik (civil and political rights) atau pun hak-hak dalam kategori ekonomi, sosial dan budaya (economic, social dan cultural rights)

Pemahaman HAM sebagaimana hak sipil politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, hak atas pembangunan serta HAL adalah Hak Universal yang melekat pada manusia dan menjadi kewajiban masyarakat internasional serta negara untuk ditegakkan dan dipenuhi sepanjang masa. 1994, PBB melahirkan draft prinsip Deklaraso HAM dan Lingkungan Hidup : The Prevention of Discrimination and Protection of Minorities :

Hak-hak tersebut meliputi : Bebas dari polusi, degradasi lingkungan dan aktivitas yang dapat mempengaruhi lingkungan atau mengancam jiwa, kesehatan atau pembangunan berkelanjutan. Perlindungan dan preservasi udara, tanah, air, flora dan fauna dan proses esensial untuk dapat menjaga keutuhan keanekaragaman hayati dan ekosistem. Memperoleh standar kesehatan yang tinggi

Memperoleh makanan, minuman dan lingkungan yang sehat dan aman. Perumahan yang memadai dan kondisi hidup yang aman, sehat dan tertata baik secara ekologis Akses ekologi terhadap alam dan konservasi dan penggunaan yang berkelanjutan dari alam dan sumberdayanya Hak untuk menikmati kehidupan tradisional dan subsitensi terhadap indigenous people.

Paul Sieghart mengidentifikasi setidaknya ada 6 golongan hak-hak kolektif : 1) Hak atas penentuan nasib sendiri 2) Hak atas perdamaian abadi dan kemanan internasional 3) Hak utnuk menggunakan kekayaan dan sumber daya alam 4) Hak atas pembangunan 5) Hak kaum minoritas 6) Hak atas lingkungan (HAL)

Perkspektif HAL Jika melihat teksturnya, ada dua lapisan tekstur hak kolektif dalam melihat konteks HAL sebagai Hak Asasi Rakyat : Hak Koleltif struktural Hak kolektif Kultural

Hak Kolektif Struktural Adalah hak rakyat dalam suatu teritotial negara ditetapkan berdasarkan regulasi negara secara kolektif dan menjadi kewajiban negara dalam menjamin, melindungi serta memenuhi, rakyat secara politik berhak ikut menentukan semua bentuk pembangunan dan menikmati lingkungan hidup berdasarkan pada standar kehidupan yang diingin rakyatnya

Hak Kolektif Kultural Adalah sebuah sistem yang telah menjadi identitas sosial dan budaya dalam suatu komunitas tertentu, sistem tersebut memiliki latar belakang sejarah yang mengandung nilai-nilai tertentu, sebagaimana telah menjadi bahagian tata kehidupan masa lalu, masa kini dan diyakini sebagai pilihan hidup untuk dipertahankan bagi kehidupan di masa mendatang.

PERKEMBANGAN SAAT INI :

Konvensi Lingkungan Hidup Multilateral CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) BCHW (Basel Convention on Hazardous Waste) VCPOL (Viena Convention on the Protection of the Ozone Layer & Montreal Protocol) UNCBD (United Nations Convention on Biological Diversity)

CPB ( Cartagena Protocol on Biosafety) UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) KP (Kyoto Protocol) UNCCD (United Nations Convention to Combat Desertification)

ASEAN Agreement om Environment Jakarta Declaration on Environment amd Development (18 September 1997) Bandar Seri Bengawan Resolution on Environment and Develepment ( 1994) Singapore Resolution on Environment and Development (1992) The Kuala Lumpur Accord on Environment amd Development (1990)

Jakarta Resolution on Sustainable Development (1987) Agreement on Convention of Nature Conservation of Nature and Natural Resources (1985) Bangkok Declaration on the ASEAN Environment (1984) ASEAN Declaration on Heritage Parks and Reserves (1984) Manila Declaration on the ASEAN Environment (1981)

Banyaknya konvensi internasional yang disepakati pada kenyataannya tidak berbanding lurus dengan kemajuan Kondisi lingkungan hidup secara umum di dunia. Pernyataan ini mempertegas belum terpenuhinya secara maksimal terhadap HAL masyarakat dunia. Wakil PBB untuk Program Lingkungan Hidup dalam KTT perubahan iklim ke 7 (2001) melaporkan perkembangan lingkungan global saat ini :

Peningkatan suhu global (5 derajat C) Permukaan es di Kutub utara makin tipis. Penggundulan Hutan dan menghilangnya kemampuan menyerab karbon. Rusaknya hasil panen akibat perubahan iklim (pemanasan global) Banyaknya penderita kelaparan dan gizi buruk berasal dari rakyat pedesaan di negara berkembang. Penggungsi akibat lingkungan hidup sudah berjumlah 25 juta lebih.

PERKEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Indikator banyaknya kerusakan Lingkungan yang mengarah pada ecocide di Indonesia Lahirnya kebijakan seperti UU perkebunan, UU SDA, UU Perikanan, Perpu 1/2004, karena kelahirannya didominasi oleh semangat liberalisasi dan privatisasi.

Kebijakan yang dijalankan masih tumpang tindih dan bersifat egosentrisme, kaerna tidak adanya prinsip pengelolaan yang berkesinambungan serta sikap yang mengingkari TAP MPR No.IX/2001 tentang Reforma Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Kriminalisasi atas kebebasan berekspresi bagi masyarakat korban yang menuntut hak-hak keadilan sosial dan ekologi. Keterlibatan aparat militer dalam bisnis sumber daya alam.

KEJAHATAN LINGKUNGAN Penjahat Lingkungan adalah orang atau lembaga yang melakukan tindakan perampasan atau penghilangan HAL dan sumber-sumber kehidupan rakyat yang dilakukan secara langsung melalui pengaruh, kekuatan modal, kekuatan politik dan kekuasaan (posisi-jabatan) di dalam suatu badan usaha/pemerintahan.

Kejahatan lingkungan hidup di Indonesia diatur dalam Undang-undang No.23 tahun 1997. Menurut UU ini, Perusakan Lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan,

Yang termasuk aktivitas kejahatan menurut UU 41/1999 tentang Kehutanan, adalah: Merusak infrastruktur yang digunakan untuk perlindungan hutan Terlibat di dalam kegiatan yang mendukung dgradasi hutan Menggunakan atau menempati sebagian dari kawasan hutan tanpa persetujuan menteri. Memebang pohon dalam batas 500 meter dari tepi waduk atau danau.

Membakar hutan Memanen hasil hutan Memanen hasil tanpa memiliki izin atau hak Menambang di dalam kawasan hutan tanpa izin menteri Mengangkut hasil hutan tanpa dokumen yang syah. Membawa peralatan berat ke kawasan hutan tanpa memiliki izin.

Perbandingan Kejahatan Konvensional dengan Kejahatan Lingkungan Pelaku : individu/ kolektif Korban : individu/ kolektif Reaksi sosial : langsung & segera Pembuktian : langsung, cepat dan mudah Pelaku : kolektif Korban : Kolektif Reaksi Sosial : tidak langsung dan lamban Pembuktian : Sulit dan jangka panjang