Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi"

Transkripsi

1 Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi Ina Fajria dan Bambang Suharno Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak Indonesia saat ini masih memiliki ketergantungan terhadap negara lain dalam pengimporan titanium dioksida, untuk mengurangi ketergantungan tersebut, perlu digunakan pasir besi yang terdapat dalam negeri untuk diproses dengan metode yang lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan. Metode yang umum dan mudah dilakukan adalah metode hidrometalurgi dengan melibatkan proses pelindian. Penelitian ini memanfaatkan pasir besi lokal yang berasal dari Cipatujah, Tasikmalaya, dan dilakukan untuk mengetahui kadar titanium dioksida yang dapat dihasilkan dari pasir besi Tasikmalaya dengan kadar Ti yang termasuk rendah yaitu 4,43%. Selain itu, karena sifat Ti yang amfoter, kondisi ideal saat proses pelindian masih belum jelas, sehingga diharapkan kondisi ph ideal saat proses pelindian dapat diketahui dengan adanya penelitian ini. Variabel yang digunakan adalah dengan melakukan pelindian dalam kondisi ph yang beragam, yaitu kondisi asam dengan ph 3, kondisi netral, dan kondisi basa dengan ph 9. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan %recovery Ti pada setiap perbedaan kondisi tersebut. %Recovery yang dihasilkan dalam kondisi pelindian ph 3 adalah sebesar 50,82%, ph 7 sebesar 25,82%, dan ph 9 sebesar 21,39%. Study of ph Effect on Leaching Process of Titanium Dioxide Extraction Process from Tasikmalaya Iron Sand Using Hydrometallurgy Method Abstract Indonesia currently still has a dependency on other countries in importing titanium dioxide. To reduce dependence on imports from other countries, it is necessary to use iron sand in Indonesia to be processed by methods that are more effective in fulfilling the needs. The method that general and easy to do is a hydrometallurgical method using leaching process. This study using the local iron sands derived from Cipatujah, Tasikmalaya, to determine the content of titanium dioxide that can be produced from iron sand Tasikmalaya which are has low content of Ti, 4.43%. In addition, because of the natural properties of Ti is amphoteric, the ideal conditions for the leaching process is still unclear, so this study will determined the ideal conditions of ph for the leaching process. Leaching process carried out in various conditions of ph, ie acidic conditions with ph 3, neutral, and alkaline conditions with ph 9. The results showed a difference %recovery of Ti. The result of %Recovery in the leaching conditions of ph 3 is 50.82%, 25.82% at ph 7, and 21.39% at ph 9. Keywords : leaching process; Tasikmalaya iron sand; titanium dioxide; hydrometallurgy Pendahuluan Titanium termasuk unsur yang jumlahnya banyak terdapat di bumi. Jumlahnya lima kali lebih sedikit dibanding besi, namun seratus kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan tembaga [1].

2 Dalam aplikasinya, pemakaian titanium lebih banyak dalam bentuk titanium dioksida (TiO 2 ) berupa pigmen. Pigmen titanium dioksida merupakan bahan baku dalam industri cat putih, kertas, produk kosmetik, maupun teknologi canggih seperti sel solar, semikonduktor, peralatan biomedis, dan purifikasi udara [2]. Sejak tahun 1900-an, pemanfaatan TiO 2 telah dikembangkan hingga kini dengan berbagai proses dan metode penelitian. Bijih titanium yang paling banyak digunakan dalam produksi pigmen tersebut adalah ilmenit (FeTiO 3 ) dan rutil (TiO 2 ). Pada umumnya, untuk menghasilkan pigmen TiO 2 yang baik, mineral rutil lebih efektif untuk digunakan, namun dengan jumlah rutil yang terbatas di alam, mineral ilmenit digunakan sebagai pengganti rutil dengan mengubahnya menjadi rutil sintetik [3]. Dengan penggunaan yang luas, kebutuhan akan pigmen TiO 2 semakin meningkat. Di Indonesia masih sedikit industri yang bergerak dalam bidang produksi pigmen TiO 2, sehingga selama ini Indonesia lebih banyak mengimpor pigmen TiO 2, padahal jumlah mineral ilmenit banyak terdapat di Indonesia. Mineral tersebut dalam ditemukan dalam bentuk pasir besi bertitan yang dapat ditemukan berbagai daerah, salah satunya Tasikmalaya yang hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Secara umum terdapat dua proses yang paling umum digunakan dalam pembuatan pigmen TiO 2. Proses tersebut adalah adalah proses sulfat dan proses klorida [3,4]. Proses sulfat lebih dulu dikenal sebelum proses klorida. Pada proses ini bijih yang mengandung titanium dilarutkan dalam asam sulfat sehingga membentuk luluhan dari titanium, besi, dan logam sulfat lainnya dalam satu larutan [4]. Pada proses sulfat, bijih dengan kualitas rendah dapat digunakan namun menghasilkan banyak produk sisa yang membutuhkan perlakukan tepat dalam pembuangannya, sehingga proses klorida lebih mudah untuk digunakan. Proses klorida membutuhkan bijih dengan kualitas yang baik seperti rutil alami (94-98% TiO 2 ), rutil sintetik (92-95% TiO 2 ), atau terak titanium (80-90% TiO 2 ). Proses klorida memiliki lebih banyak keuntungan seperti produk yang dihasilkan berkualitas baik, proses yang lebih ramah terhadap lingkungan, dan produk sisa yang lebih sedikit [5]. Tidak seperti mineral lainnya, untuk titanium, bentuk pigmen TiO 2 lebih banyak digunakan. Dari total produksi mineral titanium di dunia, 93% aplikasi digunakan dalam bentuk TiO 2, sedangkan dalam bentuk logam hanya sebesar 3%. Karena itu, semakin banyak jumlah TiO 2 dalam kandungan mineralnya, semakin tinggi harga jualnya [7]. Titanium (IV) oksida merupakan bentuk oksida titanium yang paling banyak digunakan sebagai pigmen [6].

3 Tinjauan Teoritis Kawasan penambangan pasir besi di Tasikmalaya berlokasi di Cipatujah. Kandungan pasir besi di kawasan Cipatujah tersebut sekitar 30-40%. Hasil penelitian tim teknis Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Tasikmalaya, titanium yang terkandung dalam pasir besi Cipatujah hanya mencakup 5-10% [8]. Proses ekstraksi dan pemurnian titanium jauh lebih rumit dibanding proses ekstraksi logam lain seperti besi, aluminium, dan nikel. Hal tersebut dikarenakan sifat fisika logam titanium yang sangat tergantung pada kandungan oksigen, nitrogen, dan karbon yang terjebak dalam logam [9]. Kebanyakan proses ekstraksi titanium dioksida melibatkan proses hidrometalurgi dengan metode pelindian. Pelindian merupakan proses penting dalam hidrometalurgi. Proses ini akan memisahkan produk yang diinginkan dari pengotor dengan menggunakan pelarut yang kemudian hasil dari proses pelindian akan diambil larutan yang mengandung produk yang lebih murni. Pada proses pelindian, terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan laju pelindian. Jika proses difusi larutan melalui struktur pori padatan menjadi faktor pengendali, maka material yang diekstraksi harus memiliki ukuran partikel yang kecil. Sedangkan, jika laju transfer larutan dari lapisan luar padatan ke pelarut cukup rendah, maka kecepatan pengadukan dalam proses akan menjadi faktor pengendali yang berperan cukup besar. Pada umumnya, laju ekstraksi dengan proses pelindian dipengaruhi oleh beberapa faktor [10], yaitu: 1. Ukuran Partikel Partikel dengan ukuran yang kecil akan menyebabkan kontak permukaan yang besar antara padatan dengan pelarut sehingga akan mempercepat transfer massa dan mempercepat pula terjadinya proses difusi pada larutan. Semakin kecil partikel, maka luas permukaan per unit berat semakin besar sehingga laju pelindian akan meningkat. Namun, ukuran partikel yang terlalu kecil dapat menyebabkan permasalahan dalam pemisahan atau penyaringan produk yang diinginkan dengan residu atau pengotornya. 2. Pelarut (Zat Pelindian) Pelarut yang digunakan dalam proses pelindian harus memiliki selektivitas yang baik terhadap bahan yang akan diambil dan mempunyai viskositas yang lebih rendah agar memudahkan untuk proses resirkulasi pelarut. Semakin besar konsentrasi zat pelindi, semakin meningkat pula laju pelindian. 3. Temperatur Pada kebanyakan proses pelindian, semakin meningkat temperatur semakin tinggi kinetika proses pelindiannya, dengan kata lain semakin cepat pula kecepatan ekstraksinya. Namun

4 demikian, peningkatan temperatur sedikit banyak berpengaruh pada proses yang dikontrol oleh mekanisme kimia. 4. Kecepatan Pengadukan Pengadukan pelarut akan meningkatkan proses difusi sehingga akan meningkatkan transfer atau difusi massa dari permukaan padatan ke larutan. Pengadukan juga berperan untuk mencegah sedimentasi dari sistem suspensi proses ekstraksi. Kemampuan menyeleksi dari zat pelindian terhadap suatu mineral tertentu yang dalam bijih sangat diperngaruhi oleh konsentrasi dari zat pelindian, semakin meningkatnya konsentrasi zat pelindian, maka jumlah dari mineral berharga yang larut akan semakin bertambah. Selain itu, temperatur juga memberikan sedikit pengaruh terhadap efisiensi proses pelindian, tapi dapat pula mempengaruhi peningkatan jumlah pengotor dalam larutan. Presentase pengotor dalam larutan dapat pula disebabkan oleh waktu kontak yang berlebihan antara pelarut dengan bijih, sehingga waktu kontak optimum harus diketahui agar dapat memaksimalkan recovery logam berharga dan meminimalkan pengotor yang larut [11]. Metode Penelitian Proses ekstraksi dan pemurnian titanium jauh lebih rumit dibanding proses ekstraksi logam lain seperti besi, aluminium, dan nikel. Hal tersebut dikarenakan sifat fisika logam titanium yang sangat tergantung pada kandungan oksigen, nitrogen, dan karbon yang terjebak dalam logam [9]. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir besi Tasikmalaya sebagai bahan dasar untuk diproses melalui proses ekstraksi dengan metode hidrometalurgi. Pasir besi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari daerah Cipatujah, Tasikmalaya. Untuk pembuatan sampel penelitian, pasir besi Tasikmalaya diayak untuk didapat ukuran partikel sebesar 125 yang kemudian pasir tersebut dipisahkan secara magnetik untuk memisahkan material berdasarkan sifat feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik dengan menggunakan pemisah magnetik berjenis roll ganda terinduksi sehingga didapat pasir yang bersifat para magnetik yaitu pasir ilmenit. Proses selanjutnya merupakan peleburan dengan menggunakan fluks natrium hidroksida (NaOH) sebagai agen kimia dalam proses peleburan pasir besi Tasikmalaya yang berfungsi untuk mengikat Ti dengan reaksi sebagai berikut: 4FeO.TiO 2 + 8NaOH + O 2 4Na 2 TiO 3 + 2Fe 2 O 3 + 4H 2 O dan aditif sebagai agen kimia untuk mempercepat terjadinya reaksi pengikatan Ti oleh Na yang terjadi dalam proses peleburan pasir besi.

5 Dalam proses pelindan digunakan zat asam sulfat yang dibuat dengan mencampurkan H 2 SO 4 pekat dengan aquades dengan perbandingan jumlah 1:9. H 2 SO 4 ini digunakan untuk mengubah ph larutan hasil saring sehingga didapat ph yang bervariasi yaitu 3, 7, dan 9. Perhitungan %recovery titanium pada sampel hasil proses pelindian didapat dengan menggunakan rumus: Hasil Penelitian dan Pembahasan Komposisi Kimia Sampel Pasir Besi Tasikmalaya 120# Tabel 1. Komposisi Kimia Pasir Besi Tasikmalaya 120# Elemen C O Mg Al Si Ti V Fe Wt% 33,55 33,62 1,6 4,21 4,22 4,43 0,41 17,97 Komposisi kimia diketahui dengan melakukan karakterisasi menggunakan pengujian EDX, yang merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengkarakterisasi elemen atau bahan kimia pada suatu sampel [12]. Berdasarkan pengujian EDX yang dilakukan, kandungan unsur Ti dalam pasir besi Tasikmalaya cukup sedikit yaitu 4,43%. Hal ini hampir sesuai dengan penelitian tim teknis Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Tasikmalaya yang menyatakan jumlah kandungan titanium dalam pasir besi Cipatujah hanya sebesar 5-10% saja [13]. Komposisi Kimia Sampel Pasir Ilmenit 120# Hasil Pemisahan Magnetik Tabel 2. Komposisi Kimia Pasir Ilmenit 120# Elemen C O Mg Al Si Ti V Fe Wt% 29,72 31,14 0,9 2 1,62 5,45 0,49 28,45 Berdasarkan pengujian EDX yang dilakukan, kandungan unsur Ti dalam pasir ilmenit sebanyak 5,54%. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah Ti yang terkandung dibandingkan dengan kandungannya di dalam pasir besi Tasikmalaya. Pada data hasil pemisahan magnetik terhadap pasir besi Tasikmalaya, didapat hasil peningkatan kadar Ti. Pada sampel awal, didapat jumlah Ti sebesar 4,43%. Sampel awal berupa pasir besi Tasikmalaya tersebut kemudian dipisahkan dengan metode pemisahan magnetik dan manghasilkan Ti sebanyak 5,45%. Hal tersebut menunjukkan peningkatan

6 jumlah Ti yang terkandung. Dengan adanya peningkatan jumlah tersebut, menunjukkan bahwa pemisahan magnetik cukup efektif untuk dilakukan. Selain peningkatan kadar Ti, jumlah silika yang terkandung juga menurun dari 4,22% menjadi 1,62% yang menunjukkan bahwa pemisahan tersebut juga efektif untuk mengurangi kadar silika dari pasir ilmenit yang akan diambil. Pengaruh ph Pelindian terhadap Jumlah Endapan Ti(OH) x Hasil Pelindian (a) (b) (c) Gambar 1. Larutan Hasil Pelindian Sampel (a) variabel ph 3, (b) variabel ph 7, (c) variabel ph 9 Dari gambar di atas, dapat dilihat perbedaan warna larutan yang terbentuk, semakin rendah ph semakin asam larutan, warna larutan tersebut semakin berwarna kuning. Perubahan warna tersebut dapat disebabkan oleh larutan H 2 SO 4 yang ditambahkan menyebabkan warna larutan yang semula bening menjadi lebih kuning. Berikut ini merupakan tabel data sampel pelindian. Tabel 3. Data Sampel Pelindian Sampel ph 3 ph 7 ph 9 Massa NaTiO 3 35 gram 35 gram 35 gram Volume aquades 150 ml 150 ml 150 ml Volume H 2 SO 4 (yang ditambahkan) ±35 ml ±25 ml ±20ml Jumlah Endapan TiO 2 hasil Pelindian 0,23 gram 4,17 gram 3,64 gram Berdasarkan data tersebut, didapat grafik jumlah endapan Ti(OH) x hasil proses pelindian sebagai berikut:

7 4,50 Jumlah Endapan Ti(OH) (gram) 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0, ph Gambar 2. Grafik Jumlah Endapan Ti(OH) x Hasil Proses Pelindian Grafik di atas menunjukkan perbedaan jumlah endapan yang dihasilkan dari masing-masing sampel. Pada percobaan awal pelindian, endapan terbanyak didapat pada saat ph berada pada titik 8,4, karena sifat Ti yang amfoter, sulit untuk menentukan ph optimum untuk didapat endapan Ti(OH) x. Pada ph 3, endapan yang didapat sangat sedikit, hal tersebut dapat dikarenakan sifat Ti yang amfoter menyebabkan Ti yang seharusnya mengendap kembali terlarut dalam filtrat atau larutan yang seharusnya menjadi residu. Pada ph sampel 7 hasil endapannya cukup banyak, hal tersebut kemungkinan karena Ti(OH) x yang mengendap sudah banyak namun sebagian kembali terlarut kembali dan endapan yang tersisa masih cukup banyak, sedangkan pada ph 9, Ti belum sempat mengendap sehingga hanya sedikit endapan Ti(OH) x yang didapat. Jumlah Ti dalam Sampel Na 2 TiO 3 Hasil Peleburan Pasir Ilmenit 120# Jumlah Ti dalam sampel Na 2 TiO 3 Hasil Peleburan Pasir Ilmenit 120# diketahui dengan melakukan pengujian karakterisasi UV-Visible Spectrophotometry atau UV-Vis yang merupakan alat penguji yang biasa digunakan pada laboratorium analitik untuk menganalisis elemen secara kualitatif dan kuantitatif [14]. Endapan Na 2 TiO 3 merupakan padatan hasil peleburan pasir ilmenit 120# dengan fluks NaOH dan aditif. Hasil peleburan berupa padatan dihancurkan sehingga didapat padatan dengan ukuran kecil yang dilarutkan dengan aquades. Gambar 3 adalah Na 2 TiO 3 + Fe 2 O 3 hasil peleburan pasir ilmenit. Endapan yang telah dibersihkan dengan aquades merupakan sampel yang dilakukan pengujian UV-VIS sehingga dapat diketahui jumlah unsur Ti yang tertinggal yang tidak melalui proses pelindian.

8 Gambar 3. Sampel Na 2 TiO 3 Hasil Peleburan Pasir Ilmenit dengan fluks NaOH dan Aditif (kiri: sebelum dihancurkan, kanan: setelah dihancurkan) Tabel 4. Jumlah Konsentrasi Ti dalam Endapan Na 2 TiO 3 Elemen Ti % 11,26 Jumlah Ti dalam Filtrat Residu Hasil Pelindian Tabel 5. Jumlah Konsentrasi Ti dalam Filtrat Larutan Ti Elemen Larutan ph 3 Larutan ph 7 Larutan ph 9 mg/ml 27,1 13,07 10,96 % 2,71 1,307 1,096 Dari ketiga sampel yang dilindi, didapat kandungan Ti terbanyak dimiliki oleh larutan hasil pelindian dengan kondisi ph 3. Hal tersebut dapat disebabkan sifat Ti yang amfoter sehingga Ti yang seharusnya mengendap menjadi Ti(OH) x terlarut kembali, dan pada ph 3 endapan Ti(OH) x yang didapat sangat dikit dimana kemungkinan Ti terlarut kembali dalam larutan yang seharusnya menjadi residu hasil pelindian. Begitu juga yang terjadi pada larutan hasil pelindian dalam kondisi ph 7 maupun 9. Komposisi Kimia Sampel Hasil Roasting TiO 2 yang diuji merupakan hasil proses pelindian berupa endapan yang telah disaring sehingga didapat pasta berupa Ti(OH) x, pasta tersebut kemudian diroasting untuk menguapkan H 2 O sehingga didapat hasil berupa serbuk atau bubuk TiO 2. Proses pelindian dilakukan dalam tiga kondisi berbeda, yaitu pada kondisi asam dengan ph 3, kondisi netral atau ph 7, dan kondisi basa dengan ph 9. Hasil pengujian yang didapat akan dianalisis untuk mengetahui kondisi ph mana yang menghasilkan peningkatan jumlah kandungan Ti terbesar.

9 Tabel 6. Komposisi Kimia Sampel Hasil Roasting Sampel Elemen C O Na Al Si Ti P/S Fe ph 3 25,26 47,98 1,76 14,68 5,43 0,06 2 0,56 ph 7 Wt% 33,49 41,57 13,82 3,01 2,29 0,10 0,07 0,17 ph 9 30,70 40,22 11,41 7,99 7,99 0,07 1,96 0,18 Analisis Pengaruh ph Pelindian terhadap Kandungan Ti o % Recovery Sampel Hasil Pelindian Tabel 10. Jumlah Total Ti dalam Sampel ph 3 ph 7 ph 9 Ti hasil roasting 0,06 % 0,10 % 0,07 % Ti dalam filtrat 2,71 % 1,307 % 1,096 % Sampel Ti hasil roasting dan Ti dalam filtrat merupakan jumlah Ti yang dihasilkan oleh proses pelindian, sedangkan sampel sebelum didapat dari jumlah Ti yang terdapat dalam pasir ilmenit hasil pemisahan magnetik berukuran 120#. Dari data tabel di atas, dapat dihitung jumlah persentase recovery hasil proses pelindian yang dilakukan, yaitu: Dari data di atas, dapat dihitung jumlah persentase recovery hasil proses pelindian yang dilakukan, yaitu: Tabel 7. Persentase Recovery Ti Hasil Proses Pelindian ph 3 ph 7 ph 9 %recovery 50,82% 25,82% 21,39% Jika dibandingkan hasil dari ketiga sampel yang didapat, didapat bentuk grafik %recovery dari ketiga sampel adalah sebagai berikut:

10 %recovery Ti Hasil Proses Pelindian 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% ph Gambar 4. Grafik %Recovery Proses Pelindian Titanium Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa %recovery sampel pada ph 3 memiliki nilai terbesar. Berdasarkan literatur [11], konsentrasi asam sulfat yang digunakan mempengaruhi %recovery pada proses pelindian pasta ilmenit. Pada jurnal tersebut disebutkan bahwa %recovery titanium meningkat dari konsentrasi asam sulfat 2 hingga 7 kemudian turun kembali [20]. Pada larutan asam, Ti (IV) akan berikatan dengan ion dan dan membentuk beberapa senyawa kompleks yang bergantung pada konsentrasi sulfat, beberapa bentuk Ti (IV) dalam larutan sulfat adalah TiOSO 4, [TiO(SO 4 ) 2 ] 2, [TiO(SO 4 ) 4 ] 6, Ti(OH) 3 HSO 4 dan [Ti(OH) 2 HSO 4 ] +, hal teresebut terjadi karena sifat Ti yang amfoter sehingga senyawa kompleks yang dapat terbentuk beragam. Dari data yang didapat, %recovery proses pelindian sangatlah rendah, sedangkan dari sampel pasir ilmenit 120# mengalami peningkatan jumlah Ti setelah peleburan dengan fluks NaOH dan aditif. Namun, jumlah Ti yang terkandung menurun setelah dilakukan proses pelindian. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pelindian dengan asam sulfat pada ph 3, 7, maupun 9 tidak efektif untuk dilakukan. Variasi nilai ph juga berpengaruh pada keberadaan Fe dalam endapan hasil pelindian. Berdasarkan hasil pengujian EDX sampel TiO 2 hasil pelindian beruapa endapan Ti(OH) x yang telah diroasting, jumah Fe yang dihasilkan berbeda-beda, berikut tabel jumlah Fe pada serbuk TiO 2 hasil roasting. Tabel 8. Kandungan Fe dalam Serbuk TiO 2 hasil Roasting Sampel Pasir Ilmenit ph 3 ph 7 ph 9 %Fe 28,45% 0,56% 0,17% 0,18%

11 Dari tabel 8, dapat dilihat penurunan jumlah kandungan Fe dari sampel awal berupa pasir ilmenit 120#. Pada sampel pasir ilmenit, jumlah Fe sebesar 28,45%. Penurunan jumlah tersebut dapat disebabkan karena adanya proses pencucian sampel hasil peleburan pasir ilmenit dengan fluks dan aditif berupa Na 2 TiO 3 + Fe 2 O 3 yang telah dihancurkan. Saat pencucian sampel tersebut dengan aquades, Fe 2 O 3 yang ada mengendap di dasar larutan sementara Na 2 TiO 3 terlarut bersama aquades, namun masih ada beberapa jumlah Fe yang terlarut, selain itu Fe dari H 2 SO 4 yang ditambahkan pada proses pelindian kemungkinan menyebabkan masih adanya jumlah Fe pada hasil pelindian. Neraca Material Neraca material merupakan hal penting dalam pengontrolan proses, khususnya dalam pengendalian hasil dari produk. Neraca material merupakan penerapan hukum kekekalan massa dimana massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Alur proses dari material titanium yang terkandung didalam setiap bagian dari setiap tahapan pengujian, dimulai dari awal material pengumpan yang digunakan kemudian pada tahap pelindian hingga tahap presipitasi dihitung dan disajikan dalam sebuah bentuk tabel neraca material pada kondisi optimum. Tabel 9. Neraca Material Proses Pelindian ph 3 ph 7 ph 9 Berat Ti Distribusi Berat Ti Distribusi Berat Ti Distribusi (mg) Ti (%) (mg) Ti (%) (mg) Ti (%) Umpan 38,4 100% 24,5 100% 22,2 100% Filtrat 27,1 70,6% 13,1 53,5% 10,9 49,1% Endapan 11,3 29,4% 11,4 46,5% 11,3 50.9% Tabel 9 menunjukkan bahwa pada proses pelindian didapatkan distribusi titanium yang terkandung dalam larutan pada masing-masing ph sebesar 70,6% untuk ph 3, 53,5% untuk ph 7, dan 49,1% untuk ph 9. Sisa dari kandungan titanium yang tidak terdapat dalam filtrat berada di dalam endapan Ti(OH) x yang memiliki distribusi titanium sebesar 29,4% untuk ph 3, 46,5% untuk ph 7, dan 50,9% untuk ph 9. Endapan Ti(OH) x yang didapat tersebut

12 kemudian diroasting untuk menguapkan air dan didapat serbuk TiO 2 yang kandungan Ti di dalamnya sangat rendah. Kesimpulan 1. Nilai ph pada proses pelindian mempengaruhi jumlah %recovery titanium dari pasir ilmenit 120# menjadi pigmen TiO 2. Pada ph 3 %recovery yang dihasilkan sebesar 50,82%, ph 7 25,82%, dan ph 9 21,39%. 2. Pigmen TiO 2 berhasil didapatkan dengan mengekstraksi pasir Besi Tasikmalaya berukuran 120# yang telah diseparasi secara magnetik dengan menggunakan metode hidrometalurgi melalui proses pelindian. 3. Jumlah kandungan Ti yang didapat pada pigmen TiO 2 yang dihasilkan sangat sedikit, hal tersebut dipengaruhi karena kadar Ti yang tertinggal pada filtrat proses presipitasi saat pelindian. Daftar Referensi [1] Zhang, W., et al. A Literature Review of Titanium Metallurgical Processes. Hydrometallurgy 108 (2011) [2] Middlemas, Scott, Z. Zak Fang, and Peng Fan. A New Method for Production of Titanium Dioxide Pigment. Hydrometallurgy (2013) [3] Baba, Alafara A., et al. Simultaneous Recovery of Total Iron and Titanium from Ilmenite Ore by Hydrometallurgical Processing. Association of Metallurgical Engineers of Serbia. Scientific Paper UDC: ; [4] DuPont Ti-Pure Titanium dioxide. Brochure. DuPont [5] Mehdilo, Akbar, Mehdi Irannajad. Iron Removing from Titanium Slag for Synthetic Rutile Production. Department of Mining and Metallurgical Eng. Amirkabir University of Technology, Iran. Physicochemical Problems of Mineral Processing ISSN [6] Diebold, Ulrike. The Surface Science of Titanium Dioxide. Surface Science Report 48 (2003) [7] Murty, CVGK, R. Upadhyay, S. Asokan. Electro Smelting of Ilmenite for Production of TiO 2 Slag. India

13 [8] Kuznesof, Paul M. Titanium Dioxide. Chemical and Technical Assessment [9] Sugiarto, Triadi. Studi Proses Ekstraksi Titanium Oksida dari pasir Besi Cilacap dengan Metode Pelindian Menggunakan Larutan Asam Klorida. Skripsi [10] Habashi, Fathi. Handbook of Extractive Metallurgy Volume 2: Primary Metals, Secondary Metals, Light Metals. Wiley-VCH [11] Nayl, A.A, H.F. Aly. Acid Leaching of Ilmenite Decomposed by KOH. Hydrometallurgy 97 (2009) [12] Campbell, W.C., Energy Dispersive X-Ray Emission Analysis. PetroChemical Division. Cleveland. Vol. 104 No [13] Potensi Pasir Besi di Kabupaten Tasikmalaya (1 April 2013) [14] Lam, Herman. Performance of UV-Vis Spectrophotometers. Canada

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa I. Z. Nadeak 1, Suratman 2, Soesaptri Oediyani 3 [1]Mahasiswa Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA

PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA AHMAD FUAD AZMI TANJUNG Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No 6

Lebih terperinci

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Ekstraksi Titanium Dioksida (TiO 2 ) Berbahan Baku Pasir Besi dengan Metode Hidrometalurgi Luthfiana Dysi Setiawati 1, Drs. Siswanto, M.Si 1, DR. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng 2 1 Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik.

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik. Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik Titik Indrawati 1, Siswanto 1, Nurul Taufiqu Rochman 2 1 Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA Riska Yudhistia A 1), Rachmat Triandi T 2), Danar Purwonugoho 3) 1) D-III Anafarma, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi

Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi LAPORAN PENELITIAN Recovery Logam Titanium Dioxide (TiO 2 ) dari Limbah Proses Pengambilan Pasir Besi Disusun Oleh : Mei Liana Sukarti 0931010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA Solihin, Nurhayati Indah Ciptasari, Tri Arini Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 470, Tangerang 15314 E-mail : solihin@lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

UJI KINERJA LARUTAN HCL PADA PROSES LEACHING LOGAM KOBALT DARI LIMBAH BATERAI LITHIUM-ION. Yuliusman dan Muhammad Resya Hidayatullah

UJI KINERJA LARUTAN HCL PADA PROSES LEACHING LOGAM KOBALT DARI LIMBAH BATERAI LITHIUM-ION. Yuliusman dan Muhammad Resya Hidayatullah UJI KINERJA LARUTAN HCL PADA PROSES LEACHING LOGAM KOBALT DARI LIMBAH BATERAI LITHIUM-ION Yuliusman dan Muhammad Resya Hidayatullah Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang elekronik seperti handphone, komputer dan laptop semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) M. H. A. Fatony *, T. Haryati, M. Mintadi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN H 2 SO 4 PADA SINTESIS TONER TERHADAP BENTUK, UKURAN PARTIKEL DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK Yuni Chairun Nisa 1, Siti Zulaikah, Nandang Mufti Jurusan Fisika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH Eko Sulistiyono*, F.Firdiyono dan Ariyo Suharyanto Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA

PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA Ahmad Royani Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 E-mail: ahmad.royani@lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada ASEAN 3+ (China, Japan and Korea) Ministers on Energy Meeting (AMEM+3) yang diadakan di Bali Indonesia pada tanggal 25 September 2013, para menteri menyepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D

BAB I PENDAHULUAN D BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat, hal ini disebabkan karena terbukanya pasar bebas di seluruh dunia. Semakin majunya

Lebih terperinci

DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 )

DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) Mariska Margaret Pitoi 1, Audy D. Wuntu 1 dan Harry S. J. Koleangan 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral logam merupakan kekayaan alam tak terbarukan yang mempunyai peranan penting sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satu mineral logam yang banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK BAB IV PEMBAHASAN Dalam pemurnian anoda, unsur-unsur pengotor dihilangkan dengan cara memisahkan mereka ke dalam terak melalui proses pemurnian oksidasi. Untuk mengetahui seberapa baik proses pemisahan,

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Laporan praktikum kimia logam dan non logam

Laporan praktikum kimia logam dan non logam Laporan praktikum kimia logam dan non logam natrium peroksoborat Nama Anggota Kelompok Ebsya Serashi James Marisi Yeshinta Risky Priasmara Putri Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

MAJALAH METALURGI (2015) 3: Available online at

MAJALAH METALURGI (2015) 3: Available online at MAJALAH METALURGI (2015) 3: 95-104 Available online at www.ejurnalmaterialmetalurgi.com PROSES PENGAMBILAN UNSUR MANGAN DAN BESI DARI LIMBAH PENGOLAHAN BIJIH MANGAN TASIKMALAYA Ariyo Suharyanto* dan Eko

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl Bintang Adjiantoro dan Efendi Mabruri Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung

Lebih terperinci

Studi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Waktu Radiasi Dan Jenis Reduktor

Studi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Waktu Radiasi Dan Jenis Reduktor JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 F-87 Studi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Waktu Radiasi Dan Jenis Reduktor I Putu Rian Utanaya Murta,

Lebih terperinci

ADSORPSI NIKEL DAN KOBALT PADA RESIN PENUKAR ION LEWATIT MONOPLUS TP 207 XL DALAM BEBERAPA LARUTAN SULFAT

ADSORPSI NIKEL DAN KOBALT PADA RESIN PENUKAR ION LEWATIT MONOPLUS TP 207 XL DALAM BEBERAPA LARUTAN SULFAT ADSORPSI NIKEL DAN KOBALT PADA RESIN PENUKAR ION LEWATIT MONOPLUS TP 207 XL DALAM BEBERAPA LARUTAN SULFAT Frideni G.F, G. A Wisma, M.Z. Mubarok, dan S. Purwadaria Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian Perolehan Kembali kel Dari Limbah Baterai -MH Dengan Metode Leaching H 2 S 4 Dan Ekstraksi Cair-Cair Menggunakan Ekstraktan Cyanex 272 Dalam Pelarut Kerosin Ir. Yuliusman, M.Eng dan Andhy Laksono Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS Mukharomah Nur Aini * dan Lies Indriati *Staf Peneliti Balai Besar Pulp dan Kertas BLEACHING PROCESS OF ZEOLITE AS PAPER FILLER ABSTRACT Utilization

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA Abdul Haris, Didik Setiyo Widodo dan Lina Yuanita Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung dalam sampel. Analisis EDX dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan Bogor. Analisis FTIR Sampel silika dan silikon dianalisis menggunakan Spektrometer

Lebih terperinci

LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR )

LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR ) PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 6 LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR ) LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID STUDI PELINDIAN MANGAN SECARA REDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM SULFAT A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID Ahmad Royani 1, Rudi Subagja 2 dan Azwar Manaf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengolahan konsentrat tembaga menjadi tembaga blister di PT. Smelting dilakukan menggunakan proses Mitsubishi. Setelah melalui tiga tahapan proses secara sinambung,

Lebih terperinci

Ferdinand Mangasi, Sutopo

Ferdinand Mangasi, Sutopo Studi Pengaruh Jumlah Kalium Hidroksida yang Digunakan Dalam Proses Recovery Timah dari Terak Timah Dengan Metode Roasting Menggunakan Pelindian Air Hangat Ferdinand Mangasi, Sutopo Departemen Teknik Metalurgi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya berperperan sebagai atom pusat

Lebih terperinci