BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Negara Indonesia adalah negara hukum,

KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya.saat menjalankan tugas jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat profesinya sebagai jabatan kepercayaan dan terhormat. Karena lekatnya etika pada profesi Notaris disebut sebagai profesi yang mulia (officium nobile). 1 Mendasarkan pada nilai moral dan etik Notaris, maka pengembangan jabatan Notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan tidak memihak.bidang kenotariatan dalam pengembanannya dihayati sebagai panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia demi kepentingan umum serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat manusia pada umumnya dan martabat Notaris pada khususnya. 2 Kehidupan masyarakat yang semakin berkembang, berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan pelayanan jasa publik yang dapat memberikan kepastian hukum, salah satunya di bidang jasa Notaris. Pelayanan jasa publik 1 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm.6. 2 Herlien Budiono, Notaris dan Kode Etiknya, Upgrading & Refreshing Course Nasional Ikatan Notaris Indonesia, Medan, 30 Maret 2007, hlm. 3.

2 yang diberikan oleh Notaris adalah dalam arti pelayanan pembuatan akta dan tugas-tugas lain yang dibebankan kepada Notaris yang melekat kepada predikat sebagai pejabat umum dalam ruang lingkup tugas dan kewenangan Notaris. Akta yang dibuat oleh Notaris sebagai pejabat umum yang terpercaya harus menjadi alat bukti yang kuat apabila terjadi sengketa hukum di Pengadilan, artinya akta Notaris memberikan kepada para pihak suatu jaminan akan pembuktian yang sempurna. Landasan filosofis dibentuknya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) adalah terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan melalui akta yang dibuatnya, Notaris harus bisa memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris. 3 Selain memberikan jaminan ketertiban dan perlindungan hukum kepada masyarakat, Notaris juga perlu mendapat pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Notaris.Pengawasan terhadap Notaris berdasarkan Pasal 67 UUJN dilaksanakan oleh Majelis Pengawas yang meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan Jabatan Notaris. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.salah satu ciri khas bagi suatu negara hukum adalah adanya 3 Biro Humas dan HLN. Hasbullah, 2013, Notaris dan Jaminan Kepastian Hukum, www.wawasanhukum.blogspot.com, diakses tanggal 2 April 2013.

3 pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politk, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan. 4 Oleh karena itu, perlindungan hukum adalah hak setiap warga negara Indonesia yang merupakan salah satu aspek penting dalam terwujudnya suatu negara hukum. Perlindungan hukum bagi tiap warga negara merupakan konsep universal bagi negara yang menganut sistem negara hukum. Masing-masing negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan hukum tersebut dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum itu diberikan. 5 Perwujudan perlindungan hukum dalam suatu negara tidak lepas dari konsep rechsstaat dari Fresdrich Julius Stahl yang diilhami oleh Immanuel Kahn.Indonesia merupakan negara yang menerapkan konsep rechstaat (Eropa Kontinental) dimana sebagai badan hukum publik dan kumpulan jabatan (complex van ambten) atau lingkungan pekerjaan tetap memperoleh perlindungan hukum. 6 Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sering ditemui menjadi pihak yang dirugikan dengan adanya permasalahan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya. Permasalahan dapat timbul secara langsung akibat 4 Nico Ngani dkk, 1984, Mengenal Hukun Acara Pidana, Bagian Umum dan Penyidikan, Liberty, Yogyakarta, hlm. 1. 5 Paulus Effendie Lotulung, 2003, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.123. 6 Ridwan, HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo, Jakarta, hlm.1 dikutip oleh Oie Elvira, 2009, dalam tesisnya yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi Notaris dan Akta Notaris Terhadap Tindakan Penyidikan oleh Polisi di Kota Makasar, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 285.

4 kelalaian dari Notaris dalam membuat akta, atau dapat juga timbul secara tidak langsung dalam hal dilakukan oleh pihak lain, akibatnya Notaris dapat berurusan dengan proses hukum, baik diajukan sebagai saksi, terdakwa maupun tergugat dalam proses peradilan pidana, perdata maupun peradilan administrasi. Berdasarkan prinsip negara hukum yang memberikan perlindungan hukum, maka Notaris juga berhak mendapatkan perlindungan hukum pada saat menjalankan tugas dan jabatannya. UUJN tidak mengatur secara tegas mengenai adanya ketentuan pidana atau tanggung jawab secara pidana yang berhubungan dengan suatu perbuatan yang dilakukan oleh Notaris. Disisi lain, adanya peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai Notaris, ternyata tidak cukup memberikan perlindungan bagi profesi Notaris itu sendiri. Perlindungan terhadap Notaris terdapat dalam Pasal 66 UUJN yang dilaksanakan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD). Menurut Widyadharma 7, dalam undang-undang tersebut dijumpai sebagian besar hanya berkisar pada pengaturan pekerjaannya, akan tetapi sangat sedikit yang mengatur mengenai perlindungan atas profesi tersebut. Dikeluarkannya Putusan Mahkanah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012 8 pada tanggal 28 mei 2013, yang menyatakan mencabut frasa dengan 7 Ignatius Ridwan Widyadharma, 2008, Perlu Hadirnya Peraturan Perundang-undangan Tentang Perlindungan Profesi, Varia Advokad Volume 5, Varia Advokad, Jakarta, hlm. 39. 8 Berdasarkan pengesahan RUU UUJN pada tanggal 17 Desember 2013, frasa dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah dalam pasal 66 UUJN yang dianulir Mahkamah

5 persetujuan Majelis Pengawas Daerah di dalam pasal 66 UUJN berakibat pada adanya perubahan dalam prosedur pemeriksaan Notaris oleh penyidik. Sebelum dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012, Notaris pada saat menjadi saksi, terdakwa atau tergugat dalam suatu kasus, maka penyidik yang akan melakukan pemanggilan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Majelis Pengawas Daerah (MPD) yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris sebagaimana terdapat di dalam Pasal 66 ayat (1) UUJN. Boleh atau tidaknya seorang Notaris diperiksa oleh penyidik dalam kapasitas tertentu atas suatu kasus sepenuhnya merupakan kewenangan MPD. Setelah dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, maka kewenangan MPD dalam memberi ijin atau persetujuan terhadap pemanggilan Notaris dihapuskan.tanpa menunggu adanya ijin atau persetujuan dari MPD, penyidik dapat memanggil Notaris secara langsung. Salah satu kasus yang menarik bagi Peneliti adalah kasus salah seorang Notaris yang menjadi terdakwa atas suatu kasus dengan dakwaan telah melakukan penggelapan (Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)) dan penipuan (Pasal 378 KUHP). Namun dalam putusan Pengadilan Negeri Sleman No. 576/Pid.B/2008/PN.SLMN tertanggal 26 Mei 2009, menyatakan bahwa unsur-unsur dakwaan melakukan penipuan (Pasal Konstitusi menjelma menjadi dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris yang merupakan pintu masuk izin pengegak hukum untuk memanggil dan memeriksa Notaris.

6 378 KUHP) telah terpenuhi tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan pidana melainkan perbuatan perdata dan melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum. Selanjutnya atas permohonan kasasi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum Negeri Sleman No. 07/Akta.Pid/2009/PN.SLMN tertanggal 27 Mei 2009 atas putusan Pengadilan Negeri Sleman tersebut, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan menolak permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sleman pada tanggal 7 Febuari 2011 dengan No.2179K/Pid/2009. Pada tahun 2012, Notaris tersebut diajukan kembali ke persidangan dengan kasus yang sama, tetapi dengan dakwaan pasal yang berbeda. Putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Sleman menyatakan bahwa perkara tersebut Nebis in Idem.Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian tentang Perlindungan Hukum Bagi Notaris Dalam Proses Peradilan Pidana Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan fokus kepada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

7 1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi Notaris dalam proses peradilan pidana sebelum dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012? 2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi Notaris dalam proses peradilan pidana setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang Peneliti lakukan, penelitian terhadap judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PROSES PERADILAN PIDANA PASCA DIKELUARKANNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.49/PUU-X/2012 belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian di atas antara lain sebagai berikut : 1. Oei Elvira dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Notaris dan Akta Notaris Terhadap Tindakan Penyidikan Oleh Polisi di Kota Makasar, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2009. 9 Dengan rumusan masalah: 9 Oei Elvira, 2009, Perlindungan Hukum Bagi Notaris dan Akta Notaris Terhadap Tindakan Penyidikan Oleh Polisi di Kota Makasar, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

8 a) Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi Notaris yang aktanya menjadi dasar pemeriksaan oleh polisi? b) Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh Notaris terhadap keputusan MPD yang telah menyetujui Notaris untuk diperiksa oleh penyidik? Kesimpulan: a) Bentuk perlindungan hukum bagi Notaris yang aktanya menjadi dasar pemeriksaan oleh polisi terbagi atas dua, yaitu preventif sebagai upaya pencegahan sebelum adanya sengketa dan represif sebagai upaya untuk menyelesaikan sengketa dengan mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma hukum, sedangkan dalam pelaksanaannya perlindungan hukum tersebut belum optimal karena kendala-kendala sebagai berikut: 1) Kurangnya pemahaman penyidik terhadap kedudukan Notaris sebagai pejabat umum dan juga kedudukan akta Notaris sebagai akta otentik sehingga sering terjadi pemanggilan Notaris yang pada dasarnya tidak diperlukan lagi karena akta notaris telah dapat dijadikan alat bukti yang sempurna. 2) Adanya ketidaksesuaian dalam peraturan perundang-undangan tentang kenotariatan, baik sederajat maupun yang tidak

9 sederajat sehingga tidak ada kepastian hukum bagi Notaris, MPD, dan penyidik. b) Notaris terhadap surat keputusan rapat MPD yang menyetujui pemeriksaan Notaris oleh penyidik lebih memilih sikap untuk tidak mengajukan upaya hukum apapun melainkan memenuhi permohonan penyidik sepanjang tidak mengakibatkan kerugian yang besar bagi dirinya. Walaupun demikian berdasarkan Undang- Undang Peradilan Tata Usaha negara (PTUN), upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap surat keputusan rapat MPD adalah melalui gugatan ke PTUN sebagai sengketa Tata Usaha Negara, oleh karena berdasarkan UUJN, kewenangan memberikan persetujuan ini merupakan kewenangan khusus yang dimiliki oleh MPD dan tidak dipunyai oleh Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat, maka upaya administratif (keberatan dan banding) tidak dimungkinkan. 2. Mutya Maihani dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Sebagai Saksi Dalam Proses Peradilan Pidana, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009. 10 Dengan rumusan masalah : 10 Mutya Maihani, 2009, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Sebagai Saksi Dalam Proses Peradilan Pidana, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

10 a) Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai saksi dalam proses peradilan pidana? b) Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai saksi dalam proses peradilan pidana? Kesimpulan : a) Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai saksi dalam proses peradilan pidana pada tahap pendahuluan, polisi penyidik telah menerapkan pemanggilan Notaris melalui persetujuan MPD meskipun belum sempurna terlihat masih terjadi penyidik yang langsung memanggil Notaris tanpa melalui persetujuan MPD. Pada tahap penuntutan, jaksa memanggil Notaris sebelum sidang tidak melalui persetujuan MPD mengingat pemanggilan Notaris telah dilakukan penyidik melalui persetujuan MPD dan pada tahap pemeriksaaan Notaris sebagai saksi di persidangan oleh hakim, ada kewajiban bagi semua Notaris untuk memberikan segala keterangan berkaitan dengan isi akta yang dibuatnya (dalam hal ini akta yang dimaksud adalah ambtelijk acte) mengingat tugas hakim adalah menemukan kebenaran materiil. Dalam hal Notaris melaksanakan kewajibannya menjadi saksi di persidangan tersebut, Notaris tidak akan dikenakan pidana membuka rahasia jabatan karena sifat melawan hukumnya

11 dihilangkan mengingat Notaris menjalankan kewajiban menjadi saksi untuk melaksanakan Undang-Undang (Pasal 50 KUHP). b) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai saksi dalam proses peradilan pidana meliputi, yaitu hambatan bagi Notaris karena penyidik, jaksa penuntut umum, dan hakim tidak memposisikan diri sebagai pihak yang netral dengan menempatkan Notaris sebagai saksi hanya sebatas pada pokok perkara sehingga seringkali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan relevansi perkara yang sedang diperiksa, hambatan bagi MPD karena keterbatasan sarana dan prasarana sehinggan MPD tidak dapat menjalankan tugasnya secara proporsional dan professional, sedangakan hambatan bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim karena Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHAP) yang menghendaki semua Notaris wajib untuk menjadi saksi. Persamaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah kesamaan meneliti mengenai perlindungan hukum bagi Notaris.Perbedaan pokok antara penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah bahwa fokus penelitian ini lebih pada meneliti bentuk perlindungan hukum terhadap Notaris pasca berlakunya putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012.

12 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi Notaris dalam proses peradilan pidana sebelum dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012. 2. Untuk mengkaji bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi Notaris dalam proses peradilan pidana setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan oleh Peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pemikiran positif bagi para akademisi mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada Notaris yang terlibat dalam perkara pidana.disamping itu, memberikan gambaran dan masukan yang dapat digunakan untuk menjadi bahan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Bagi Praktisi Dengan adanya Penelitian yang bertema perlindungan hukum bagi Notaris dalam proses peradilan pidana, diharapkan dapat memberikan

13 bahan kajian ilmiah dan pertimbangan yang berarti bagi para praktisi dalam menyikapi kasus hukum yang berkaitan dengan keterlibatan Notaris dalam perkara pidana. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan gambaran dan tambahan pengetahuan kepada masyarakat dalam menyikapi kasus hukum yang berkaitan dengan keterlibatan Notaris dalam perkara pidana.