Rizqi Cakti Bramantyo, Johny Wahyuadi Mudaryoto Soedarsono

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

ELECTROWINNING Cu UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN HIDRO ELEKRO METALURGI ARDI TRI LAKSONO

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

Hasil Penelitian dan Pembahasan

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

Sulistyani, M.Si.

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III METODE PENELITIAN

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

KIMIA ELEKTROLISIS

Ferdinand Mangasi, Sutopo

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Elektrokimia. Sel Volta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

ANALISA PEMBUATAN SERBUK TEMBAGA HASIL PROSES ELECTROREFINING METODE LABORATORIUM

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Kata kunci : kobalt (II), elektrolisis, elektroda

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

UJI KINERJA LARUTAN HCL PADA PROSES LEACHING LOGAM KOBALT DARI LIMBAH BATERAI LITHIUM-ION. Yuliusman dan Muhammad Resya Hidayatullah

RECOVERY NIKEL DARI BIJIH LIMONITE TEREDUKSI OLEH LEACHING AMONIUM BIKARBONAT SKRIPSI

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH ph, DAN WAKTU ELEKTRODEPOSISI TERHADAP EFISIENSI ELEKTRODEPOSISI ION PERAK(I) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN AGEN PEREDUKSI ASETON

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

I. Tujuan. Dasar Teori

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi

PENGARUH BAHAN ELEKTRODE PADA PENGAMBILAN Cu DAN Cd SECARA ELEKTROKIMIA

Recovery logam dengan elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

ELEKTROLISIS AIR (ELS)

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA

Oksidasi dan Reduksi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

LATIHAN-1 SEL ELEKTROLISIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

Handout. Bahan Ajar Korosi

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS UNSUR Ag PADA SAMPEL CAIR DENGAN LASER INDUCED BREAKDOWN SPECTROSCOPY (LIBS)

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Reaksi dalam larutan berair

BAB 3 Metode Penelitian

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Studi Pengaruh Konsentrasi Larutan Pelindi dan Suhu Elektrowinning terhadap Perolehan Kembali Seng dari Dross Seng dengan Metode Hidro- Elektrometalurgi Rizqi Cakti Bramantyo, Johny Wahyuadi Mudaryoto Soedarsono Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16436, Indonesia Email: rizqicakti@yahoo.com Abstrak Kegunaan logam seng yang luas untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan sehari-hari secara otomatis akan meningkatkan angka permintaan terhadap logam seng setiap tahunnya. Mengolah kembali logam seng dari dross seng merupakan salah satu cara agar cadangan mineral seng di bumi tidak habis. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk memperoleh kembali logam seng dari dross seng adalah dengan metode hidro-elektrometalurgi. Proses terdiri dari pemanggangan 700 o C, pelindian H 2 SO 4, dan elektrowinning. Penelitian ini meneliti pengaruh dari parameter-parameter pelindian dan elektrowinning pada proses perolehan kembali logam seng. Untuk karakterisasi sampel menggunakan XRD yang dilengkapi dengan perangkat lunak XRD Match!, AAS, dan EDS. Dari penelitian ini, parameter optimal terjadi pada konsentrasi pelindi 2 M H 2 SO 4 dan suhu elektrowinning 25 o C pada rapat arus 2000 A/m 2. Parameter tersebut menghasilkan efisiensi arus sebesar 91.57% dan kemurnian logam seng sebesar 77.68%. Study of Effect of Leaching Concentration and Electrowinning Temperature on Recovery of Zinc from Zinc Dross with Hydro-Electrometallurgy Method Abstract Extensive usability of zinc metal for industry needs and daily needs will automatically increase demand for zinc metal annually. Recovery of zinc metal from zinc dross is one way for zinc mineral deposits in the earth is not exhausted. One method that can be done to recover zinc metal from zinc dross is hydro-electrometallurgy method. The process consists of roasting 700 C, H 2 SO 4 leaching, and electrowinning. This study investigated the effect of leaching and electrowinning parameters on recovery of zinc metal. For characterization of samples using XRD, that comes with XRD Match! software, AAS, and EDS. From this study, optimal parameters occurred at 2 M H 2 SO 4 leaching concentration and 25 o C electrowinning temperature at 2000 A/m 2 current density, each performed for 60 minutes. These parameters produced a current efficiency of 91.57% and a purity of 77.68% zinc metal. Keywords: Zinc; Zinc dross; Roasting; H 2 SO 4 leaching; Zinc electrowinning; Hydro-electrometallurgy

1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam sangat beragam namun lokasinya tersebar. Dengan sumber daya mineral melimpah yang Indonesia miliki ini mendorong kegiatan pertambangan di Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara maksimal dan efisien. Salah satu mineral yang dimiliki Indonesia adalah mineral sphalerite (ZnS) yang dapat ditemukan dalam jumlah kecil di sejumlah daerah di Indonesia. Mineral tersebut dapat diolah untuk memperoleh produk utamanya yaitu logam seng (Zn). Seng adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal. Di kerak bumi, seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 [1]. Otomotif merupakan salah satu sektor yang banyak menggunakan logam seng sebagai bahan utama untuk proses pengecoran dan galvanisasi. Logam ini memiliki titik leleh yang rendah dan fluiditas yang baik yang menjadikannya salah satu pilihan di industri otomotif. Permukaan lelehan logam seng sangat mudah teroksidasi selama proses pelelehan, dan membentuk suatu lapisan oksida yang menutupi permukaan lelehan yang dinamakan dengan dross. Dross sebagian besar tersusun atas logam Zn, beberapa Zn-oksida dan pengotor dalam jumlah sedikit seperti Fe, Si, Al, Cu [2]. Penelitian dalam rangka mengekstraksi logam seng dari dross seng sudah banyak dilakukan baik secara pirometalurgi, hidrometalurgi, maupun elektrometalurgi. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan membahas tentang proses perolehan kembali logam seng dari zinc plant residue (ZPR). Residunya diambil dari Waelz kiln yang memproses bijih sengtimbal karbonat. ZPR mengandung 11,3% Zn, 24,6% Pb, dan 8,3% Fe, dan dicampur dengan H 2 SO 4 dan diproses yang terdiri dari pemanggangan, pelindian air, dan pelindian NaCl. Sekitar 86% Zn didapat setelah pemanggangan 200 o C selama 30 menit dengan rasio berat H 2 SO 4 /ZPR yang sama dan diikuti dengan pelindian air 25 o C selama 60 menit [3]. Selain penelitian di atas, beberapa penelitian mengenai perolehan kembali logam seng dari dross seng sudah banyak dilakukan. Perlu ditemukan cara untuk dapat mengekstraksi logam seng dari dross seng seefektif dan seefisien mungkin sehingga proses produksi logam

seng dapat berjalan dengan potensi yang maksimal dan mampu untuk memenuhi permintaan terhadap logam seng yang akan terus meningkat di masa yang akan datang.

2. Dasar Teori 2.1. Proses Pemanggangan (Roasting) Pemanggangan atau roasting dapat dikatakan sebagai tahap awal sebelum dilakukan proses hidrometalurgi. Pemanggangan merupakan proses pemanasan bijih, konsentrat atau senyawa lain yang dilakukan pada suhu di bawah titik leburnya dengan memanfaatkan reaksi antara gas-padatan dan penambahan suatu reagen kimia [4]. Proses pemanggangan pada logam seng termasuk dalam jenis Oxidizing Roasting, dimana proses oksidasi dari logam sulfide menghasilkan logam oksida dan sulfur dioksida. Dalam proses pemanggangan logam seng reaksi yang terjadi sebagai berikut: 2ZnS (s) + 3O 2(g) à 2ZnO (s) + 2SO 2(g) Pemanggangan pada ZnS diperlukan karena senyawa seng sulfida (ZnS) yang apabila dilarutkan dalam H 2 SO 4 encer pada proses pelindian memiliki kelarutan yang rendah, sedangkan hasil pemanggangan dalam bentuk seng oksida (ZnO) memiliki kelarutan yang tinggi. Rata-rata suhu yang digunakan pada proses pemanggangan ini adalah 900 o C, dimana terjadi perubahan ZnS menjadi ZnO. Tetapi pada suhu tersebut terjadi kecenderungan pembentukan zinc ferrite yang bersifat tidak larut pada asam sulfat. Oleh karena itu, suhu pemanggangan harus diturunkan menjadi 700 o C [5]. 2.2. Proses Pelindian (Leaching) Pelindian atau leaching merupakan proses ekstraksi senyawa utama dari padatan yang dapat larut dari suatu larutan. Secara lebih luas, pelindian didefinisikan sebagai proses pelarutan selektif mineral atau bijih dengan bantuan suatu reagen kimia tertentu sebagai pelarut untuk memisahkan unsur yang diinginkan dari pengotornya dimana hanya unsur yang diinginkan yang akan larut. Beberapa jenis reagen kimia yang biasa digunakan dalam proses pelindian ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Reagen Pelindian yang Umum digunakan Beragam Jenis Mineral [6] Mineral Jenis Larutan Pelindi Logam Oksida H 2 SO 4 Logam Sulfat H 2 SO 4 atau H 2 O Logam Sulfida Larutan Fe 2 (SO 4 ) 3 Mineral Cu/Ni Larutan NH 3, NH 4 CO 3 Al 2 O 3 NaOH Au, Ag NaCN

Proses pelindian pada logam seng menggunakan larutan H 2 SO 4. Penggunaan asam sulfat dapat melarutkan logam Zn dan mengendapkan pengotor. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: ZnO (s) + H 2 SO 4(l) ZnSO 4(l) + H 2 O (l) Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pelindian logam seng adalah: 1. Konsentrasi Larutan Dengan semakin meningkatnya konsentrasi larutan H2SO4 maka laju reaksi akan semakin bertambah sehingga jumlah dari mineral berharga yung larut akan semakin bertambah [7]. Tetapi apabila terlalu tinggi akan menyebabkan mineralmineral yang tidak diinginkan juga akan ikut terlarut. 2. Temperatur Semakin tinggi temperature maka akan semakin meningkatkan laju reaksi. Tetapi peningkatan temperature juga dapat mengakibatkan jumlah pengotor yang ikut terlarut 3. Waktu kontak Memperpanjang waktu kontak antara pelarut dengan bijih bisa berujung pada peningkatan presentase pengotor yang ada dalam larutan. 2.3. Proses Elektrowinning Elektrowinning adalah salah satu proses pemurnian berdasarkan teori elektrolisis untuk mendapatkan logam dari larutan hasil pelindian. Proses ini dilakukan sebagai tahap akhir dari proses ekstraksi hidrometalurgi bila diinginkan produksi logam yang berkadar relatif tinggi. Pada proses elektrowinning Zn, akan diperoleh endapan logam Zn pada permukaan katoda yang berasal dari reaksi reduksi larutan ZnSO 4. Pada anoda akan tejadi pembentukan oksigen karena menggunakan anoda inert yang tidak ikut bereaksi. Gambar 1. Skema Sel Elektrowinnnig Zn

Skema sel elektrowinning Zn dapat dilihat pada Gambar 1. anoda yang digunakan bersifat inert seperti Pb, sedangkan katodanya berupa logam murni seperti aluminium. Larutan elektrolitnya merupakan larutan hasil pelindian (ZnSO 4 ). Suhu operasi proses memiliki andil besar pada proses elektrowinning ini karena suhu operasi proses mempengaruhi konsumsi daya yang dihasilkan dan laju korosi pada anoda yang dipakai agar diketahui kondisi optimum proses untuk mendapatkan kemurnian logam seng yang tinggi [8]. Persamaan berikut memperlihatkan reaksi yang terjadi pada elektrowinning Zn: Katoda : Zn 2+ (aq) + 2e - à Zn (s) Anoda : H 2 O (l) à ½ O 2(g) + 2H + (aq) + 2e - Spectator ion : SO 4 2- (aq) à SO 4 2- (aq) Zn 2+ (aq) + SO 4 2- (aq) + H 2 O (l) à Zn (s) + 2H + (aq) + SO 4 2- (aq) + ½ O 2(g) Hasil dari proses elektrowinning adalah deposisi logam seng pada katoda alumunium. Secara teoritis berat endapan yang terdeposisi pada permukaan katoda dapat dihitung menggunakan persamaan Faraday :! =!"!!!! Dimana, W = Berat logam yang terdeposisi (gram); Ar = Berat atom; I = Arus (Ampere); t = Waktu (detik); n = Jumlah elektron yang berpinda; F = Konstanta Faraday (96500 joule). 3. Metodologi Penelitian Material atau bahan yang digunakan adalah dross seng yang berasal dari PT. XXX. Sampel terlebih dahulu dihancurkan (crushing) menggunakan palu kemudian dilanjutkan menggunakan mortar hingga halus. Setelah halus, sampel diayak hingga didapatkan ukuran partikel sebesar #70 dan #80. Sampel dibagi menjadi 9 bagian sesuai dengan banyaknya variasi yaitu tiga konsentrasi larutan dan suhu yang berbeda. Berat masing masing sampel adalah 40 gram. Gambar 2. Prosedur Penghalusan

Sampel kemudian dicampur dengan briket dengan perbandingan 1:1. Hasil pencampuran tadi kemudian dimasukkan ke dalam krusibel kemudian dilakukan pemanggangan di dalam dapur pemanggang dengan suhu 700 o C dengan lama waktu pemanggangan berkisar antara 60 menit. Kemudian dross seng hasil pemanggangan dipisahkan dengan briket. Sampel hasil pemanggangan ditaruh di dalam gelas kimia kemudian dilarutkan dengan menggunakan 500 ml larutan H 2 SO 4 dengan variasi konsentrasi larutan 1, 2, dan 4 M. Kemudian dilakukan pengadukan dengan menggunakan magnet pengaduk. Proses pelindian ini dilakukan pada suhu ruangan dan dilakukan selama 60 menit. Kemudian dilakukan pengecekan ph larutan menggunakan kertas ph meter. Hasil pelindian disaring menggunakan kertas saring (#125) untuk memisahkan filtrat dan residu yang mengendap. Filtrat yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia untuk proses selanjutnya. Setiap filtrat akan diambil 100 ml sebagai sampel analisis AAS. Gambar 3. Prosedur Penyaringan Pertama-pertama anoda dan katoda dicuci menggunakan larutan aseton dan alkohol untuk menghilangkan lemak di permukaan elektroda. Kemudian katoda Al dilakukan penimbangan sebagai berat awal. Anoda dan katoda dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan ZnSO 4 hasil pelindian. Kemudian anoda, katoda, couloumeter, rectifier, multitester disambungkan membentuk rangkaian sel elektrowinning. Dan proses elektrowinning dilakukan pada rapat arus 2000 A/m 2 dengan variabel suhu 25 0 C, 40 o C, dan 55 o C selama 60 menit. Katoda diambil dan dikeringkan menggunakan hair dryer. Kemudian katoda Al dilakukan penimbangan sebagai berat akhir. Gambar 4. Prosedur Elektrowinning

Masing masing sampel dross seng dan dross hasil pemanggangan yang telah dihaluskan dan diayak sampai berukuran #80 dimasukkan kedalam tempat sampel mesin XRD untuk dilakukan analisa senyawa yang terkandung pada dross seng. Hasil XRD dianalisa menggunakan perangkat lunak Match!. Pengujian AAS dilakukan untuk mengetahui persentase kandungan logam seng pada larutan hasil pelindian. Dilakukan pengambilan sampel pada setiap proses pelindian yaitu sampel dengan konsentrasi 1, 2, dan 4 M. Filtrat hasil pelindian diukur volumenya dan kemudian ditimbang. Kemudian dilakukan pengujian AAS pada setiap sampel. Sampel hasil elektrowinning juga dilakukan uji AAS untuk mengetahui perbandingan hasil dengan pengujian EDS. Setelah pengujian AAS, Pengujian EDS dilakukan untuk mengetahui persentase kandungan logam seng yang terdeposisi pada katoda aluminium. Dendrit yang terbentuk pada katoda aluminium ditembak pada suatu titik dimana terdapat deposisi seng dipermukaannya untuk mengetahui kadar Zn yang terdeposisi. 4. Hasil Penelitian 4.1. Hasil Pengamatan Karakterisasi XRD pada Sampel Awal Hasil pengujian dengan XRD pada sampel awal didapatkan data difraktogram seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Difraktogram Sampel Awal Dross Seng Kandungan senyawa-senyawa dan unsur-unsur dalam sampel yang cocok dengan database dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil XRD Senyawa dan Unsur Sampel Awal Dross Seng 4.2. Hasil Pengamatan Karakterisasi XRD pada Sampel setelah Pemanggangan 700 o C Gambar 6. menunjukkan perbedaan yang terjadi pada difraktogram sampel awal dengan sampel setelah pemanggangan. Gambar 6. Difraktogram Sampel Awal dan Sampel setelah Pemanggangan Sementara kandungan senyawa-senyawa dan unsur-unsur dalam sampel awal dan setelah pemanggangan ditunjukkan oleh Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Hasil XRD Senyawa Sampel Awal Tabel 4. Hasil XRD Senyawa Sampel setelah Pemanggangan

4.3. Hasil Pengamatan Karakterisasi AAS setelah Pelindian H 2 SO 4 Hasil dari karakterisasi AAS setelah pelindian H 2 SO 4 pada sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian AAS pada Sampel setelah Pelindian Sampel Konsentrasi ppm A 1 M 10295 B 2 M 24958 C 4 M 11075 Sementara untuk melihat grafik yang menunjukkan perbedaan kadar Zn yang dihasilkan oleh ketiga sampel tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. ppm 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 24958 10295 11075 1 M 2 M 4 M Konsentrasi Larutan Gambar 7. Grafik Hasil Pengujian AAS pada Konsentrasi 1, 2, dan 4 M 4.4. Hasil Kemurnian Logam Seng dengan Karakterisasi EDS Tabel 6 menunjukkan hasil pengamatan terhadap kemurnian logam seng dengan karakterisasi EDS. Tabel 6. Hasil Pengujian EDS pada Sampel setelah Elektrowinning Variasi Konsentrasi (%wt) Sampel Konsentrasi Suhu Al S Fe Zn 1 1 M 25 o C 3.97 20.91 1.14 73.98 4 2 M 25 o C 4.89 16.1 1.33 77.68 13 2 M 55 o C 8.79 27.13 0.91 63.17 Gambar 8. memperlihatkan hasil dari proses elektrowinning hubungan antara konsentrasi larutan ZnSO 4 dan kemurnian logam seng.

%wt 100 80 60 40 20 0 73.98 77.68 20.91 16.1 3.97 1.14 4.89 1.33 1 M 2 M Konsentrasi Larutan Al S Fe Zn Gambar 8. Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan dan Konsentrasi Logam Hasil Elektrowinning Gambar 9. memperlihatkan hasil dari proses elektrowinning hubungan antara suhu elektrowinning dan kemurnian logam seng. %wt 100 80 60 40 20 0 77.68 27.13 16.1 4.89 8.79 1.33 0.91 25 C 55 C Suhu Elektrowinning 63.17 Al S Fe Zn Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu Elektrowinning dan Konsentrasi Logam Hasil Elektrowinning 4.5. Hasil Kemurnian Seng dengan Karakterisasi AAS Tabel 7. memperlihatkan konsentrasi Zn yang diperoleh setelah proses elektrowinning dengan karakterisasi AAS. Tabel 7. Hasil Pengujian AAS pada Sampel setelah Elektrowinning Sampel Variasi Konsentrasi Zn Konsentrasi Suhu %wt ppm 1 1 M 25 o C 91.14 911400 4 2 M 25 o C 55.48 554800 13 2 M 55 o C 9.9 99000

4.6. Hasil Konsentrasi Larutan dan Suhu Elektrowinning terhadap Efisiensi Arus Hasil Perhitungan efisiensi arus dari enam sampel setelah dielektrowinning dan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Elektrowinning dan Efisiensi Arus VARIASI Elektrowinning Sampel Rapat Arus Suhu/ Konsentrasi (A/m 2 ) Waktu W terdeposisi W faraday Efisiensi Arus (gr) (gr) (%) 1 1 M 2000 25 o C/1jam 0.3670 0.4878 55.66 10 1 M 2000 40 o C/1jam 0.2898 0.4878 42.49 11 1 M 2000 55 o C/1jam 0.4097 0.4878 66.47 4 2 M 2000 25 o C/1jam 0.5750 0.4878 91.57 12 2 M 2000 40 o C/1jam 0.5988 0.4878 82.04 13 2 M 2000 55 o C/1jam 0.5302 0.4878 68.66 Sementara itu, Gambar 10 menunjukkan grafik yang dihasilkan pada konsentrasi larutan terhadap efisiensi arus. Dan Gambar 11 menunjukkan grafik yang dihasilkan pada suhu elektrowinning terhadap efisiensi arus. % Efisiensi Arus Pengaruh Konsentrasi Larutan terhadap Efisiensi Arus 100 80 60 40 20 0 91.57 82.04 55.66 66.47 68.66 42.49 1 M 2 M Konsentrasi H2SO4 25 C 40 C 55 C Gambar 10. Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan terhadap Efisiensi Arus % Efisiensi Arus 100 50 0 Pengaruh Suhu terhadap Efisiensi Arus 91.57 82.04 68.66 55.66 66.47 42.49 25 C 40 C 55 C Suhu Elektrowinning 1 M 2 M Gambar 11. Grafik Pengaruh Suhu Elektrowinning terhadap Efisiensi Arus

5. Pembahasan 5.1. Karakterisasi XRD pada Sampel Awal Pada penelitian ini, sebelum sampel diperlakukan dan diteliti terlebih dahulu dilakukan karakterisasi XRD untuk mengetahui senyawa apa saja yang terkandung pada sampel awal dross seng. Berdasarkan hasil pembacaan perangkat lunak XRD Match! yang ditunjukkan pada Gambar 5., ditemukan 6 buah kecocokan pada unsur Zn dalam sampel awal dross dengan database yang diwakili oleh puncak (peak) yang terbentuk pada difraktogram sampel awal dross seng. Selain itu unsur-unsur lain juga terdeteksi memiliki puncak seperti Al memiliki 4 buah kecocokan, Fe-Zn memiliki 3 buah kecocokan, dan ZnS memiliki 3 buah kecocokan. Kandungan senyawa-senyawa dan unsur-unsur dalam sampe yang cocok dengan database dapat dilihat pada Tabel 2. diketahui bahwa sampel awal dross seng mengandung unsur-unsur dan senyawa-senyawa seperti Al, Zn, Fe-Zn, dan ZnS. Al memiliki kandungan yang cukup tinggi hingga 45.5%, diikuti Zn dengan 32.8%, ZnS dengan 13%, dan Fe-Zn dengan 8.7%. Ini menunjukkan bahwa pengotor utama pada sampel dross seng ini berasal dari Al. Dan penelitian ini difokuskan untuk menurunkan kabar Al, dan mendapatkan kadar Zn setinggi-tingginya. Disamping itu keberadaan ZnS dapat kita ubah menjadi ZnO dengan pemanggangan agar lebih mudah larut dalam H 2 SO 4 encer. 5.2. Karakterisasi XRD pada Sampel setelah Pemanggangan 700 o C Hasil dari pemanggangan dikarakterisasi dengan menggunakan XRD untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa apa saya yang mengalami peningkatan jumlah dan senyawa-senyawa apa saja yang mengalami penurunan jumlah. Gambar 6. menunjukkan perbedaan yang terjadi pada difraktogram sampel awal dengan sampel setelah pemanggangan. Terjadi peningkatan puncak pada Al dan Zn pada difraktogram sampel setelah pemanggangan, hal ini dapat disimpulkan bahwa kandungan Al dan Zn dalam sampel dross seng setelah pemanggangan meningkat jika dibandingkan sampel dross seng awal. Disamping itu, pada difraktogram menunjukkan penurunan senyawa-senyawa seperti Fe-Zn dan ZnS pada sampel setelah pemanggangan. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukannya proses pemanggangan terjadi perubahan senyawa-senyawa seperti senyawa sulfida. Tabel 3. dan Tabel 4. menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase ZnS berkurang cukup signifikan dari 23.2% menjadi 3%. Dalam hal ini, proses pemanggangan dengan suhu mencapai 700 o C mengubah logam sulfida (ZnS) menjadi logam oksida (ZnO).

Hal ini sudah sesuai dengan literatur, dimana dengan dilakukannya pemanggangan menghilangkan sulfur dan arsenik dengan mengubah logam sulfida menjadi bentuk oksidanya. Dapat dilihat juga pada kedua tabel di atas bahwa terdapat ZnSO 4 yang mengalami peningkatan persentase secara signifikan dari 42% menjadi 74.6%. Hal ini dapat terjadi karena pada suhu 500-600 o C logam sulfida (ZnS) berubah menjadi senyawa sulfatnya (ZnSO4) [9]. ZnS (s) + 2O 2(g) à ZnSO 4(s) T = 500-600 o C 5.3. Karakterisasi AAS setelah Pelindian H 2 SO 4 Hasil pengujian yang dilakukan dengan metode AAS pada sampel A, B, dan C dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 7, menunjukkan konsentrasi larutan ZnSO 4 yang berbeda yaitu 1, 2, dan 4 M menghasilkan kadar Zn yang berbeda-beda. Pada konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4 menghasilkan kadar Zn mencapai 10295 ppm, apabila dibandingkan dengan konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 terjadi peningkatan kadar Zn mencapai 24958 ppm. Hal ini dapat terjadi karena pada saat dilakukan proses pelindian, pada konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 terjadi laju reaksi yang lebih tinggi sehingga logam seng yang terkandung dalam dross seng terlarut lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4. Akan tetapi, pada konsentrasi larutan konsentrasi larutan 4 M ZnSO 4 menghasilkan kadar Zn mencapai 11075 ppm, apabila dibandingkan dengan konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 terjadi penurunan kadar Zn. Hal ini terjadi dikarenakan larutan dengan konsentrasi 4 M ZnSO 4 melarutkan mineral-mineral pengotor yang tidak diinginkan, sehingga mengurangi kadar Zn yang terlarut. Selain itu, pada sampel hasil pelindian dengan konsentrasi larutan 4 M ZnSO 4 tampak terlihat gelatin putih yang mengendap pada dasar larutan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12. Hal dapat terjadi dikarenakan pada saat proses pelindian dengan larutan 4 M H 2 SO 4 suhu proses dapat mencapai 110 o C sedangkan pada sampel A dan B suhu yang dicapai masing-masing adalah 44 o C dan 82 o C. Dengan suhu setinggi itu, senyawa ZnO yang terkandung dalam dross seng dapat berubah menjadi seng hidroksida (Zn(OH) 2 ) berupa endapan gelatin putih seperti pada Gambar 12. [9]. Oleh karena itu, penulis tidak melanjutkan penelitian pada sampel C dengan konsentrasi larutan 4 M ZnSO 4.

Gambar 12. Gelatin Putih pada Sampel C 5.4. Analisis Kemurnian Seng dengan Karakterisasi EDS Dalam pengujian dengan EDS, sampel yang diuji adalah sampel berupa endapan logam Zn pada permukaan katoda yang berbentuk dendrit. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 6. pada sampel 1 dan 4 memperlihatkan konsentrasi larutan yang berbeda dan suhu elektrowinning yang sama sebagai variabel tetap, dimana ini memiliki pengaruh terhadap kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda. Gambar 8. memperlihatkan hasil dari proses elektrowinning hubungan antara konsentrasi larutan ZnSO 4 dan kemurnian logam seng. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8. bahwa pada larutan elektrolit dengan dengan konsentrasi 2 M ZnSO 4 kemurnian logam seng yang didapatkan mencapai 77.68%, hal ini lebih tinggi jika dibandingkan kemurnian logam seng yang didapatkan pada larutan elektrolit dengan konsentrasi 1 M ZnSO 4 yang mencapai 73.98%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada larutan elektrolit dengan 2 M ZnSO 4 konsentrasi logam seng yang terlarut memiliki konsentrasi lebih tinggi yaitu 24958 ppm, sedangkan pada larutan elektrolit dengan konsentrasi 1 M ZnSO 4 konsentrasi logam seng yag terlarut lebih rendah yaitu 10295 ppm. Selain logan seng yang terdeposisi, mineral-mineral lainnya juga ikut terdeposisi atau yang biasa kita sebut pengotor. Pengotor seperti S dan Fe ikut terdeposisi pada katoda dengan presentase rendah, kecuali pada S (sulfur). Pada Gambar 8. menunjukkan Fe yang terdeposisi mengalami peningkatan persentase dari 1.14% menjadi 1.33%. Dari yang terdeposisi pada katoda, menunjukkan bahwa dengan konsentrasi larutan yang lebih tinggi mineral-mineral pengotor yang ikut terlarut juga akan semakin meningkat. Selain itu terdapat unsur lain seperti Al, hal ini dapat dikarenakan oleh katoda yang terbuat dari Al. Sehingga saat pengujian EDS mendeteksi adanya unsur Al. Seperti dijelaskan di atas bahwa terdapat pengotor yang terdeposisi dengan konsentrasi yang cukup tinggi, pengotor itu adalah S (sulfur). S yang ikut terdeposisi pada permukaan katoda bukan merupakan S dari dross seng, karena pada sampel awal hasil analisis XRD memperlihatkan bahwa presentase S yang terdapat pada sampel awal dross seng sangat kecil. S yang ikut terdeposisi tersebut dapat disebabkan berasal dari larutan ZnSO 4 yang ikut menempel pada permukaan logam seng yang terbentuk. Hal ini dapat diminimalisir dengan dilakukannya proses pencucian pada logam seng setelah dilakukannya proses eleketrowinning menggunakan aquades. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan sulfat yang menempel pada permukaan deposit logam seng.

Selain dari konsentrasi larutan yang dapat mempengaruhi kemurnian logam seng, suhu elektrowinning juga mempengaruhi kemurnian logam seng yang dihasilkan. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 6. pada sampel 4 dan 13 memperlihatkan suhu elektrowinning yang berbeda dan konsentrasi larutan yang sama sebagai variabel tetap, dimana ini memiliki pengaruh terhadap kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda. Gambar 9. memperlihatkan hasil dari proses elektrowinning hubungan antara suhu elektrowinning dan kemurnian logam seng. Grafik pada Gambar 9. memperlihatkan bahwa pada suhu elektrowinning 25 o C kemurnian logam seng yang didapatkan mencapai 77.68% dan pada suhu elektrowinning 55 o C kemurnian logam seng yang didapatkan turun menjadi 63.17%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu elektrowinning berbanding terbalik dengan kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda. Hal ini dapat terjadi karena bila dilihat mineralmineral pengotor, seperti S dan Fe, yang ikut terlarut menunjukkan bahwa seiring meningkatnya suhu elektrowinning persentase mineral-mineral pengotor tersebut juga meningkat, artinya dengan meningkatnya suhu elektrowinning maka laju reaksi yang terjadi semakin cepat yang mengakibatkan mineral-mineral pengotor yang seharusnya tidak ikut terdeposisi menjadi ikut terdeposisi dan menyebabkan kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda semakin berkurang. 5.5. Analisis Kemurnian Seng dengan Karakterisasi AAS Karakterisasi AAS dilakukan untuk mengetahui kemurnian logam seng yang terdeposisi dengan lebih kuantitatif, karena karakterisasi EDS hanya menjangkau area-area tertentu sehingga hasil yang didapatkan semi-kuantitatif. Dan dari karakterisasi AAS tersebut didapatkan hasil seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7. Pada sampel 1 dan 4 memperlihatkan konsentrasi larutan yang berbeda dan suhu elektrowinning yang sama sebagai variabel tetap, dimana ini memiliki pengaruh terhadap kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda. Sedangkan sampel 4 dan 13 memperlihatkan suhu elektrowinning yang berbeda dan konsentrasi larutan yang sama sebagai variabel tetap. Tabel 7. memperlihatkan konsentrasi Zn yang diperoleh setelah proses elektrowinning bahwa pada larutan elektrolit dengan dengan konsentrasi 1 M ZnSO 4 kemurnian logam seng yang didapatkan mencapai 91.14% atau 911400 ppm, hal ini lebih tinggi jika dibandingkan kemurnian logam seng yang didapatkan pada larutan elektrolit dengan konsentrasi 2 M ZnSO 4 yang mencapai 55.48% atau 554800 ppm. Hal ini berbanding terbalik dibandingkan dengan hasil karakterisasi EDS, penurunan ini dapat dikarenakan unsur-unsur lain yang tidak

terdeteksi oleh AAS, dimana pada karakterisasi EDS sulfur yang terbentuk pada sampel konsentrasi 1 M ZnSO 4 labih tinggi dibandingkan pada sampel konsentrasi 2 M ZnSO 4 sehingga menurunkan konsentrasi Zn. Selain itu, Tabel 7. juga memperlihatkan bahwa pada suhu elektrowinning 25 o C kemurnian logam seng yang didapatkan mencapai 55.48% atau 554800 ppm dan pada suhu elektrowinning 55 o C kemurnian logam seng yang didapatkan turun secara signifikan menjadi 9.9% atau 99000 ppm. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu elektrowinning berbanding terbalik dengan kemurnian logam seng yang terdeposisi pada katoda dan hal ini sudah sesuai dengan hasil karakterisasi EDS. Pada sampel dengan suhu elektrowinning 55 o C didapatkan konsentrasi logam yang hanya sebesar 9.9%, hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang sangat sedikit karena sampel yang digunakan adalah sampel setelah dilakukannya pengujian EDS. 5.6. Pengaruh Konsentrasi Larutan Suhu Elektrowinning terhadap Efisiensi Arus Konsentrasi larutan berpengaruh terhadap efisiensi arus yang dihasilkan. Gambar 10. memperlihatkan hasil yang didapatkan setelah dilakukan proses elektrowinning dengan variabel konsentrasi larutan ZnSO 4 berbeda, yaitu 1 dan 2 M dan pada tiga suhu yang berbeda 25, 40, 55 o C. Pada sampel dengan suhu elektrowinning 25 o C dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan efisiensi arus pada konsentrasi 2 M ZnSO 4 dibandingkan pada konsentrasi 1 M ZnSO 4 dari 55.66% menjadi 91.57%. Hal ini juga didapatkan pada sampel dengan suhu elektrowinning 40 o C dimana peningkatan terjadi dari 42.49% menjadi 82.04%, dan juga pada sampel dengan suhu elektrowinning 55 o C dimana efisiensi arus meningkat dari 66.47% menjadi 68.66%. Dapat dilihat pada Gambar 10. bahwa hasil grafik sudah sesuai dengan literatur, dimana dengan semakin tingginya konsentrasi larutan efisiensi arus juga akan semakin meningkat, hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi juga laju reaksi yang terjadi, dan membuat mineral yang diinginkan juga akan ikut terlarut. Tetapi jika terlalu tinggi akan membuat mineral tidak diinginkan akan ikut terlarut, hal ini terjadi pada larutan 4 M ZnSO 4. Suhu elektrowinning berpengaruh terhadap efisiensi arus yang dihasilkan, dengan semakin tinggi suhu semakin tinggi efisiensi arus yang dihasilkan. Pada Gambar 11. dapat dilihat efisiensi-efisiensi arus yang dihasilkan dengan variabel suhu yang berbeda, yaitu 25, 40, dan 55 o C. Hasil yang diperoleh pada sampel dengan konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4 (garis biru) menunjukkan bahwa terjadi penurunan efisiensi arus pada suhu 40 o C dari 25 o C

dengan efisiensi arus 55.66% menurun menjadi 42.49%, dan kembali naik pada suhu 55 o C dengan efisiensi arus 66.47%. Hal sebaliknya justru diperoleh pada sampel dengan konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 (garis merah), dimana pada grafik menunjukkan terjadi penurunan efisiensi arus seiring naiknya suhu elektrowinning. Suhu 25 o C menghasilkan efisiensi arus paling besar yaitu 91.57%, suhu 40 o C dengan efisiensi arus 82.04%, dan semakin menurun ketika suhu mencapai suhu 55 o C dimana menghasilkan efisiensi arus 68.66%. Pada penelitian yang dilakukan Wei Zhang (2010) mengatakan bahwa pada sistem elektrowinning suhu operasi proses meningkatkan laju korosi pada anoda yang dipakai [12]. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya laju korosi pada anoda, laju reaksi pada sistem elektrowinning juga akan meningkat. Penelitian lain juga dilakukan Xiulian Ren et al. (2010), dimana dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dengan meningkatnya suhu proses maka konduktivitas larutan dan transfer massa juga akan meningkat [10]. Penelitian yang dilakukan Mohamed Buarzaiga (1999) mengatakan bahwa pada sistem elektrowinning menggunakan larutan asam terjadi evolusi hydrogen yang akan mengurangi efisiensi arus pada katoda. Suhu berpengaruh dengan terjadinya evolusi hidrogen, dimana dengan suhu semakin tinggi, evolusi hidrogen juga akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena suhu elektrowinning juga berpengaruh pada hydrogen overpotential, dimana hydrogen overpotential turun seiring naiknya suhu proses [11]. Hal ini akan berakibat negatif karena permasalahan evolusi hidrogen dapat diatasi dengan meningkatkan hydrogen overpotential [7]. Dari tiga penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya suhu proses elektrowinning maka laju reaksi, konduktivitas larutan, dan transfer massa pada sistem elektrowinning juga akan meningkat, dimana hal ini akan meningkatkan efisiensi arus yang dihasilkan. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya suhu proses maka hydrogen overpotential akan semakin menurun yang akan berakibat pada terjadinya evolusi hidrogen. Itulah mengapa pada sampel dengan konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4, terjadi penurunan efisiensi arus seiring dengan meningkatnya suhu elektrowinning. 6. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Setelah dilakukan pemanggangan, kandungan logam sulfida (ZnS) dalam sampel dross seng sebagian besar berubah menjadi logam oksida (ZnO). Selain itu, pada suhu 500-

600 o C ZnS memiliki kecenderungan berubah menjadi ZnSO 4 sehingga persentasenya meningkat. 2. Karakterisasi AAS setelah pelindian memperlihatkan peningkatan konsentrasi larutan H 2 SO 4 dari 1 M ke 2 M pada proses pelindian dapat melarutkan lebih banyak logam seng dari 10295 ppm menjadi 24958 ppm, tetapi pada konsentrasi larutan 4 M H 2 SO 4 turun menjadi 11075 ppm. 3. Hasil uji EDS kemurnian logam seng menunjukkan pada konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 kemurnian logam seng mencapai 77.68%, lebih tinggi daripada konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4 yang mencapai 73.98%. Pada parameter lainnya, dengan suhu elektrowinning 25 o C kemurnian logam seng mencapai 77.68% dan pada suhu elektrowinning 55 o C turun menjadi 63.17%. 4. Hasil uji AAS kemurnian logam seng menunjukkan konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4 kemurnian logam seng mencapai 91.14% atau 911400 ppm, lebih tinggi daripada konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 yang mencapai 55.48% atau 554800 ppm. Pada parameter lainnya, dengan suhu elektrowinning 25 o C kemurnian logam seng mencapai 55.48% atau 554800 ppm dan pada suhu elektrowinning 55 o C turun secara signifikan menjadi 9.9% atau 99000 ppm. 5. Sampel dengan konsentrasi larutan 2 M ZnSO 4 (sampel 4, 12, dan 13) memiliki efisiensi arus lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi larutan 1 M ZnSO 4 (sampel 1, 10, dan 11). 6. Efisiensi arus pada suhu elektrowinning 25, 40, dan 55 o C dengan 2 M ZnSO 4 masingmasing menghasilkan 55.66%, 42.49%, dan 66.47%. Pada suhu elektrowinning 25, 40, dan 55 o C dengan 1 M ZnSO 4 masing-masing menghasilkan efisiensi arus 91.57%, 82.04%, dan 68.66%. 7. Parameter optimal terjadi pada konsentrasi pelindi 2 M H 2 SO 4 dan suhu elektrowinning 25 o C pada rapat arus 2000 A/m 2. Parameter tersebut menghasilkan efisiensi arus sebesar 91.57% dan kemurnian logam seng sebesar 77.68%. 7. Saran Setelah dilakukannya penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran yang diperlukan untuk dilakukan penelitian yang lebih lanjut, diantaranya: 1. Setelah dilakukannya proses eletrowinning lebih baik dilakukan proses pencucian pada logam seng yang terdeposisi pada katoda setelah dilakukannya proses

eleketrowinning menggunakan aquades agar mengurangi kadar sulfur yang ikut menempel pada permukaan logam seng. 2. Untuk penelitian selanjutnya dengan metode yang sama diharapkan parameterparameter lain digunakan seperti waktu pelindian atau elektrowinning sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal.

8. Referensi [1] Pugazhenthy, L. (1991). Zinc Handbook: Properties, Processing, and Use In Design Second Edition. CRC Press. [2] H. Zheng, Z. Gu, Y. Zheng. (2008). Electrorefining Zinc Dross in Ammoniacal Ammonium Chloride System. Journal of Hydrometallurgy 90. Scince Direct. Pp 8 12. [3] Turan, M. D., H. Soner Altundogan, Fikret Tumen. (2004). Recovery of Zinc and Lead from Zinc Plant Residue. Journal of Hydrometallurgy 75. Science Direct. Pp. 169-176. [4] N. Sevryukov, B. Kuzmin. (1969). General Metallurgy. Moscow : Peace Publishers. [5] C.B. Gill. (1980). Nonferrous Extractive Metallurgy. A Willey-Interscience Publication. [6] Moore, J.J. (1981). Chemical Metallurgy. Butterworths and Co. (Publishers) Ltd. London. [7] Jha, M.K., V. Kumar, R.J. Singh. (2001). Review of Hydrometallurgical Recovery of Zinc from Industrial Wastes. Resources, Conservation and Recycling 33. Science Direct. Pp. 1-22. [8] Zhang, Wei. (2010). Performance of Lead Anodes Used for Zinc Electrowinning and Their Effects on Energy Consumption and Cathode Impurities. Faculté Des Sciences Et De Génie. Université Laval. Québec. [9] Tamrin. 2002. Proses Perolehan Zinc Oksida dari Limbah Padat Dross Zinc Melalui Proses Leaching H 2 SO 4 dan Pengendapan oleh Natrium Hidroksida. Skripsi Jurusan Teknik Metalurgi dan Material. Universitas Indonesia. Depok. [10] Ren, Xiulian, et al. 2010. The Recovery of Zinc from Hot Galvanizing Slag in An Anion- Exchange Membrane Electrolysis Reactor. Journal of Hazardous Materials 181. Elvesier. Pp. 908 915. [11] Buarzaiga, Mohamed. 1999. An Investigation of The Failure Mechanisms of Aluminum Cathodes in Zinc Electrowinning Cells. Department of Metals and Materials Engineering. The University of British Columbia. Vancouver.