BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMK PGRI 1 Salatiga dengan total siswa 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Data Sebaran Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengelaborasi masalah dari

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengikuti perkuliahan yang berjumlah 31 mahasiswi.

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tepatnya berada di Jln KH.Ahmad Dahlan.Lokasi sekolah SMA Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kepuasan kerja memegang peranan penting dalam suatu organisasi. Waktu

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase.

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 1 Bancak terletak di desa Rejosari Kec. Bancak, Jl. Rejosari-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB IV PEMBAHASAN. Negeri 3 Satu Atap Kedungjati berjumlah 177 siswa. Untuk kelas VIII berjumlah. Kedungjati A B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang evaluasi dirinya sendiri. Konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Salatiga. Surat ijin dari fakultas pada tanggal 26Juli 2013, Diantar ke Progdi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memerlukan sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. perilaku agresi, yaitu; agresif fisik (Physical Aggression), agresi verbal (Verbal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari berbagi

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga berisi ayah, ibu dan saudara kandung adalah tempat utama bagi individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya, agar dapat tumbuh secara mental, emosional dan sosial (Irfan, 2011). Namun demikian, proses perkembangan tersebut tidak hanya berkembang di lingkungan keluarga anak saja, melainkan terjadi saat prosesproses belajar mengajar di sekolah. Artinya sekolah menjadi lembaga yang sangat penting dalam membentuk karakter anak, sekaligus menjadi dukungan perkembangan psikologis anak. Guru di sekolah dijadikan orang tua kedua bagi murid, sedangkan teman-teman sebaya adalah saudara anak. Masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa transisi tersebut, remaja mengalami berbagai masalah yang ada karena adanya perubahan fisik, psikis dan sosial. Masa transisi ini banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun lingkungannya. 1

Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock, 2004). Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dengan lingkungan sekitar. Bagi remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung menjadi anak yang rendah diri, tertutup, tidak dapat menerima dirinya sendiri dan kelemahan-kelemahannya orang lain, serta merasa malu jika berada diantara orang lain. Penyesuaian diri menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Willis, 2005). Penyesuaian diri akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian diri juga merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada umumnya. Sehingga nantinya cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya. 2

Hartini (2001) dalam penelitiannya terhadap anak di panti asuhan Jawa Timur menemukan bahwa 52% menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya yang menggambarkan adanya kebutuhan psikologis untuk dapat menyesuaikan diri dengan tata cara. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan anak memerlukan pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial yang baik dan berorientasi pada perkembangan anak. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, remaja yang bersekolah di sebuah sekolah akan menemui banyak aturan yang harus ditaati oleh remaja. Hal ini seringkali membuat ramaja merasa kurang bebas, sehingga banyak remaja melanggar aturan yang ada. Contohnya, yang dialami Toyib (bukan nama sebenarnya) masih kesulitan dalam menyesuaikan dengan aturan atau tata tertib, sehingga membuat Toyib bosan bersekolah karena sering diejek teman-temannya. Sulis (bukan nama sebenarnya) sering terlambat masuk sekolah, dan akhirnya tidak berangkat sekolah. Oleh karena itu, remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungannya. Seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik jika memiliki ketrampilan sosial dan mampu berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman atau dengan orang yang tidak dikenalnya. Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup. Oleh karena itu, individu membutuhkan individu lain yang dapat memberi dukungan sosial. Remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial yang diterima remaja dari lingkungan, baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan kasih 3

sayang membuat remaja menganggap bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh orang lain. Jika individu diterima dan dihargai secara positif, maka individu tersebut cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri. Sehingga remaja mampu hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat luas secara harmonis (Kartika, 1986) Hartini (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa 77 % anak asuh di panti asuhan Jawa Timur mempunyai kebutuhan psikologis untuk mendapatkan dorongan dan dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial yang diterima sesorang dalam lingkungannya, baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang membuatnya akan memiliki pandangan positif terhadap diri dan lingkungannya, seseorang akan mampu menerima kehidupan yang dihadapi serta mempunyai sikap pendirian dan pandangan hidup yang jelas, sehingga mampu hidup di tengah-tengah masyarakat luas secara harmonis. Jika individu merasa didukung oleh lingkungannya, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada saat mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan (Smet, 1994). Menurut Hariyadi (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dikelompokkan menjadi bagian dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor motif, faktor konsep diri remaja, faktor persepsi remaja, faktor sikap remaja, faktor intelegensi dan minat, faktor kepribadian. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga (pola asuh), faktor kondisi sekolah, faktor kelompok sebaya, faktor prasangka sosial, 4

faktor hukum dan norma sosial. Dalam faktor kelompok sebaya, tentu setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam membentuk kelompok. Dari kelompok tersebut dukungan sosial dari teman sebaya sangat memperngaruhi penyesuaian diri remaja dalam kelompok tersebut. Hal ini didukung dengan penelitian dilakukan Kumala (2012), hubungan antara dukungan sosial terhadap penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Hasil analisis korelasi menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,339 dengan p = 0,011 (p>0,05).hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial dari teman sebaya terhadap penyesuaian diri remaja. Penelitian dengan hasil yang sama juga dilakukan Ika (2011), hubungan antara dukungan sosial terhadap penyesuaian diri siswa kelas III di Madrasah Aliyah Negeri kota Blitar. Hasil analisis korelasi menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,566 dengan p = 0,01 (p>0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial terhadap penyesuaian diri siswa. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula penyesuaian diri, demikian juga sebaliknya. Semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula penyesuaian diri. Hasil penelitian berbeda diperoleh Wijaya (2007) penelitian ini berjudul hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja siswa SMA Pangudi Luhur di Muntilan. Hasil analisis korelasi menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,144 dengan p = 0,077 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja siswa SMA Pangudi Luhur di Muntilan. 5

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMP Negeri 1 Karanggede yang bernama Bapak Suyudi pada tanggal 2 Mei 2013, ada beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Terbukti dengan masih adanya siswa yang melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah, ada beberapa siswa yang menutup diri dari teman, ada juga siswa yang dikucilkan karena sering mendapat hukuman dari guru. Pengamatan langsung di lapangan menunjukan ada siswa yang hanya berkelompok dengan teman yang prestasinya tinggi. Pada saat guru menyuruh membuat kelompok, ada siswa yang tidak dapat kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang berasal dari teman kurang. Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari Kumala (2012), Ika (2011) dan Wijaya (2007), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan antara dukungn sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri remaja. Dari hasil pra penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede yang berjumlah 34 siswa, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1.1 Distribusi frekuensi tingkat dukungan sosial teman sebaya siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede Skor Kategori Frekuensi Prosentase 113-132 Sangat tinggi 10 29,41 93-112 Tinggi 24 70,59 73-92 Sedang 0 0 53-72 Rendah 0 0 33-52 Sangat rendah 0 0 Total 34 100% 6

Dari tabel 1.1 distribusi frekuensi tingkat dukungan sosial teman sebaya diperolah hasil bahwa sebagian besar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede sebagian besar berada pada kategori tinggi sebesar (70,59%). Tabel 1.2 Distribusi frekuensi tingkat penyesuaian diri siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede Skor Kategori Frekuensi Prosentase 35-55 Sangat rendah 0 0 56-76 Rendah 0 0 77-97 Sedang 3 8,82 98-118 Tinggi 24 70,59 119-140 Sangat tinggi 7 20,59 Total 34 100% Dari tabel 1.2 distribusi frekuensi tingkat penyesuaian diri diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede berada pada kategori tinggi sebesar (70,59%). Tabel 1.3 Korelasi dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri Correlations Kendall's tau_b DUKSOSIL PENYEDRI Correlation Coef f icient Sig. (1-tailed) N Correlation Coef f icient Sig. (1-tailed) N DUKSOSIL PENYEDRI 1.000.104..269 34 34.104 1.000.269. 34 34 Tabel 1.3 koefisien korelasi antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede diperoleh koefisien korelasi sebesar rxy = 0,104 dengan p = 0,269 (p<0,05) sehingga tidak ada hubungan yang signifikan. 7

Hasil pra penelitian menunjukkan dukungan sosial teman sebaya dalam kategori tinggi dan penyesuaian diri juga dalam kategori tinggi dan hasil uji coba korelasi menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan penyesuaian diri remaja kelas VIII F SMP Negeri 1 Karanggede. Hasil pra penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Wijaya (2007) yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri. Dari perbedaan hasil penelitian ini peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan adanya Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Karanggede. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian adalah: apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karanggede? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karanggede 8

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa, maka penelitian dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumala (2012) dengan judul hubungan antara dukungan sosial terhadap penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Penelitian senada dilakukan oleh Ika (2011) dengan judul hubungan antara dukungan sosial terhadap penyesuaian diri siswa kelas III di Madrasah Aliyah Negeri kota Blitar. Menyatakan bahwa jika dukungan sosial tinggi diikuti penyesuaian diri siswa yang tinggi. 1.4.2 Manfaat Praktis Melalui penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan, yaitu sumbangan informasi tentang tingkat hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri di SMP. Selain itu temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan guru BK untuk merancang melaksanakan kegiatan layanan yang berhubungan dengan penyesuaian diri. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. 9

Bab II : Tinjauan teoritis yang berisi tentang Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Remaja serta Hipotesa Bab III : Metode penelitian, yang berisi Jenis Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data. Bab IV Bab V : Analisa dan Pembahasan : Penutup dan Kesimpulan 10