I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang Disimpan Pada Suhu 5 C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Diameter Folikel Hasil pengamatan Tabel 3 menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai 242.013.800 jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya (Anonim,2013). Jumlah penduduk yang terus meningkat berkorelasi positif dengan kebutuhan protein hewani, semakin banyak jumlah penduduk Indonesia maka semakin tinggi pula kebutuhan protein hewani. Pemenuhan protein hewani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi daging ternak. Salah satu ternak penghasil daging adalah sapi potong. Sapi Bali adalah jenis sapi potong asli Indonesia yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Menurut Suryana (2009) Sapi Bali memiliki daya adaptasi baik terhadap berbagai kondisi lingkungan kering maupun hujan. Wahyuni (2000), mengatakan bahwa Sapi Bali memiliki beberapa keunggulan karakteristik yaitu mempunyai fertilitas tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, dan cepat berkembang biak. Keunggulan-keunggulan ini harus didorong dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi yang sangat menunjang dan cocok diaplikasikan di lapangan untuk pengembangan Sapi Bali adalah IB.

2 Teknologi IB memanfaatkan semen pejantan unggul yang telah dibekukan serta telah mengalami evaluasi dan pengenceran. Menurut Toelihere (2006), keberhasilan program IB ditentukan oleh empat faktor utama yaitu kualitas semen, kesuburan ternak betina, keterampilan teknisi, dan pengetahuan zooteknik peternak. Toelihere (1985) mengatakan bahwa proses pengolahan seperti penampungan semen, pengenceran, ekuilibrasi atau penyesuaian suhu, dan pembekuan memengaruhi kualitas semen beku yang akan diaplikasikan pada ternak. Goldman dkk., (1991) mengatakan bahwa selama proses pembekuan semen, terjadi kematian spermatozoa sampai 30% dari jumlah spermatozoa segar, karena spermatozoa memiliki sifat sangat peka terhadap lingkungan seperti perubahan suhu. Kematian spermatozoa yang tinggi pada proses pengolahan semen menurut Herdis (2005) disebabkan oleh rusaknya membran plasma spermatozoa akibat peroksida lipid. Maxwell dan Watson (1996) juga berpendapat bahwa kematian spermatozoa terjadi karena membran spermatozoa banyak mengandung lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap reaksi peroksida lipid. Reaksi peroksida lipid yang dapat merusak spermatozoa dalam proses pengolahan semen terjadi karena kontak antara semen dan oksigen (O2). Menurut Siregar (1992), oksigen merupakan unsur yang esensial, tetapi kelebihan oksigen menyebabkan kerusakan peroksidatif. Rizal dan Herdis (2010) mengatakan bahwa selama proses respirasi oksigen mengalami reduksi dalam rangkaian elektron transfer di dalam mitokondria. Proses tersebut dapat menghasilkan radikal bebas

3 dan hidrogen peroksida. Radikal bebas jika bereaksi dengan asam lemak tak jenuh akan menghasilkan lipid peroksida. Menurut Rizal dan Herdis (2010) radikal bebas adalah senyawa kimia yang memiliki elektron tak berpasangan dan bersifat sangat reaktif. Siswono (2005) mengatakan bahwa sumber radikal bebas bisa berasal dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat berasal dari luar tubuh. Maxwell dan Watson (1996) berpendapat bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan peroksida lipid ini dapat menurunkan tingkat motilitas dan daya hidup spermatozoa. Penambahan antioksidan dalam pengencer semen dilakukan untuk meminimalisir atau menekan kerusakan membran spermatozoa akibat radikal bebas. Widiastuti (2001) mengatakan bahwa penambahan antioksidan dalam pengencer semen berfungsi untuk memutus atau menekan reaksi radikal bebas dan mampu untuk mengakhiri siklus reaksi. Berakhirnya siklus reaksi radikal bebas dapat menghentikan kerusakan membran spermatozoa akibat peroksida lipid yang dapat menurunkan kemampuan fertilitas semen beku. Beconi dkk., (1993) mengatakan bahwa vitamin C dan E mampu melindungi membran plasma spermatozoa sapi selama proses pembekuan dan pencairan kembali. Almatsier (2009) mengatakan bahwa vitamin C berbentuk kristal putih yang memiliki sifat mudah larut dalam air. Suryohudoyo (2000) menambahkan bahwa vitamin C atau asam askorbat termasuk dalam antioksidan yang mampu memutus rantai reaksi radikal bebas. Vitamin C mempunyai kemampuan menguatkan kestabilan jaringan pelindung membran plasma terhadap peroksida lipid, sehingga dapat mempertahankan kualitas dan fertilitas semen. Vitamin C memiliki sifat

4 yang asam oleh karena itu penambahannya ke dalam pengencer harus memperhatikan perubahan ph yang akan terjadi. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukanya penelitian tentang pengaruh penambahan vitamin C sebagai antioksidan ke dalam pengencer semen sapi terhadap persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. mengetahui pengaruh penambahan antioksidan vitamin C (asam askorbat) dalam pengencer semen sapi terhadap persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa; 2. mengetahui dosis penambahan antioksidan vitamin C yang terbaik dalam pengencer semen sapi yang dapat mempengaruhi persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa. C. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang manfaat penambahan vitamin C dalam pengencer semen sapi terhadap persentase motilitas dan persentase hidup spermatozoa yang dapat memengaruhi fertilitas semen sapi setelah dibekukan.

5 D. Kerangka Pemikiran Semen beku adalah semen segar dari pejantan yang sudah mengalami proses pengenceran dan diproses dengan cara tertentu lalu mengalami penyimpanan dalam nitrogen cair dengan suhu -196 ºC. Goldman dkk., (1991) mengatakan bahwa selama proses pembekuan semen, terjadi kematian spermatozoa sampai 30% dari jumlah spermatozoa segar dan menurut Wahyadin (2012) 50 % spermatozoa mati selama proses pembekuan, maka setiap dosis IB semen sapi paling sedikit harus mengandung 25 juta sel spermatozoa. Kematian spermatozoa selama proses pengenceran disebabkan oleh peroksida lipid yang terjadi karena radikal bebas saat semen berinteraksi langsung dengan oksigen. Peroksida lipid adalah kerusakan oksidatif dari minyak dan lemak yang mengandung ikatan karbon-karbon rangkap. Pazil (2009) mengatakan bahwa peroksida lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan pasokan radikal bebas secara terus-menerus yang menimbulkan peroksida lebih lanjut. Tingginya tingkat kematian spermatozoa saat proses pengenceran dan pembekuan karena radikal bebas yang menimbulkan peroksida lipid menyebabkan ketidakstabilan membran plasma spermatozoa. Kerusakan membran plasma spermatozoa menurunkan tingkat motilitas dan mematikan spermatozoa yang akan menurunkan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Peningkatan reaksi radikal bebas dapat diminimalisir dengan penambahan antioksidan dalam pengencer semen. Antioksidan menurut Hemmerstedt (1993) merupakan senyawa yang bersifat nukleophilik, memiliki sifat dapat memutuskan

6 atau menekan radikal bebas dan mampu untuk mengakhiri siklus reaksi. Winarno dkk., (1984) mengatakan bahwa antioksidan dapat mencegah oksidasi lemak dan adanya antioksidan dalam lemak dapat mengurangi kecepatan proses oksidasi. Maxwell dan Watson (1996) mengatakan salah satu manfaat dari antioksidan adalah dapat memperlambat ketidakstabilan membran yang dihubungkan dengan penuaan spermatozoa. Menurut Widiastuti (2001) antioksidan hanya mampu memperbaiki fertilitas spermatozoa yang dibekukan dan tidak bekerja pada semen segar. Oleh karenanya, penambahan antioksidan dalam pengencer semen sangat dianjurkan dilakukan untuk mempertahankan keutuhan membran plasma dan dapat meningkatkan kemampuan fertilisasi spermatozoa. Salah satu antioksidan yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengatasi radikal bebas adalah vitamin C atau asam askorbat. Winarno (1997) mengatakan bahwa peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler sehingga vitamin C dapat digunakan untuk mempertahankan dan menjaga fungsi membran. Menurut Sauberlich (1991), asam askorbat siap untuk diabsoprsi oleh jaringan jika terdapat dalam dosis yang rendah. Vitamin C memiliki sifat asam sedangkan spermatozoa sangat peka terhadap perubahan ph. Penambahan vitamin C harus sangat diperhatikan untuk menjaga keadaan ph dalam semen cair. Sumarsono (1998) mengatakan bahwa pada semen beku kerbau lumpur penambahan 1,5 mm vitamin C nyata mempertahankan motilitas setelah pembekuan, tetapi dalam penambahan 3 dan 5 mm cenderung menurunkan persentase motilitas.

7 Penggunaan vitamin C sebagai antioksidan menurut penelitian pendahulu mampu mengatasi dan menghentikan radikal bebas yang dapat merusak dan menurunkan kualitas spermatozoa namun penambahanya harus pada dosis yang tepat untuk menjaga ph semen. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan tentang dosis penambahan vitamin C yang paling tepat untuk ditambahkan dalam pengencer semen sehingga dapat mempertahankan kualitasnya. E. Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1. penambahan vitamin C dalam pengencer semen dapat mempertahankan persentase motilitas dan hidup spermatozoa setelah proses pembekuan; 2. terdapat dosis penambahan vitamin C yang optimal dalam pengencer semen untuk mempertahankan kualitas spermatozoa setelah proses pembekuan.