BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1977). Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

Abstrak. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat dari harga

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, yaitu perusahaan dapat menyerap lapangan pekerjaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi perokonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan


BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemenuhan secara etika tidak hanya profit yang menjadi tujuan

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan perusahaan dibutuhkan untuk memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya, yaitu : Perseroan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan melakukan ekspansi tentunya membutuhkan tambahan dana yang besar. Pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Pasar modal merupakan penghubung antara perusahaan dengan para pemodal (investor) melalui perdagangan instrumen keuangan berupa saham atau obligasi. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan investasi untuk membeli, menjual, ataupun mempertahankan kepemilikan sahamnya. Keputusan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh persepsi investor atas perusahaan itu sendiri. Persepsi investor merupakan penilaian atau pengamatan investor atas perusahaan. Dalam proses ini investor dituntut untuk memberikan penilaian terhadap perusahaan yang dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi inilah yang akan mendorong investor untuk memutuskan sikap atas investasi yang akan dilakukan, di sisi lain persepsi bersifat individu sehingga tiap individu akan memiliki penilaian yang berbeda pula. Melihat kenyataan ini pengetahuan atau pemahaman terhadap 1

persepsi investor sangat diperlukan oleh perusahaan dalam menyusun strategi ataupun kebijakan yang dapat meningkatkan penilaian positif investor atas perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Hermuningsih dan Wardani, 2009). Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Agustina (2012) menyatakan harga saham yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya kepada kinerja perusahaan saat ini, namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kepercayaan investor atau persepsi investor terhadap perusahaan tersebut. Jogiyanto (2012) menyatakan apabila pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Apabila calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. Chandra (2010) menyatakan harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata para investor, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata investor juga baik dan begitu juga sebaliknya. Melalui pemahaman ini, harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. 2

Tabel 1.1 Closing Price Bulanan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Sumber: http://finance.yahoo.com (2014) Tabel 1.1 menunjukkan harga saham yang sering mengalami gejolak naik atau turun setiap saat. Ini menandakan persepsi investor terhadap suatu perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut juga dipengaruhi oleh variabel lain. Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan laporan tahunan kepada bursa efek dan para investor. Informasi yang terkandung dalam laporan tahunan ini sering dijadikan dasar bagi para investor untuk membuat keputusan investasi sehingga persepsi investor akan berubah sesuai dengan apa yang mereka dapatkan dalam laporan tahunan perusahaan. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan tahunan adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Nurlela dan Islahuddin (2008) menyatakan CSR merupakan suatu gagasan dimana perusahaan tidak lagi dihadapkan pada Single Bottom Line, yaitu nilai 3

perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Lines. Bottom Lines lainnya selain finansial adalah sosial dan lingkungan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidupnya. Arik (2013) menyatakan pada dasarnya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar. Legitimasi perusahaan dimata stakeholder dapat dilakukan dengan integritas pelaksanaan etika dalam berbisnis (business ethics integrity) serta meningkatkan tanggungjawab sosial perusahaan (social responsibility). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat. Pemerintah Indonesia sudah menyadari pentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan yang terbukti dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007, khususnya pada pasal 74 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan 4

lingkungan. Hal ini semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas pada pasal 6 dinyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan dalam RUPS. Setelah UU Nomor 40 Tahun 2007 mewajibkan perusahaan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, PP Nomor 47 Tahun 2012 telah mewajibkan perusahaan tersebut untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. PP Nomor 47 Tahun 2012 ini tidak menghalangi perseroan lainnya berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Klausul mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan telah dimuat dalam UU tersebut, namun luas pengungkapan mengenai CSR sendiri belum diatur dan hanya beberapa perusahaan saja yang wajib mengungkapkan pelaksanaannya. CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua 5

stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan karena salah satu dasar pemikiran yang melandasi etika bisnis sebuah perusahaan. Semakin banyak perusahaan mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan, maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata investor, kreditor, ataupun masyarakat. Pengungkapan CSR yang dijelaskan dalam teori persinyalan (Signalling Theory) dikatakan sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada pihak stakeholders yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perusahaan dan pasar modal dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan persepsi investor terhadap perusahaan (Rustiarini, 2010). Rustiarini (2010) menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan 6

direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham sehingga perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik dapat meningkatkan persepsi investor yang tercermin dalam harga sahamnya. Retno dan Priantinah (2012) menyatakan CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam jangka panjang penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Menurut Darwin (2004) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR apabila dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, diantaranya : dapat mempererat komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan, mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier, dan pangsa pasar. 7

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh pengungkapan CSR pada nilai perusahaan yang merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, namun hasilnya masih beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi dan Anwar (2012) menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Hal ini dipertegas oleh Kusumadilaga (2010) yang menemukan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Plumlee et al. (2010) menemukan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Adanya keberagaman hasil ini menyiratkan adanya kemungkinan variabel pemoderasi yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara kedua variabel tersebut. Perusahaan yang dapat memperoleh laba besar dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja keuangan yang baik (Agustina, 2012). Menurut Brigham dan Houston (2001) profitabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Sujoko dan Soebintoro (2007) menjelaskan profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan investor pada perusahaan sehingga persepsi investor meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh pada nilai perusahaan. Selanjutnya, profitabilitas digunakan sebagai variabel moderating dalam penelitian ini karena profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan untuk 8

menentukan keefektifan kinerja perusahaan. Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan CSR (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Karena profitabilitas berbanding lurus dengan CSR sehingga secara tidak langsung profitabilitas juga akan dapat mengubah persepsi investor. Handoko (dalam Arik, 2013) menyatakan bahwa semakin besar profitabilitas suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan aset. Secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial perusahaan dengan persepsi investor. Pengungkapan sosial perusahaan dapat diwujudkan melalui kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja yang dilakukan perusahaan didalam memperbaiki lingkungannya (ekonomi, lingkungan dan sosial), maka nilai perusahaan semakin meningkat dan akibatnya para investor akan tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan. Heinze (1976) (dalam Hackstone & Milne, 1996) menyatakan profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial kepada pemegang saham, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi social. Bowman dan Haire (dalam 9

Kusumadilaga, 2010) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CSR akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat. Oktariani (2013) dan Wardani (2013) yang menemukan bahwa profitabilitas mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) dan Wirokosumo (2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada tingkat pengungkapan CSR. Manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Hani dan Surya (2013) menyatakan manajemen yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham yang di jelaskan dalam (Agency Theory) hubungan antara manajemen dan pemegang saham sehingga dapat dikatakan hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Hermawati (2011) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan salah satu dari struktur kepemilikan saham yang dapat mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal 10

mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Hal tersebut secara tersirat menyatakan dengan adanya kepemilikan manajemen yang tinggi maka manajemen juga akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan yang berkaitan dengan harga saham perusahaan. Harga saham yang semakin meningkat mencerminkan persepsi investor terhadap perusahaan juga semakin meningkat. Manajemen yang memiliki saham perusahaan akan merasakan keuntungan dari semakin meningkatnya persepsi investor ini, sehingga akan melakukan hal yang dapat meningkatkan harga saham yang mencerminkan persepsi investor terhadap perusahaan, salah satunya melalui pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan kepemilikan manajemen sebagai variabel pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR terhadap persepsi investor. Direksi, manajer, dan dewan komisaris yang sekaligus merupakan pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham juga akan meningkat. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di dalam program corporate social responsibility. Naik turunnya nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Hanni dan Surya (2013) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan kepentingannya sendiri. Sehingga, beberapa penelitian menjadikan 11

kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara pengungkapan corporate social responsibility dan nilai perusahaan. Ramadhani dan Hadiprajitno (2012) meneliti pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan persentase kepemilikan manajemen sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian Ramadhani dan Hadiprajitno (2012) menemukan bahwa kepemilikan manajemen memiliki pengaruh sebagai variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) menemukan bahwa persentase kepemilikan manajemen dalam penelitian ini tidak memoderasi hubungan antara CSR dan nilai perusahaan. Hasil yang berbeda ini memotivasi penelitian ini untuk meneliti kembali pengaruh moderasi kepemilikan manajemen dalam hubungan pengungkapan CSR pada persepsi investor. Indeks Kompas 100 dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena Indeks Kompas 100 merupakan salah satu indeks yang berperan serta dalam pasar modal. Indeks Kompas 100 adalah suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang terpilih untuk dimasukan dalam Indeks Kompas 100 ini selain memiliki frekuensi transaksi, nilai transaksi, kapitalisasi pasar, fundamental dan performa kinerja emiten yang paling baik, juga merupakan perusahaan yang dekat dengan masyarakat dan paling rentan terhadap isu-isu lingkungan yang terjadi sehubungan dengan masyarakat sekitar. 12

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai variabel yang mempengaruhi persepsi investor dan adanya perbedaan hasil dalam penelitian tersebut maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh CSR terhadap persepsi dan apakah profitabilitas dan kepemilikan manajemen memoderasinya. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi investor dengan judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Persepsi Investor Dengan Profitabilitas Dan Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel PemoderasiPada Perusahaan Indeks Kompas 100 Selama Periode 2011-2014. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dinyatakan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah pengungkapan Social Corporate Responsibility berpengaruh signifikan terhadap persepsi investor pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 selama periode 2011-2014? 2) Apakah Profitabilitas memperkuat pengaruh signifikan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap persepsi investor pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 selama periode 2011-2014? 3) Apakah Kepemilikan Manajemen memperkuat pengaruh signifikan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap persepsi investor 13

pada perusahaan yang terdaftar di indeks kompas 100 selama periode 2011-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap persepsi investor pada perusahaan yang terdaftar di indeks kompas 100 selama periode 2011-2014. 2) Untuk mengetahui Profitabilitas memperkuat pengaruh signifikan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap persepsi investor pada perusahaan yang terdaftar di indeks kompas 100 selama periode 2011-2014. 3) Untuk mengetahui Kepemilikan Manajemen memperkuat pengaruh signifikan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap persepsi investor pada perusahaan yang terdaftar di indeks kompas 100 selama periode 2011-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis 14

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh pengungkapan CSR pada persepsi investor dengan profitabilitas dan kepemilikan manajemen sebagai variabel pemoderasi. 2) Kegunaan Praktis Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan masukan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek ataupun yang akan mendata mengenai pentingnya persepsi investor dan hal-hal apa saja yang berpengaruh pada persepsi investor sehingga perusahaan tersebut dapat menggunakan strategi yang tepat dalam mendapatkan dana tambahan yang diperlukan dalam ekspansi usaha. Selain itu penelitian ini juga diharapkan memberikan pertimbangan bagi para investor dalam melakukan keputusan investasi dengan tidak hanya melihat dari aspek keuangan atau finansial dari suatu perusahaan saja tetapi juga dari aspek tanggung jawab sosial dan lingkungan. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai skripsi ini maka penulisannya disusun berdasarkan atas beberapa bab sistematis sehingga antar bab mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan 15

Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini meliputi latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. BAB II Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan objek penelitian yang meliputi teori sinyal (Signalling Theory), teori legitimasi, agency theory, persepsi investor, hubungan antara variabel dan rumusan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV Pembahasan Bab ini membahas gambaran umum Perusahaan dan pembahasan hasil penelitian. BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan diuraikan simpulan dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang dipandang perlu baik untuk pihak manajemen perusahaan maupun penelitian selanjutnya. 16