I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

RISIKO HARGA BUNGA KRISAN CIPANAS DAN KRISAN PT DI PASAR BUNGA RAWABELONG, JAKARTA BARAT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

IV. METODE PENELITIAN

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

Kata Kunci: Margin keuntungan, Metode simpleks, Biaya tak langsung variabel, Heliconia.

STUDI TENTANG PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN HIAS DAN TANAMAN SAYUR DI KOTA BATU JAWA TIMUR PENDAHULUAN

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki masa depan cerah. dalam pemulihan perekonomian Indonesia di waktu mendatang.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi dan luas panennya. Produksi hortikultura pada tahun 2007 hingga 2008 terlihat mengalami peningkatan secara keseluruhan sebesar 7,43 persen. Sedangkan, luas panen hortikultura sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 7,86 persen 1. Peningkatan produksi serta luas panen tersebut mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi untuk berkontribusi pada pendapatan nasional. Subsektor hortikultura terbukti mampu memberikan kontribusinya pada pendapatan nasional. Kontribusi subsektor hortikultura tersebut terlihat pada nilai produk domestik bruto (PDB) hortikultura yang meningkat. Pada tahun 2007, PDB hortikultura sebesar Rp 76,79 trilliun, dan pada tahun 2008 PDB Hortikultura sebesar Rp 80,29 trilliun. Nilai tersebut menggambarkan adanya peningkatan PDB hortikultura sebesar 4,55 persen 2. Dengan peningkatan nilai PDB hortikultura tersebut, subsektor hortikultura memiliki peranan penting dalam berkontribusi di perekonomian nasional. Peningkatan nilai PDB hortikultura didukung oleh empat kelompok komoditas utama pada subsektor hortikultura, yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa buah-buahan memiliki rata-rata nilai kontribusi yang paling besar diantara ketiga kelompok komoditas lainnya. Sedangkan tanaman hias memiliki rata-rata nilai kontribusi yang paling kecil diantara kelompok komoditas yang lain. Namun demikian, sejak tahun 2005 hingga 2008, kontribusi nilai PDB tanaman hias terus mengalami peningkatan seperti ketiga kelompok komoditas lainnya. 1 2 Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/218 [Diakses pada 1 November 2012] Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008. http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/218 [Diakses pada 1 November 2012] 1

Tabel 1. Kontribusi Kelompok Komoditas pada PDB Hortikultura Tahun 2005-2009 No Kelompok Nilai PDB (Milyar Rp) Rata-rata Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009* 1 Buah-buahan 31.649 35.448 42.362 47.060 50.595 41.432 2 Sayuran 22.630 24.694 25.587 28.205 29.005 26.024 3 Biofarmaka 2.806 3.762 4.105 3.853 5.348 4.889 4 Tanaman Hias 4.662 4.734 4.741 5.085 4.109 3.727 Total Hortikultura 61.792 68.639 76.795 84.203 89.057 76.072 Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : Ditjen Hortikultura (2010) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2010, hortikultura didefinisikan sebagai semua hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika. Sedangkan, menurut Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo 2001), tanaman hias dan bunga potong digolongkan menjadi komoditas yang disebut florikultura. Pada komoditas bunga potong terdapat jenis-jenis bunga potong yang merupakan bunga potong unggulan untuk diusahakan. Jenis-jenis bunga potong tersebut adalah anggrek, mawar, krisan, anyelir, anthurium, gerbera, gladiol, sedap malam, bunga kecombrang, dan heliconia. Sedangkan untuk komoditas tanaman hias yang banyak diusahakan dan sudah diekspor adalah palm, pakupakuan, dan tanaman dracaena. Salah satu jenis bunga yang sudah dikenal dan banyak disukai oleh konsumen adalah bunga krisan. Saat ini, penggunaan bunga krisan tidak hanya untuk bunga potong. Selain sebagai bunga potong, bunga krisan juga digunakan untuk bahan dekorasi ruangan, vas bunga, serta rangkaian bunga. Bunga krisan sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Dengan semakin berkembangnya penggunaan bunga krisan oleh konsumen, maka dapat menyebabkan permintaan bunga krisan meningkat. Permintaan bunga krisan biasanya meningkat ketika hari-hari raya besar. Ketika itu pula harga bunga krisan cenderung tinggi. Harga bunga krisan juga akan 2

mengalami peningkatan ketika pasokan sedang rendah. Namun demikian, permintaan bunga krisan masih bersifat musiman, sehingga harga bunga krisan juga cenderung berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi permintaan musiman. Sedangkan, ketika bunga krisan sedang mengalami panen raya, harga bunga krisan mengalami penurunan. Hal tersebut karena pada saat panen raya terjadi penumpukan produksi bunga krisan, sehingga harga untuk bunga krisan menurun. Menurunnya harga bunga krisan tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan para pedagang dimana pendapatan pedagang akan berkurang karena adanya kerugian yang harus dihadapi. Kondisi harga bunga krisan yang tidak pasti dan berfluktuatif tersebut menyebabkan bunga krisan termasuk dalam komoditi yang berisiko terhadap harga di pasaran. Salah satu pasar yang menyediakan beragam bunga krisan adalah Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Pasar Bunga Rawabelong ini merupakan salah satu pasar yang menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) perdagangan tanaman hias yang menyediakan beragam bunga potong dan tanaman hias. Pasar ini merupakan pasar yang dijadikan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura (P3H) oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta. Umumnya, produsen tanaman hias dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memasarkan produknya di Pasar Bunga Rawabelong. Banyak konsumen tanaman hias yang datang dari berbagai daerah untuk membeli tanaman hias di Pasar Bunga Rawabelong. Dengan semakin berkembangnya permintaan yang pesat, Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias berkembang menjadi pusat promosi dan pemasaran bunga potong terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, Pasar Bunga Rawabelong dapat dijadikan acuan dalam industri florikultur di Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat merupakan pasar yang menyediakan beragam bunga dan merupakan pusat pemasaran dari beragam bunga dan tanaman hias. Di pasar ini beragam bunga dan tanaman hias dijual secara besar-besaran (grosir). Pada awalnya pasar ini merupakan pasar yang menyediakan bunga dan tanaman hias, namun seiring dengan waktu serta melihat adanya perkembangan permintaan akan bunga dan tanaman hias yang pesat di 3

pasar ini, maka pemerintah menjadikannya sebagai pusat pemasaran bunga dan tanaman hias. Dengan resminya pasar ini sebagai Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga/ Tanaman Hias, maka pasar ini dijadikan acuan para petani dan pedagang dalam menentukan harga dari produk mereka. Bunga Krisan (Chrysanthemum) merupakan salah satu bunga yang ditawarkan di Pasar Rawabelong. Terdapat dua jenis krisan yang ditawarkan, yaitu krisan cipanas dan krisan pt. Krisan cipanas merupakan bunga krisan yang dipasok dari petani bunga krisan. Sedangkan krisan pt merupakan bunga krisan yang pemasoknya berasal dari perusahaan penghasil bunga krisan. Secara umum, bunga krisan memiliki sumber pasokan yang cukup bagus. Hal tersebut terlihat dari adanya perkembangan dan peningkatan luas panen, hasil rata-rata, dan produksi bunga krisan yang meningkat setiap tahunnya (Tabel 2). Tabel 2. Perkembangan dan Peningkatan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Krisan di Indonesia Tahun 2005-2010 Tahun Luas Panen (m 2 ) Krisan Ratarata Hasil (tgk/ m 2 ) Produksi (m 2 ) Peningkatan/ Penurunan terhadap Tahun Sebelumnya Luas Panen Rata-rata Hasil Produksi Abso Absolut lut Absolut (m 2 % % ) (tgk/ (m 2 ) % m 2 ) 2005 2.076.546 6,9 47.465.794 - - - - - - 2006-1.939.039 6,05 63.716.256-137.507-6,62-0,85 12,32 16.250.462 32,24 2007 4.279.390 6,35 66.979.260 2.340.351 120,7 0,3 4,96 3.263.004 5,12 2008 6.559.170 10,13 101.777.126 2.279.780 53,27 3,78 59,49 34.797.866 51,95 2009 9.742.677 9,92 107.847.072 3.183.507 48,54-0,21-2,05 6.069.946 5,96 2010 10.024.605 17,58 185.232.970 281.928 2,89 7,66 77,22 77.385.898 71,76 Sumber : Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2010 Bunga krisan tidak hanya memilki luas panen, rata-rata hasil, dan produksi yang bernilai positif. Akan tetapi, permintaan bunga krisan juga memiliki nilai yang positif. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 1 yang menunjukkan volume penjualan bunga krisan cipanas dan pt di Pasar Bunga Rawabelong. Volume penjualan bunga krisan tersebut merupakan gambaran tentang jumlah permintaan bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Walaupun nilai permintaan bunga krisan cipanas dan pt bernilai positif, namun ternyata jumlah permintaan akan kedua bunga tersebut masih bersifat fluktuatif. 4

Gambar 1. Volume Penjualan Bunga Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Bulan Januari-Desember 2010 Jumlah pasokan dan permintaan bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong tidak selalu dalam jumlah yang tinggi. Penawaran bunga krisan biasanya meningkat ketika terjadi panen raya. Terjadinya panen raya tersebut menyebabkan menumpuknya persediaan bunga krisan. Sehingga, dengan keadaan tersebut akan membuat harga bunga krisan, baik bunga krisan cipanas ataupun krisan pt menurun. Harga bunga krisan juga akan menurun ketika jumlah permintaan bunga krisan sedang menurun dipasaran. Secara umum, permintaan bunga krisan masih bersifat musiman. Jumlah permintaan bunga krisan akan sangat tinggi ketika terjadi hari-hari besar. Harihari besar tersebut diantaranya adalah lebaran, tahun baru imlek, natalan, serta tahun baru masehi. Jumlah permintaan juga akan meningkat ketika terdapat kegiatan-kegiatan tertentu yang akan berlangsung, seperti pernikahan, seminar, dan lain-lain 3. Namun, jumlah permintaan serta waktu untuk kegiatan-kegiatan tertentu tersebut tidak dapat diperkirakan oleh pedagang. Sehingga menyebabkan ketidakpastian harga pada bunga krisan cipanas dan pt setiap harinya, dan menyebabkan harga kedua bunga krisan tersebut berfluktuasi (Gambar 2). 3 Katalog Bunga Potong dan Tanaman Hias. 2011. UPT Rawabelong Jakarta Barat. 5

2011 Gambar 2. Harga Rata-rata Penjualan Krisan Cipanas dan Krisan Pt di Pasar Bunga Rawabelong Jakarta Tahun 2010-2011 Adanya fluktuasi harga dari kedua bunga krisan tersebut menunjukkan adanya risiko yang harus ditanggung oleh pihak terkait yang mengusahakan kedua komoditas tersebut. Risiko harga merupakan salah satu risiko yang harus ditanggung. Harga dari suatu komoditas bisa meningkat secara drastis, namun bisa juga turun secara drastis dan dengan tiba-tiba. Kondisi harga yang bisa berubah secara tiba-tiba dan drastis tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi pihakpihak yang berkepentingan dengan bunga krisan, salah satunya bagi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis yang dapat membantu mengurangi kerugian-kerugian yang harus dihadapi oleh pedagang krisan di Pasar Bunga Rawabelong. Salah satu analisis yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis risiko harga bunga krisan cipanas dan krisan pt di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat. Dari permasalahan diatas, maka dapat dilakukan pengkajian dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana risiko harga dari bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong? 2. Bagaimana strategi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong dalam mengahadapi risiko harga? 6

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis risiko harga dari bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong 2. Mengidentifikasi strategi pedagang bunga krisan di Pasar Bunga Rawabelong dalam mengahadapi risiko harga 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terutama yang berhubungan dengan agribisnis pertanian. Bagi pedagang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan risiko harga dan besarnya kerugian yang akan dihadapi pedagang bunga krisan serta memberikan informasi strategi dalam meminimalisir risiko bagi para pedagang lainnya; baik bagi pedagang didalam maupun diluar Pasar Bunga Rawabelong. Bagi pemerintah khususnya Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk membuat kebijakan mulai dari produksi hingga pemasaran sehingga dapat mengurangi risiko harga dari komoditas bunga krisan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Dan bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1. Analisis risiko dilakukan melalui pengamatan terhadap fluktuasi harga masing-masing komoditi dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan nilai VaR (Value at Risk). 2. Identifikasi strategi pengurangan risiko dilakukan dengan pendekatan kualitatif. 3. Analisis risiko yang dilakukan didasarkan pada fluktuasi harga bunga krisan yang terdapat di pasar bunga Rawabelong, Jakarta Barat. 7