PUBLIKASI KARYA ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN FREKUENSI DIARE BALITA DI DESA BOLON, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun oleh : DIAN KUSUMAWATI J

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DI DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN FREKUENSI PENYAKIT ISPA DAN DIARE PADA BALITA USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

BAB III METODE PENELITIAN A.

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : DIAN KUSUMAWATI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

BAB III METODE PENELITIAN. penerapan 5 indikator kadarzi dan status gizi balita umur 6-59 bulan di Desa. Tanjung Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma Gizi. Disusun oleh :

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN USIA AWAL PEMBERIAN MP ASI DENGAN LAMA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 8-12 BULAN DI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

KADER. Disusun J

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah DIII Gizi. Disusun Oleh:

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TINA WIDIASTUTI J

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan case control retrospektif atau studi kasus - kontrol retrospektif

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU KECAMATAN DELANGGU

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU PURNAMA DI WILAYAH PUSKESMAS RINGINARUM KABUPATEN KENDAL

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaian Program Studi Stara 1 pada JurusanIlmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

Transkripsi:

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN NATROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Disusun Oleh: AFFIANI AZIZATI J 310 080 002 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

2

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Affiani Azizati (J310 080 002) Pembimbing :Dr.Mutalazimah,SKM.,M.Kes Fitriana Mustikaningrum,S.Gz.,M.Sc *Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan universitas Muhammadiyah Surakarta affiani.azizati@yahoo.com ABSTRAK AFFIANI AZIZATI J310 080 002 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Pendahuluan:Status gizi pada balita dapat diketahui dengan melakukan pengukuran antropometri.pengukuran antropometri pada balita sering dilakukan di Posyandu.Posyandu sangat tergantung pada peran kader.pengukuran kader dalam penggunaan antropometri ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lamanya menjadi kader. Tujuan:Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional yang akan menjelaskan hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader sebagai variabel independen dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu sebagai variabel dependen.jumlah subyek penelitian ada 50 kader posyandu.analisis data di lakukan dengan uji Rank Spearman Hasil :Berdasarkan analisis univariat tingkat pendidikan kader sebagian adalah SMA sebesar 42%.Lama menjadi kader sebesar 56% adalah lebih dari 5 tahun dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri baik adalah 34%.Analisis Bivariat menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri kurang yaitu sebesar 63.6%. Ada hubungan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri yaitu 5 tahun menjadi kader keterampilan pengukuran antropometri sebesar 50%. Kesimpulan :Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri di posyandu desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Kata Kunci :Tingkat Pendidikan,lama menjadi kader, pengukuran antropometri Daftar Pustaka :24:1989-2014 iii

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Affiani Azizati (J310 080 002) Pembimbing :Dr.Mutalazimah,SKM.,M.Kes Fitriana Mustikaningrum,S.Gz.,M.Sc *Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta affiani.azizati@yahoo.com ABSTRACT Introduction: The nutritional status in infants can be determinedby performing antropometric measurement.antropometri measurement in infact is often done IHC.IHC is highly dependent on the role cadres.cadres in the use of antropometric measurement can be influenced level and duration in ti cadres Objective: To determine in the relationship long been a cadre of education and the skills of cadres in antropometric measurement in the village Posyandu Gawanan Subdistrict Colomadu Karanganyar Regency. Methods:The study is an observational study with Cross Sectional method that would explain the relation ship between the level education and long been cadre with the skills measuring antropometric.total study object there are 50 cadre posyandu.data analis was done by Spearmen Rank test. Result :Based on univariat analysis education level cadres are mostly high school by 42%.Long been a cadre of 56% is more than 5 years and the skills of cadre in good anthropometric measuring is 34%.Bivariat analysis showed no with elementary 63.6%.There is a long standing relation ship with skills measuring cadre anthropometry in > 5 years as a cadre of skilled measuring good anthropometry by 50%. Conclusion:The Conclusion of this study is that there is a relation level long been a cadre of education and skills in antropometric measurement cadres in Posyandu Gawanan Village Colomadu Subdistrict Karanganyar Regency. Keyword :Tertiary education,long been a cadre,antropometric measurement iv 4

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013 merupakan prevalensi balita terhadap gizi buruk dan kurang sebesar 19,6 %. Hal ini masih sangat perlu adanya upaya dari pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan penanggulangan masalah gizi kurang antara lain penyelenggaraan posyandu, pemberian ASI eksklusif dan MP ASI serta tatalaksana gizi buruk. Gizi sangat berperan pada manusia khususnya bagi bayi dan balita. Gizi berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi dan balita serta memberikan kekebalan tubuh terhadap kuman penyakit (Aritonang, 1999). Gizi sering dianggap sebagai penyebab langsung dan tidak langsung terhadap kematian balita. Kematian balita dapat dicegah dan dihindari jika segera diketahui status gizi balita secara berkala dan pemberian makanan seimbang. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan melakukan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan pada bayi dan balita. Pengukuran antropometri harus dilakukan dengan tepat agar hasil yang didapat tidak salah sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menentukan asupan makanan pada bayi dan balita (Aritonang, 1999) Pengukuran antropometri pada balita sering dilakukan di Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Rahayu dkk, 2005) Posyandu sangat tergantung pada peran kader. Pada umumnya Kader posyandu ini adalah relawan yang berasal dari masyaraat yang di pandang memiliki kemampuan lebih di banding anggota masyarakat lainnya. Kader inilah yang memiliki potensi besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, keberadaan kader relatif labil karena partisipasi bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang di harapkan. Jika suatu saat ada kepentingan keluarga ataupun kepentingan yang lain maka posyandu akan di tinggalkan (Rahayu dkk, 2005) Kemampuan kader yang meliputi pengetahuan dan 1

keterampilan berbeda satu dengan yang lain. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Pengetahuan dan keterampilan ini dipengaruhi oleh karakteristik responden, seperti umur, tingkat pendidikan, lama menjadi kader, dan pelatihan (Bertens, 2009) Cukup tingginya jumlah kader yang masih mengalami kesalahan pengukuran antropometri ini ada kemungkinan berkaitan dengan tingkat pendidikan dan lamanya menjadi kader. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pemahaman seseorang dalam pembelajaran dan kebiasaan yang lama seorang kader dalam melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan akan meningkatakan keterampilan kader.berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novvita dkk, 2014 menunjukkan bahwa ada hubungan antar pendidikan dengan keterampilan kader yaitu 78,79% kader dengan tingkat pendidikan (Novvita, Herawati, Agus,(2014) Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di posyandu wilayah Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar terdiri dari 10 orang kader posyandu ada 30% yang masih kurang terampil dalam pengukuran dan penimbangan berat badan bayi dan balita di karenakan ada yang tidak melepas baju atau pakaian yang cukup tebal pada menimbang,tidak melepas sandal/sepatu saat pengukuran tinggi badan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan metode cross sectional.lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakn pada tanggal 25 Maret-18 April 2015.Penentuan sampel dilakukan simple random sampling berdasarkan posyandu, setiap posyandu yang telah ditentukan memeiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel yang sesuia kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar dengan jumlah sampel 50 kader posyandu. Data identitas subjek diperoleh secara langsung dari responden dengan cara wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data tersebut meliputi karakteristik kader, keterampilan kader dalam pengukuran antropometri, umur,nama kader posyandu, usia, pekerjaan. 2

Analisis data menggunakan SPSS 17. Analisis data meliputi analisis bivariat dan univariat. Analisis Univariat di lakukan pada data yang di analisis secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang di olah antara lain tingkat pendidikan, lama menjadi kader, keterampilan kader dalam pengukuran antropometri.uji kenormalan data menggunakan Uji Pearson Product Moment. Hasil Uji kenormalan data menunjukkan data berdistribusi tidak normal,sehingga menggunakan Uji Spearmen Rank. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Kader Tabel 1 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Kader Tingkat Pendidikan Jumlah (N) Presentase (%) SD 11 22.0 SMP 9 18.0 SMA 21 42.0 PT 9 18.0 Total 50 100 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 21 orang (42,0%) sedangkan sebagian kecil responden berpendidikan SMP dan PT, yaitu masing-masing 9 orang (18,0%). Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa sebagian besar responden telah melampauhi pendidikan dasar 9 tahun. 2. Lama Menjadi Kader Tabel 2 Distribusi Lama Menjadi Kader Lama Total Menjadi Kader Jumlah (N) Presentase (%) <5 tahun 22 44.0 50 5 tahun 28 56.0 50 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden lama menjadi kader 5 tahun yaitu sebanyak 28 orang (56,0%) dan sebagian kecil < 5 tahun yaitu sebanyak 22 orang (44,0%). 3. Keterampilan Pengkuran Antropometri Kader Keterampilan Pengukuran Antropometri Tabel 3 Distribusi Keterampilan Kader Pengukuran Antropometri Jumlah (N) Kurang 17 34.0 Cukup 16 32.0 Baik 17 34.0 Total 50 100.0 Presentase (%) Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri kader sebagian besar baik dan kurang yantiu masing-masing 17 orang (34,0%), sedangkan sebagian kecil dalam kategori cukup, yaitu 16 orang (32,0%). 4. Analisis Univariat Tabel 4 Diskripsi Data Penelitian Variabel N Min Max Rata rata SD Tingkat Pendidikan (Tahun) 50 6 17 10.76 3.420 Lama menjadi kader (Tahun) 50 1 26 8.58 6.280 Keterampilan Pengukuran Antropometri (%) 50 25 100 62.25 24.15 3

Berdasarkan tabel 4 di ketahui bahwa tingkat pendidikan atau lama menempuh pendidikan paling rendah adalah 6 tahun dan paling tinggi adalah 17 tahun dengan rata-rata tingkat pendidikan 10.76 ±3.420 tahun.lama menjadi kader dari 50 responden diketahui paling rendah 1 tahun dan paling lama 26 tahun dengan rata-rata 8.58± 6.280 tahun.keterampilan pengukuran antropometri paling rendah 25% sesuai dengan prosedur dan paling tinggi adalah 100% dengan prosedur,rata-rata keterampilan pengukuran antropometri 62.25± 24.15%. 5. Hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri Tabel 5 Hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri Tingkat Pendidikan Keterampilan Pengukuran Antropometri (%) Total Kurang Cukup Baik N % N % N % N % Nilai p SD 7 63.6 1 9.1 3 27.3 11 100.0 0.009 SMP 2 22.2 4 44.4 3 33.3 9 100.0 SMA 5 23.8 9 42.9 7 33.3 21 100.0 PT 3 33.3 2 22.2 4 44.4 9 100.0 Total 17 34.0 16 32.0 17 34.0 50 100.0 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,368 dengan nilai p = 0,009 (p< 0,05) yang artinya terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri dengan tingkat hubungan rendah, dimana jika semakin lama atau semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula keterampilan pengukuran antropometri yang dilakukan oleh seorang kader. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri dengan tingkat hubungan rendah. Rendahnya hubungan ini karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keterampilan pengukuran antropometri di luar model yang diteliti. Hubungan yang signifikan artinya dimana jika semakin lama atau semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula keterampilan pengukuran antropometri yang dilakukan oleh seorang kader 6. Hubungan lama menjadi kader dengan keterampilan kader pengukuran antropometri Tabel 6 Hubungan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri Total Nilai P Lama menjadi Kader Keterampilan Pengukuran Antropometri Kurang Baik Cukup N % N % N % N % <5 Tahun 13 59.1 6 27.3 3 13.6 11 100 0.000 5 tahun 4 14.3 10 35.7 4 50.0 9 100 Total 17 34.0 16 32.0 17 34.0 50 100 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,555 dengan nilai p= 0,000 (p< 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran 4

antropometri dengan tingkat hubungan rendah, dimana jika semakin lama menjadi kader maka semakin baik pula keterampilan pengukuran antropometri yang dilakukan oleh seorang kader. Keterampilan dalam melaksanakan tugas dapat dijadikan sebagai parameter hasil kerja, hal ini dapat dilihat dari lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader posyandu, semakin lama seseorang menjadi kader posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin tinggi sehingga partisipasi kader dalam kegiatan posyandu akan semakin baik (Widiastuti dalam Sandiyani, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tingkat pendidikan atau lama menempuh pendidikan SMA yaitu 42,0% sedangkan sebagian kecil berpendidikan SMA dan PT yaitu 18%. 2. Lama menjadi kader dari 50 responden di Desa Gawanan sebagian responden sebagian besar yang telah lama menjadi kader 5 tahun sebanyak 56,0% sedangkan yang < 5 tahun sebanyak 44,0% 3. Keterampilan kader dalam pengukuran antropometri sebagian besar yang mengalami keterampilan dengan kategori kurang dan baik sebnayak 34,0%,sedangkan kader posyandu dalam kategori cukup sebanyak 32,0% 4. Ada hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di Posyandu Desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar B.Saran 1. Bagi kader Diharapkan kader untuk selalu meningkatkan keterampilan pengukuran antropometri dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh petugas kesehatan. 2. Bagi Petugas Kesehatan Bagi petugas kesehatan diharapkan untuk selalu memantau kerja kader posyandu dengan mendampingi dan memberi edukasi tentang pengukuran antropometri yang benar. DAFTAR PUSTAKA Aritonang I,1999. Penilaian Status Gizi Balita. Jakarta Bertens, K. 2009. Pengantar Etika Bisnis. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Novvita, WS., Herawati, Agus,W,. 2014 Karakteristik Dan Ketrampilan Kader Dalam Penimbangan 5

Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. http://jurnal.poltekkesjogja.ac.id/ karakteristik-dan-ketrampilankader-dalam-penimbanganbalita-di-posyandu-wilayahkerja-puskesmas-gamping-iisleman-yogyakarta.html. Diakses tanggal 20 Februari 2015 Rahayu B,. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu. Surabaya:Dinkes Propinsi Jawa Timur. Sandiyani,R.A.2011 Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan, Pengetahuan Gizi, Dan Sikap Kader Posyandu Dengan Perilaku Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gizi Seimbang. Artikel Penelitian. Undip 6