BAB I PENDAHULUAN. Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia perbankan syariah. dengan negara lain, terutama dalam sistem informasi akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. semua organisasi di setiap negara, di sektor industri apapun, termasuk sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, kasus fraud yang terjadi di perbankan semakin marak.

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. spesifik perbankan berfungsi sebagai agent of trust, agen of development dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Tidak hanya pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal tersebut, maka begitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (finacial

BAB I PENDAHULUAN. supervisi bank tersebut (Soebijoto, 2011). Modus kejahatan perbankan bukan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan laporan keuangan kecurangan Report To The Nation : On

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan berdirinya berbagai jenis perusahaan, diantaranya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tuntutan ini wajar karena selama ini dirasakan BUMN dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU REPUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat

BAB. I PENDAHULUAN. menghimpun dana masyarakat untuk dikelola dan menghasilkan return. Maka dari

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. represif. Sebelum tahun 1980-an, bank bank masih merupakan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi, dilihat dengan banyaknya perusahaan-perusahaan besar

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan yang semakin pesat saat ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi perusahaan yang semakin kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

PT. : : : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan Menurut Mangkunegara (2000: 67) adalah hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian internal yang baik agar semua komponen dalam perusahaan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Good Corporate Governance) pada setiap aktivitas bisnis yang

Kasus pembobolan dana nasabah Citibank senilai Rp 40 miliar oleh Inong

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa bunga kredit dan juga sekaligus sebagai sumber risiko operasi bisnis

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

Pengaruh Auditor Internal Dan Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Terhdap Pemberian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perbankan memiliki peranan penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor ekonomi merupakan salah satu sektor yang paling penting suatu negara

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap perusahaan tentunya mengalami pasang surut dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

FRAUD PERBANKAN & RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, penerapan good corporate governance

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap

INTEGRITAS ATAU EFEKTIVITAS HUKUM SEBAGAI FAKTOR DOMINAN DALAM TERJADINYA FRAUD PERBANKAN?

1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Tujuan organisasi dapat bersifat profit oriented maupun non profit

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan proses atau yang dikenal sebagai banknote.selain itu juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tidak memiliki definisi tunggal. Menurut Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Pengendalian internal

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelumnya selain itu badan usaha dituntut pula memiliki nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. kredit atau lainnya serta memberikan jasa bank yang lain (Kasmir, 2002:11).

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan nilai luhur dan prinsip tata kelola (corporate governance) dalam

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. penyebab terjadinya fraud. Lebih jauh lagi, dalam teori segitiga fraud yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak terjadi kasus-kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif yang lainnya

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

BAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan deposito ib mudharabah Bank

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud dalam suatu perusahaan yang kegiatannya meliputi menguji dan menilai efektivitas serta kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi (Effendi, 2008). Pengendalian yang efektif dapat diperoleh dengan melaksanakan audit internal pada perusahaan yang dilaksanakan oleh auditor internal. Peran auditor internal adalah untuk menilai dan mengawasi suatu aktifitas berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditetapkan dan untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan manajemen. Peran tersebut harus dijalankan dengan posisi yang independen di dalam perusahaan atau organisasi (Yudha, 2013). Menurut Lastanti (2005), sikap independensi diperlukan agar bebas dari kepentingan dan tekanan pihak manapun, sehingga auditor internal dapat mendeteksi ada tidaknya fraud pada perusahaan yang diauditnya dengan tepat. Sikap penting lainnya yang harus dimiliki dan dipertahankan oleh auditor adalah sikap profesionalisme. Menurut Widiyastuti (2009), sikap profesionalisme yakni penggunaan kemahiran profesional auditor dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, auditor harus mempunyai dan mempertahankan sikap profesionalisme ini karena sikap-sikap ini sangat diperlukan auditor agar ia tidak gagal dalam 1

2 mendeteksi fraud dan setelah fraud tersebut terdeteksi, auditor tidak ikut menyembunyikan fraud tersebut. Salah satu contoh kasus yang berhubungan dengan profesionalisme auditor yang mendapat sorotan adalah adanya perbedaan opini yang dikeluarkan antara BPK -RI dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC) saat mengaudit Bank Indonesia pada tahun 2000. Widiyastuti (2009) menyebutkan pada saat itu, opini audit yang dikeluarkan BPKRI adalah tidak menyatakan pendapat (disclaimer opinion), sedangkan pendapat PwC adalah tidak wajar (adverse opinion). Peryataan tidak memberikan pendapat (disclaimer) diberikan karena lingkup audit tidak cukup/dibatasi atau karena adanya pembatasan informasi dan data dari audittee sehingga tidak diperoleh bukti yang kompeten. Sedangkan opini tidak wajar diberikan apabila laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam hal semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pada perusahaan perbankan peran auditor internal berada pada organisasi yang disebut dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Pentingnya pengendalian internal dan adanya Satuan Pengawasan Intern (SPI) diatur dalam SK Menteri BUMN Nomor kep-117/m-mbu/2002. Pada pasal 11 dinyatakan bahwa direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengedalian Internal yang efektif untuk mengamakan investasi dan asset BUMN dan UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 juga telah mewajibkan BUMN untuk membentuk unit pengendalian internal. Keberadaan fungsi SPI dalam perbankan menjamin efektivitas pengendalian internal mengahadapi fraud diperbakan.

3 Alison, 2006 dalam Rahmawati (2013) menyebutkan bahwa fraud merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Di bidang perbankan, dapat diartikan sebagai tindakan sengaja melanggar ketentuan internal (kebijakan, sistem dan prosedur) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi kepentingan pribadi atau pihak lain yang berpotensi merugikan bank, baik material maupun moril. Dari kasus-kasus yang pernah terjadi, fraud di perbankan lebih banyak melibatkan pihak intern bank. Dalam operasional perbankan, beberapa aktifitas yang diidentifikasikan rawan fraud, antara lain aktivitas pendanaan. Dalam hal ini, pegawai bank menarik dana dari rekening nasabah dengan memanfaatkan kepercayaan nasabah. Pejabat bank dan petugas customer service menerima titipan penyetoran deposito (door to door) dan diterbitkan bilyet deposito, namun tercatat dalam pembukuan bank. Uang setoran digunakan untuk kepentingan pribadi. Fraud lain dilakukan dengan menyetujui pencairan deposito prime customer tanpa didiukung dengan bilyet asli (Rahmawati, 2013). Aktivitas lainnya yang rawan fraud adalah perkreditan, yakni memberikan kredit fiktif atau agunan fiktif, antara lain dengan memanfaatkan berkas kredit yang lunas. Kemudian, aktivitas accounting, unit accounting melakukan perubahan parameter bunga sehingga biaya dana meningkat dan dipindahkan ke rekening tabungan yang bersangkutan (Rahmawati, 2013). Menurut Effendi (2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendeteksian fraud dan harus dimiliki oleh seorang auditor internal agar dapat

4 menjalankan tugasnya dengan baik. Pertama, memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud. Kedua adalah memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian internal dengan melakukan serangkaian pengujian (test) untuk menemukan indikator terjadinya fraud. Ketiga adalah memiliki keakuratan dan kecermatan (accuracy) dalam mengevaluasi indikatorindikator fraud tersebut. Mendeteksi fraud merupakan suatu tantangan bagi auditor, hal ini disebabkan karena auditor tidak memiliki banyak pengalaman dalam mendeteksi fraud atau temuan yang kemungkinan merupakan fraud telah disamarkan oleh pihak lain yang sebelumnya telah mengantisipasi bagaimana auditor berpikir dan bertindak. Karena pada prinsipnya fraud itu tersembunyi, sehingga para auditor harus memiliki kepekaan untuk mengungkap fakta yang tersembunyi dan dalam proses pencarian fakta fraud, auditor harus berpikir layaknya seseorang yang melakukan fraud tersebut (Lastanti, 2005). Di Indonesia munculnya masalah fraud telah dibuktikan dengan adanya kasuskasus yang melibatkan banyak organisasi dan perusahaan tak terkecuali perusahaan milik negara atau BUMN. Peran BUMN dirasakan cukup dominan, jumlahnya yang mencapai ratusan perusahaan dan asetnya yang secara total mencapai ratusan triliun rupiah dengan lingkup usaha yang rata-rata dapat digolongkan strategis. Oleh karena hal itu tidak heran BUMN menjadi sorotan masyarakat. Masih terdapat banyak kesalahan yang ada pada perusahaan-

5 perusahaan di Indonesia, terutama dalam prinsip akuntabilitas yang sangat rendah karena tidak adanya transparansi (Rahmawati, 2013). Bentuk fraud yang terjadi di PT. Pos Indonesia diantaranya meliputi management fraud dan employee fraud. Management fraud terjadi dalam bentuk penggelapan aktiva perusahaan yang didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana data dan informasi akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan diubah dengan sengaja. Employee fraud terjadi dalam bentuk pemalsuan daftar gaji yaitu dengan menciptakan karyawan palsu, kemudian menguangkan gaji tersebut. Hal tersebut dapat menjadi risiko bagi perusahaan (Yaneu, 2012). Fraud asset misappropriation juga terjadi pada PT Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, yang baru terungkap tahun 2013 ini, yaitu terjadinya pembobolan pada bank tersebut. Menurut Novatiani, dkk (2004) kejadian ini bermula pada tahun 2001, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menempatkan dana sebesar Rp 195 milyar di BNI cabang Radio Dalam, Jakarta Selatan. AS selaku Kepala Cabang BNI Radio lantas memindahbukukan dana tersebut ke rekening Faisal A sebesar Rp 50 milyar dan ke rekening DS sebesar Rp 145 milyar. Akibat perbuatan ketiganya, negara dalam hal ini PT BNI Cabang Radio Dalam, telah dirugikan sebesar Rp 50 miliar. Selain itu kasus yang pernah terjadi, fraud diperbankan lebih banyak melibatkan pihak intern bank. Dari berbagai media masa, dapat melihat berbagai kasus fraud yang terjadi sepanjang tahun 2011 antara lain: Pertama, pembobolan kantor kas BRI Tamini Square sebesar Rp29 miliar, melibatkan supervisor bank

6 berinisial AM dan 4 tersangka lain. Modusnya membuka rekening atas nama tersangka lain, kemudian mentransfer uang ke dalam rekening yang kemudian ditukar dalam bentuk dolar. Kedua, pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank BII pada 31 Januari 2011. Tersangka merupakan account officer BII di kantor cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp3,6 miliar. Ketiga, pencairan deposito dan nasabah tanpa sepengetahuan pemiliknya di Bank Mandiri. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011 dengan nilai kerugian Rp18 miliar. Polisi menetapkan lima tersangka, Salah satunya costumer service. Keempat, terjadi di Bank BNI, dengan modus mengirimkan berita telex palsu. Isinya berupa perintah untuk memindahkan slip surat keputusan membuka rekening peminjaman modal kerja. Perkara ini melibatkan wakil pimpinan BNI di sebuah cabang Depok (Jos Luhukay, 2011). Kelima, Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank. Keenam, pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS. Ketujuh, penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar. Kedelapan, Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark

7 senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah. Kesembilan, Konspirasi fraud investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka dan Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk. Namun kasus ini berhasil dicegah karena sistem bank berhasil menghentikan transaksi itu (Jos Luhukay, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh KPMG in India s Fraud Survey 2010 menunjukkan bahwa auditor internal mendapat persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 47%, sehingga dapat diketahui bahwa audit internal merupakan bagian integral di dalam suatu organisasi yang paling efektif untuk mendeteksi fraud. Peran auditor internal dalam budaya etis suatu organisasi, yang menekankan bahwa auditor internal harus mengambil peran aktif dalam mendukung budaya etis organisasi dan dengan cara ini dapat membantu mendeteksi penyalahgunaan aset organisasi (IIA, 2004). Menyadari pentingnya fungsi Audit Internal dalam tubuh organisasi perusahaan, Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai peranan audit internal pada PT. Bank BJB Cabang Tamansari Bandung khususnya dalam rangka pencegahan fraud. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik unutk melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul : Peranan Audit Internal dalam Upaya Pencegahan Fraud (studi kasus pada PT. Bank BJB Cabang Tamansari Bandung).

8 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diajukan pertanyaan, Seberapa besar peranan audit internal dalam upaya pencegahan fraud. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan menyimpulkan apakah audit internal memiliki peranan dalam upaya pencegahan fraud. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan audit internal dalam upaya pencegahan fraud. 1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa pihak yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menambah referensi di bidang akuntansi khususnya akuntansi forensik dengan penelitian empirik di masa yang akan datang. Selain itu, diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan judul tersebut.

9 1.4.2 Kegunaan Untuk Pemecahan Masalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai informasi dan bahan evaluasi atas peranan audit internal serta pencegahan fraud yang telah dilakukan. Selain itu pula bagi masyarakat umum sebagai bahan referensi untuk digunakan dalam memecahkan suatu masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini maupun sebagai bahan pertimbangan untuk membuat laporan ilmiah. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Bank BJB Cabang Tamansari, yang bertempat di jalan Tamansari no 18 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober sampai dengan skripsi ini selesai disusun.