PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KONSENTRASI PATI SUKUN DAN TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK EDIBLE FILM SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTAN

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

I. PENDAHULUAN. dan Asia adalah Fragaria chiloensis L. Spesies stroberi lain yang lebih

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PEG-400 DAN LILIN LEBAH TERHADAP KARAKTERISTIK FILM EDIBEL DARI CAMPURAN METILSELULOS- KARBOKSIMETILSELULOSA-SUSU BUNGKIL KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penggunaan Plastik sebagai Bahan Pengemas Pangan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

SINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

ALHAZEN Journal of Physics Vol. II No. 2 Th ISSN:

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI KOMPOSIT ALGINAT, GLUTEN DAN LILIN LEBAH (BEESWAX)

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM KOMPOSIT SEMIREFINED KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DAN BEESWAX

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN PATI GARUT DENGAN KARAGENAN SERTA KONSENTRASI LIPID COCOA BUTTER TERHADAP PEMBUATAN EDIBLE FILM KOMPOSIT ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan

HASIL DAN PEMBAHASAN. pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI KOMPOSIT EDIBLE FILM BUAH KOLANG-KALING (Arenge Pinnata) DAN LILIN LEBAH (Beeswax)

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN TERHADAP SWELLING DAN TENSILE STRENGTH EDIBLE FILM HASIL PEMANFAATAN PATI LIMBAH KULIT SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biodegradable film secara umum diartikan sebagai film yang dapat didaur ulang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI BIOACTIVE EDIBLE FILM DARI KOMPOSIT ALGINAT DAN LILIN LEBAH SEBAGAI BAHAN PENGEMAS MAKANAN BIODEGRDABLE

SEBAGAI BAHAN GLISEROL

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI PATI UBI JALAR DAN GLISEROL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengemas nogosari, pepes, lemper, tempe dan arem-arem. Daun pisang

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu. 1.1. Latar Belakang Dilihat dari sisi food safety kemasan makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering dijumpai saat ini adalah plastik, plastik merupakan bagian dari kehidupan manusia (Nurminah, 2002). Dalam dua dasarwarsa terakhir, kemasan plastik telah merebut pangsa pasar kemasan dunia, menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Penggunaan kemasan plastik sintetis saat ini masih diminati karena sifatnya fleksibel, ekonomis, kuat, tidak mudah pecah, dan mempunyai kemampuan tinggi sebagai penahan transmisi gas. Konsumsi plastik di Indonesia diproyeksikan mencapai 1.9 juta ton hingga semester 1 tahun 2013 (Kementrian Perindustrian, 2013). Namun kemasan plastik ini, jumlahnya menjadi semakin terbatas dan bersifat tidak mudah didegradasi, akibatnya terjadi penumpukan limbah plastik yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini salah satunya dengan menggunakan kemasan plastik yang ramah lingkungan diantaranya edible film.

Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk pada komponen makanan yang berfungsi sebagai penghalang, baik gas dan uapp air atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif dan untuk meningkatkan penanganan makanan (Krochta dkk, 1994). Edible film dapat dibuat dari bahan hidrokoloid dan lemak atau campuran keduanya. Edible film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki keunggulan dalam sifat mekanis dan kemampuan yang baik untuk melindungi produk terhadap oksigen, karbondioksida dan lipid, namun kurang bagus dalam menahan migrasi uap air (Falguera dkk, 2011). Edible film dari lipid mempunyai kelebihan yaitu baik digunakan untuk melindungi penguapan air. Edible film dari komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dapat meningkatkan kelebihan dari film hidrokoloid dan lipid serta mengurangi kelemahannya (Danhowe dan Fennema, 1994). Karagenan dan pati termasuk kelompok bahan hidrokoloid. Menurut Abdaou dan Sorour (2014), edible film dari karagenan dapat diformulasikan dengan hidrokoloid lain seperti pati untuk meningkatkan sifat mekanik film. Amilosa dalam pati umumnya digunakan untuk membuat film dan gel yang kuat. Penggunaan pati didasarkan pada biaya yang relatif murah dibandingkan dengan bahan lain seperti protein, kelimpahan bahan, dapat dimakan (edible) dan sifat termoplastiknya (Mali, dkk, 2005). Pati merupakan senyawa yang tersusun dari polisakarida (karbohidrat), polipeptida (protein) dan lipid. Ketiga komponen penyusun pati tersebut memiliki sifat termoplastik, sehingga mempunyai potensi untuk dibentuk atau dicetak sebagai film kemasan. Salah satu keunggulan bahan polimer ini adalah bahannya

yang berasal dari sumber terbarui yang dapat dihancurkan secara alami atau biodegradable (Rahardiyanto dan Agustini, 2013). Sangat banyak lipid yang dapat digunakan dalam formulasi edible packaging tergantung target aplikasinya. Lilin adalah zat yang paling efisien untuk mengurangi permeabilitas kelembaban, karena hidrofobisitasnya yang tinggi, disebabkan oleh kandungan yang tinggi dari fatty alcohol rantai panjang dan alkana, diikuti oleh stearil alkohol, acetyl acyl glycerol, trigliserida (seperti tristearin), dan fatty acid (seperti stearic acid). Santoso dkk., (2012), menyatakan standar dalam pembuatan edible film merujuk JIS Z 1707: 1975, Plastic film for food packaging mempunyai nilai WVTR maksimal 10 g/m 2 hari, kuat tekan minimal 50 gf, dan nilai elongasi minimal 70%. Damarjana dkk., (2015), melaporkan bahwa karakteristik edible film berbasis karagenan dan beeswax yang baik dihasilkan pada karagenan 2%, beeswax 0,1%, gliserol 1%, tween 80 0,2% dan fruktosa 1%, dengan nilai WVTR 23,86 g/m 2 hari, kuat tarik 24,13 mpa dan elongasi 30,95%. Dilakukan penelitian untuk memperoleh edible film komposit mendekati standar yang dirujuk JIS. Pada penelitian ini akan ditambahkan asam stearat untuk menurunkan laju trasnmisi uap air dan pati ganyong untuk memperbaiki sifat mekanik pada edible film. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah apakah perbandingan pati ganyong karagenan

dan konsentrasi asam stearat dapat berpengaruh terhadap karakterisasi edible film komposit. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menetapkan perbandingan pati ganyong-karagenan dan konsentrasi asam stearat terhadap karakteristik edible film komposit. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perbandingan pati ganyong-karagenan dan konsentrasi asam stearat terhadap pembuatan edible film komposit. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah: (1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan pada penelitian di bidang edible film. (2) Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan plastik yang dapat digunakan sebagai pembungkus makanan yang ramah lingkungan. (3) Pemanfaatan rumput laut (karagenan) dan pati ganyong sebagai material pengemas. 1.5. Kerangka Pemikiran Adanya persyaratan bahwa kemasan yang digunakan harus ramah lingkungan maka edible film adalah sesuatu yang sangat menjanjikan karena dapat melindungi produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan, dapat langsung dimakan dan aman bagi lingkungan (Kinzel, 1992). Film sebagai pengemasan (edible packaging) pada dasarnya dibagi atas dua bentuk pengemasan yaitu; edible film merupakan bahan pengemas yang telah

dibentuk terlebih dahulu berupa lapisan tipis (film) sebelum digunakan untuk mengemas produk pangan, edible coating berupa pengemas yang dibentuk langsung pada produk dan bahan pangan, Menurut Danhowe dan Fennema (1994), Edible film dari komposit (gabungan hidrokoloid dan lipid) dapat meningkatkan kelebihan dari film hidrokoloid dan lipid serta mengurangi kelemahannya. Menurut Krochta dkk (1994), hidrokoloid digunakan sebagai edible film untuk produk pangan yang tidak sensitif terhadap uap air, mencegah reaksi kerusakan produk pangan dengan menghambat gas-gas reaktif terutama oksigen dan karbondioksida. Bahan ini tahan terhadap lemak karena sifatnya polar.aplikasi dari komposit film dapat dalam lapisan satu-satu (bilayer), dimana satu lapisan merupakan hidrokoloid dan satu lapisan lain merupakan lipid, atau dapat berupa gabungan lipid dan hidrokoloid dalam satu kesatuan film. Karagenan dan pati merupakan salah satu bahan hidrokoloid yang dapat digunakan dalam pembuatan edible film. Karagenan memiliki sifat larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarut-pelarut lainnya, umumnya diperlukan pemanasan agar karagenan larut semuanya. Biasanya pemanasan dilakukan sampai suhu 50-80, tergantung adanya kation yang dapat mendorong pembentukan gel (Cahyadi, 2013). Karagenan sebagai gel dapat membentul gel yang baik, elastis, dapat dimakan dan dapat diperbaharui. Namun karagenan memiliki kelemahan yaitu kemampuan yang rendah terhadap transfer uap air (Handito, 2011). Menurut Garnida (2005), fungsi karbohidrat dalam edible film adalah untuk menghasilkan larutan pembentuk edible film dengan kekentalan yang sesuai untuk pembentukan film. Menurut Harris (2001), karakteristik edible film berbahan dasar

pati yang dihasilkan sudah cukup bagus, namun laju transmisi terhadap uap air masih tinggi. Hal tersebut dikarenakan pati merupakan produk yang memiliki sifat higroskopis. Senyawa pati tersusun atas dua komponen, yakni amilosa dan amilopektin. Menurut Guilbert dan Biquet (1990), kestabilan edible film dipengaruhi oleh amilopektin, sedangkan amilosa berpengaruh terhadap kekompakannya. Pati dengan kadar amilosa tinggi menghasilkan edible film yang lentur dan kuat (Lourdin dkk.1995 dalam Thirathumthavorn dan Charoenrein 2007), karena struktur amilosa memungkinkan pembentukan ikatan hidrogen antar molekul glukosa penyusunnya dan selama pemanasan mampu membentuk jaringan tiga dimensi yang dapat memerangkap air sehingga menghasilkan gel yang kuat (Meyer 1985 dalam Purwitasari 2001). Pati ganyong berasal dari umbi tanaman ganyong. Sifat fisik dan kimia terutama keseimbangan antara amilosa dan amilopektin sangat baik berturut-turut 24% dan 76% (Santoso dkk., 2007). Untuk meningkatkan barrier terhadap transfer uap air dibuat komposit film. komposit film terdiri dari komponen lipid dan hidrokoloid. Gabungan dari hidrokolid dan lipid digunakan dengan mengambil keuntungan dari komponen lipid dan hidrokoloid. Lipid dapat meningkatkan ketahanan terhadap penguapan air dan hidrokoloid dapat memberikan daya tahan sifat mekanik (Dohowe dan Fennema, 1994 dalam Krochta dkk, 1994). Menurut Kim dan Ustunol (2001) dan Widyastuti, dkk. (2008), emulsi pada edible film dengan penambahan lipid dapat meningkatkan sifat hidrofobnya. Menurut Banerjee dan Chen (1995), penambahan lipid pada larutan edible film

menyebabkan kandungan air yang dimiliki lebih rendah bila dibandingkan dengan edible film tanpa penambahan lipid. Menurut Deberaufort dkk (1993) dalam Darmawan, dkk (2007), lilin lebah memiliki sifat hidrofobik yang dapat menurunkan laju transmisi uap air karena lilin lebah membentuk jaringan kristal sehingga berfungsi sebagai penghalang terhadap uap air. Menurut Putranto (2005) dalam Julianto dkk. (2011), konsentrasi asam lemak mempunyai pengaruh terhadap penghambatan migrasi uap air yang dihasilkan. Semakin banyak asam lemak yang ditambahkan, sifat hidrofobiknya akan semakin besar sehingga laju transmisi uap air akan semakin turun, hal tersebut dikarenakan migrasi uap air hanya terjadi pada bagian hidrofilik. Menurut penelitian Hilan, dkk (2013), penambahan asam stearat pada bioplastik menghasilkan permukaan yang halus, mudah dikelupas, semi transparan dan lebih fleksibel. Menurut Chillo dkk. 2008 dalam Cornelia dkk.(2012), gliserol merupakan plasticizer yang ditambahkan dalam pembuatan edible film. Gliserol berfungsi untuk mengurangi kekakuan pada edible film sehingga film yang dihasil kan lebih fleksibel. Menurut Santoso, dkk. (2012), untuk mendapat keseragaman yang lebih baik dapat ditambahkan surfaktan ke dalam larutan untuk mengurangi tegangan permukaan dan superficial water activity, yang akhirnya dapat mengurangi kehilangan air. Jenis-jenis surfaktan daintaranya karboksimetilselulosa (CMC), tween 80, dan lesitin. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan edible film yaitu suhu dan konsentrasi. Menurut Mc Hugh dan Krochta (1994), suhu diperlukan untuk membentuk edible film yang utuh. Perlakuan panas diperlukan untuk membuat pati

tergelatinisasi, sehingga terbentuk pasta pati yang merupakan bentuk awal dari edible film. Kisaran suhu gelatinisasi pati rata-rata 64,5 70. Menurut Krochta dan Johnson (1997), konsentrasi polimer dapat berpengaruh terhadap sifat fisik dari edible film, semakin besar konsentrasi pati maka jumlah polimer penyusun matrik film semakin banyak sehingga dihasilkan film yang tebal. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, diduga bahwa perbandingan pati ganyong karagenan dan konsentrasi asam stearat berpengaruh terhadap karakterisasi edible film. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di UPT Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan K.S. Tubun No. 5, Subang.Penelitian dilakukan mulai tanggal Mei 2016 hingga selesai.