BAB I PENDAHULUAN. dengan pemberian transfusi darah yang aman. tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 83

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO,2009). Terapi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG FRAKSIONASI PLASMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang mudah rusak atau tidak tahan lama merupakan tantangan bagi

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OUT LINE. Kontrol Kualitas Komponen darah. Dasar Kebijakan. Dasar Kebijakan. Dasar Kebijakan Kontrol kualitas komponen darah Spesifikasi

PANDUAN PELAYANAN DARAH DI BANK DARAH RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

TRANSFUSI DARAH SEJARAH & PERKEMBANGANNYA SAAT INI

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. penciptaan barang dan jasa. Manajemen Operasi (operation management--om)

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

Keamanan DARAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. Permintaan akan mendorong pengambilan keputusan dalam kegiatan bisnis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahunnya, terkumpul sekitar 92 juta donasi. darah dari seluruh dunia. Rata-rata, 50% dari total

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. dan dipantau dengan peraturan yang ketat (Stranger, et al 2012), selain itu darah

BAB I PENDAHULUAN. (agregasi) atau menempel pada benda asing (adhesi). Menghitung jumlah

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Teori Dasar

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA

ADMINISTRATION PERIODE OF PRC TRANSFUSION TOWARD TO HEMOGLOBIN VALUES

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

MINIMALISASI TINGKAT PEMBOROSAN PERSEDIAAN TIDAK TAHAN LAMA STUDI PADA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH DI YOGYAKARTA

PERBEDAAN REAKSI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH WHOOLE BLOOD (WB) DAN PACKED RED CELL (PRC) PADA PASIEN SECTIO CAESARE

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA. Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

Pada Pertemuan Forum Nasional II Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensive Care Unit (ICU) dengan rerata lima unit per pasien. Packed red cell

mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Rekam Medis

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien-pasien dengan penyakit hematologi atau onkologi yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

Pengolahan komponen darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

II. Tujuan 1. Tujuan Umum Terpenuhinya kebutuhan tenaga Tenaga medis, profesional dan non medis

KORELASI KADAR HEMOGLOBIN BEBAS DAN F 2α -ISOPROSTAN PLASMA PACKED RED CELL SELAMA PENYIMPANAN DI BANK DARAH

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Darah

Pemeriksaan Kadar Protein Supernatan Akhir Pada Pemantapan Mutu Komponen Washed Red Cells (WRC) di UTDC PMI Kota Semarang

BUPATI SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

9/12/2014. Aktivasi. yang teraktivasi akan mengekspresikan P-Selectin (CD62P) yaitu suatu protein membran 140 kd yang berasal dari granula alfa.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 5 TAHUN 1989 SERI : B.3

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap tahun, berjuta-juta kehidupan manusia di bumi. terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

Plan Do Study Action

BAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD

KALENDER KEGIATAN DIKLAT UNIT TRANSFUSI DARAH PUSAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 TENTANG TRANSFUSI DARAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan media sosial Twitter sebagai media komunikasinya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan informasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan dewasa ini, kebutuhan akan pelayanan darah yang berkualitas, mudah didapat dan jumlah yang semakin bertambah khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu yang masih tinggi. Transfusi darah adalah salah satu cara pengobatan yang sampai sekarang belum dapat tergantikan. Menurut perkiraan WHO, lebih dari 150.000 kematian yang terkait dengan persalinan sebenarnya dapat dihindari dengan pemberian transfusi darah yang aman. Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di haruskan mengantisipasi agar dalam memberikan pertolongan dapat maksimal yaitu dengan mendirikan Bank Darah Rumah Sakit seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 83 tahun 2014, bahwa seluruh Rumah Sakit wajib memiliki Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). BDRS merupakan unit pelayanan di Rumah Sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. ( PP No : 7, 2011). Pendistribusian darah hanya untuk kepentingan pelayanan kesehatan, dilakukan dengan menggunakan sistem tertutup dan metode rantai dingin 1

2 dan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan atau petugas UTD atau petugas BDRS dengan memperhatikan keamanan dan mutu darah. ( PP No : 7 2011Pasal 14 ). Dengan sistem tertutup dapat meminimalkan penurunan nilai dari RBC sehingga dapat mengurangi jumlah transfusi. (Ederlon Rezende et al, 2010 ). Pelayanan darah yang berkualitas adalah pelayanan darah dengan sistem distribusi tertutup dengan metode rantai dingin sesuai standart, yaitu pelayanan yang dilakukan seluruhnya oleh petugas kesehatan dan UTD dengan memperhatikan suhu penyimpanan darah saat didistribusikan. Pada sistem tertutup ini keluarga pasien tidak lagi dilibatkan sebagai pelaksana distribusi( Depkes RI, 2008; Ratna rosita et al,2008). Salah satunya yang sangat mempengaruhi kualitas pelayanan darah adalah sistem distribusi atau transportasi tertutup. Dalam sistem distribusi / transportasi tertutup ini darah mulai proses penyadapan dari pendonor baik sukarela maupun pengganti, skrening di UTD, pengiriman ke Bank Darah Rumah Sakit, pengiriman ke ruang perawatan serta proses transfusi dilakukan oleh petugas. Dalam sistem distribusi / transportasi darah tertutup ini tidak melibatkan keluarga pasien sebagai pelaksanan distribusi / transportasi. ( Depkes RI, 2008; Ratna rosita et al,2008). Penelitian di Indira Gandhi Govt Hospital and Post Graduate Institute, Puducherry, ditemukan bahwa sebagian besar reaksi transfusi darah karena penyimpanan darah di luar kabinet darah yaitu lemari es atau

3 menyimpan pada suhu kamar dalam waktu yang lama dan lebih sering terjadi pada pemberian darah lengkap dibanding darah komponen. Jika darah disimpan pada suhu kamar lebih dari 2 jam akan terjadi hemolisis dan jika disimpan lebih dari ½ jam suhu kamar akan terjadi proliferasi bakteri, yang pada akhirnya akan menyebabkan reaksi transfusi. Disamping itu juga ditemukan kurang ketatnya pemberian transfusi yang tidak sesuai dengan indikasi pemberian transfusi. Indikasi transfusi diberikan apabila Hb < 7 gram% dan transfusi dilakukan segera setelah darah dari bank darah sampai, jika tidak digunakan dalam waktu ½ jam segera dikembalikan ke bank darah untuk pemeliharaan rantai dingin. ( Venkatachalapathy TS, 2012 ) Di Rumah Sakit yang bertanggung jawab untuk menjaga agar darah tidak dikeluarkan dari Bank Darah sebelum siap untuk di transfusikan ada pada staf Bank Darah. Untuk distribusi / pengiriman darah suhu harus terjaga tetap pada suhu 2⁰ - 6⁰ C dan harus menggunakan Cool Box ( Pedoman pelayanan transfusi darah, modul 4, 2001 ). Penyimpanan darah harus sesuai dengan macam komponen darahnya untuk Whole Blood 1⁰ - 6⁰C dapat tahan sampai 35 hari, FFP ( Fresh Frozen Plasma )dalam waktu 6 8 jam harus dibekukan - 20⁰C, TC ( Trombocyte Concentrate ) suhu 20⁰-24⁰C dapat disimpan 3 5 hari sedangkan PRC (Packed Red Cell ) 1⁰-4⁰C dapat disimpan selama 21 hari. (Julia setyowati & AG soemantri Undip, 2007 ). Di RSU RA.Kartini Jepara masih terlihat sistem ini belum berjalan dengan baik, dalam memberikan pelayanan darah transportasi darah masih

4 melibatkan keluarga pasien dan belum menggunakan rantai dingin hanya menggunakan kantong plastik tanpa pendingin sama sekali. Bagaimana mutu dan kualitas pelayanan darah bisa terjaga dengan baik dan bagaimana akibatnya pada pasien yang menerima transfusi darah. Apakah ini karena fasilitas yang belum tercukupi atau sumberdaya manusianya tidak kompeten atau mungkin jumlah sumberdaya manusianya yang masih kurang. Tapi apapun masalahnya Bank Darah Rumah Sakit tetap harus menjaga keamanan dan kualitas darah, dan mestinya kita harus merasakan bila pasien itu kita atau keluarga kita sendiri. Pada pelaksanaannya transportasi darah sistem tertutup dengan rantai dingin tidak dapat tercapai hanya dengan pemenuhan fasilitas dan prosedur saja tanpa memperhatikan tenaga / sumberdaya manusianya baik kompetensi maupun jumlahnya, sehingga perlu direncakan kebutuhan SDM di unit Bank Darah Rumah sakit. Standart SDM sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit adalah ; 1. Dokter yang mempunyai sertifikasi pelatihan bank darah rumah sakit, sebagai kepala BDRS. 2. Tenaga laboratorium minimal 5 orang Teknisi Transfusi darah atau analis yang telah mendapat pelatihan bank darah. 3. Tenaga administrasi 1 orang. 4. Pekarya 1 orang.

5 Namun kebutuhan SDM dapat pula direncanakan dengan menggunanakan metode WISN ( Work Load Indikator Staff Need ) berdasarkan respon time (KMK RI No : 81/2004 ). Dipilihnya RSU RA.Kartini Jepara sebagai penelitian karena : 1. Penggunaan tranfusi darah di RSU RA Kartini yang semakin bertambah Tabel : 1.1. Penggunaan Tranfusi darah di RSU Kartini No Tahun Jumlah kantong darah 1. 2011 5397 2. 2012 5695 3. 2013 7199 Laporan tahunan pengeluaran darah Bank Darah RSU RA.Kartini Jepara 2. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan darah maka akan semakin bertambah pula beban kerja petugas, sehingga dimungkinkan penambahan petugas di sektor ini. Ini dapat terlihat pada sistem transportasi / distribusi darah di RSU RA.Kartini Jepara belum menjalankan sistem tertutup dengan rantai dingin dengan benar. B. RUMUSAN MASALAH. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang kemudian dituangkan dalam permasalahan sebagai berikut :Adakah Pengaruh Standart fasilitas, Standart sumberdaya manusia dan Standart mekanisme pelayanan Terhadap kualitas pelayanan darah dirsu RA Kartini Jepara tahun 2015?

6 C. TUJUAN PENELITIAN. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Tujuan umum. Untuk mengetahui pengaruh standart fasilitas, standart sumberdaya manusia dan standart mekanisme pelayanan terhadap kualitas pelayanan darah di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015. 2. Tujuan khusus. a. Mengetahui gambaran standart fasilitas, di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015. b. Mengetahui gambaran standart sumberdaya manusia di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015. c. Mengetahui gambaran mekanisme pelayanan darah di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015 d. Mengetahui gambaran kualitas pelayanan darah di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015. e. Menganalisa standart fasilitas, standart sumberdaya manusia dan standart mekanisme pelayanan terhadap kualitas pelayanan darah di RSU RA Kartini Jepara tahun 2015 D. MANFAAT PENELITIAN. Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.

7 1. Manfaat Teoritis. Apakah pelayanan darah di RSU RA.Kartini jepara sudah sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit, serta hasil penelitian kelak dapat dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang tranfusi darah. 2. Manfaat Praktis. a. Untuk Rumah Sakit. Untuk memberikan gambaran dan masukan kepada pemegang kebijakan di Rumah Sakit sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan serta kebijakan dalam pelayanan darah yang bermutu dan berkualitas. b. Untuk Institusi Pendidikan. Untuk bahan bacaan menambah wawasan dan pengetahuan tentang transportasi / distribusi darah dalam pelayanan darah di rumah sakit. c. Untuk karyawan Bank Darah. Mendapatkan gambaran yang benar pelayanan darah yang benar, sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan yang ada dalam pelaksanaan pelayanan darah.