TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

TINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Hutan Sebagai Pengatur Sistem Hidrologi. Hutan mempunyai manfaat sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo. Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau,

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

KEADAAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

TINJAUAN PUSTAKA. 3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melalui proses intersepsi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

PENDAHULUAN. Latar Belakang

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

Bab 1 Pendahuluan I - 1

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. manusia, mulai dari tempat hidup, hingga sumber mata pencaharian. Pertanian

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI MENGENAI KOEFISIEN ALIRAN SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Air Manfaat hutan berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: manfaat marketable dan manfaat non marketable. Manfaat hutan marketable adalah kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar, dan lain-lain. Manfaat hutan marketable adalah barang dan jasa hasil hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya seperti: beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible (Affandi, dkk, 2004). Air merupakan sumberdaya yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumberdaya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003). Air adalah segala-galanya bagi kehidupan juga peradaban bagi manusia, bagi tanaman dan hewan, bagi pertanian, bagi industri dan bagi keseimbangan alam. Persediaan air yang mencukupi pada saat yang tepat dan dengan kualitas yang memadai adalah persoalan hidup dan mati. Manusia mungkin dapat bertahan hidup selama beberapa minggu tanpa makan tetapi tanpa air ia hanya akan bertahan hidup paling lama selama sepuluh hari. Pertumbuhan populasi penghuni bumi dan perkembangan peradaban membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan air bersih. Ini berarti permintaan agregat (agregate demand) pasti

akan naik sementara penawaran agregat (agregate supply) relatif konstan bahkan dapat dikatakan menurun jika faktor pencemaran turut diperhitungkan (Dumairy, 1992). Kebutuhan dan Pemakaian Air Guna memenuhi kebutuhan akan air berbagai cara dan upaya yang dilakukan manusia untuk mengatasi masalah-masalah keairan yang dihadapinya. Menemukan sumber-sumber air baru, membangun dam, memurnikan air kotor, mendesalinasikan air laut dan menciptakan hujan buatan adalah beberapa contoh (Dumairy, 1992). Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik. Air untuk keperluan pertanian (irigasi) pada umumnya bersumber dari sungai, danau/waduk dan air tanah. Air sungai mempunyai sifatsifat umum sebagai berikut: 1. Debitnya cukup besar dibandingkan dengan sumber-sumber air alami lainnya; besar debitnya itu sendiri tidak konstan melainkan tergantung musim dan lokasinya. 2. Kualitas dan suhunya pada umumya baik, karena banyak mengandung lumpur dan larutan zat-zat tertentu yang sangat berguna bagi lahan, di samping itu suhu airnya hampir sama dengan suhu udara atmosfir.

3. Pengambilan airnya relatif mudah, tergantung pada topografi daerah sumber dan daerah pertanian yang dialiri (Dumairy, 1992). Kebutuhan air untuk suatu areal pertanian dapat secara menyeluruh atau total dan dapat dilihat secara bagian demi bagian atau parsial. Kebutuhan air secara parsial bermacam-macam tergantung dari bagian mana kita melihatnya. Kebutuhan air secara parsial dibedakan atas kebutuhan air tanaman, kebutuhan air pada tingkat usaha tani, dan kebutuhan air irigasi. Disamping itu, berdasarkan corak pertaniannya, dibedakan atas kebutuhan air di persawahan dan kebutuhan air di perladangan. Kebutuhan air di persawahan dihitung berdasarkan dalamnya kebutuhan air dikalikan dengan luas daerah yang diirigasi. Kebutuhan air di perladangan dihitung berdasarkan luas dikalikan laju evapotranspirasi (Dumairy, 1992). Kebutuhan air bagi sektor pertanian, sumber pangan manusia sangat luar biasa besarnya. Sebagai contoh untuk memperoleh satu kilogram padi dibutuhkan air sekitar 6.500 liter. Air dalam kehidupan tanaman berfungsi sebagai penjamin kelangsungan proses fisiologi dan biologi pertumbuhannya, yaitu: a. untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) b. untuk proses asimilasi c. sebagai pelarut unsur-unsur hara d. sebagai media pengangkut unsur-unsur dalam tubuh tanaman e. sebagai pengatur tegangan sel dan bagian dari tanaman itu sendiri f. memberikan kelembaban pada tanah dan pencucian garam-garam dalam tanah. (Dumairy, 1992).

Permasalahan Sumber Daya Air Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumberdaya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung kepada sumberdaya air secara seksama (Effendi, 2003). Pertumbuhan penduduk di perkotaan menyebabkan penyediaan air bersih menjadi penting bagi kelayakan hidup masyarakatnya. Pada kota-kota yang penduduknya relatif mampu secara ekonomi, masyarakat dapat memperoleh air dengan mudah karena investasi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan air memiliki dana yang lebih dari cukup. Dengan sendirinya masyarakat mendapat air dengan nilai ekonomis yang murah. Namun, hal itu sama sekali berbeda bila dibandingkan dengan pedesaan yang belum terjangkau jaringan pipa dan penduduknya miskin. Mereka harus membayar dengan mahal untuk memperoleh layanan air (Sunaryo dkk, 2004). Ketersediaan air permukaan selalu berubah-ubah tergantung musim dan kemampuan mengelola prasarana pengendalian air. Pasokan air untuk irigasi cenderung berkurang karena digunakan untuk keperluan lain seperti pasokan untuk keperluan domestik dan industri. Semakin terbatasnya air irigasi akan memacu konflik antara petani hulu dan petani hilir. Sungai yang melintasi lebih dari satu wilayah administrasi seperti kabupaten/kota atau provinsi selalu memiliki potensi konflik baik antara sektor-sektor hulu dan hilir maupun antar wilayah administratif (Sunaryo, dkk, 2004).

Konservasi air ditujukan tidak hanya meningkatkan volume air tanah tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaanya sekaligus memperbaiki kulaitasnya sesuai dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek ganda antara lain yaitu mengurangi biaya kerugian akibat banjir, menguragi biaya pengolahan air, mengurangi ukuran jaringan pipa dan lain sebagainya. Konservasi air yang baik yaitu menyimpan air di kala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang produkstif. Sehingga konservasi air domestic berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, MCK, dan penggunaan-penggunaan lainnya. Konservasi air industri berarti pemakainan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu produk. Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya (Suripin, 2001). Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya perairan. Namun, asas tersebut sering diabaikan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan sehingga orientasi kolektif terhadap pelestarian aspek lingkungan sungai masih rendah. Pemanfaatan lahan di sempadan sungai untuk keperluan pemukiman, pertanian dan usaha lain yang mengganggu kelancaran pengaliran air merupakan contoh khas dari diabaikannya aspek lingkungan sungai. Demikian juga dengan praktik-praktik membuang sampah ke perrairan terbuka merupakan bukti dari sikap meremehkan kelestarian sumber daya air (Sunaryo, dkk, 2004). Dari fakta yang ada, tampak sumber daya air belum mendapatkan perlindungan secara maksimal untuk menghindari terjadinya kekurangan air yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran sumber air, penggundulan hutan yang

mengakibatkan erosi tanah, banjir serta terganggunya fungsi penyerapan air, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan, berubahnya fungsi daerah tangkapan air, serta distribusi air yang tidak merata menunjukkan bahwa perhatian terhadap kelestarian sumberdaya ini perlu secara total ditingkatkan. Disisi lain harga air apapun bentuk produk yang dijual, umumnya belum mencerminkan harga yang sebenarnya. Penentuan harga ini umumnya belum sepenuhnya memasukkan biaya kerusakan lingkungan yang terjadi. Bahkan dapat dilihat baha beberapa produk air dapat dimanfaatkan secara bebas tanpa biaya, misalnya pemanfaatan air tanah dengan pompa oleh masyarakat. Akibatnya, masyarakat dan pelaku ekonomi tidak mempunyai dorongan untuk bertindak efisien dan efektif dalam memanfaatkan air (Kodoatie, 2002). Fenomena umum yang terjadi di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika menunjukkan lebih dari 75 persen air digunakan untuk kegiatan pertanian dengan tingkat efisien penggunaan yang rendah sangat rendah. Oleh sebab itu, peningkatan efisiensi irigasi dapat berperan sebagai salah satu cara yang sangat strategis untuk memecahkan masalah kelangkaan air, baik di sektor pertanian itu sendiri maupun sektor lain yang terkait (Sumaryanto dan Sinaga, 2008). Secara garis besar ada tiga simpul strategis yang tercakup dalam peningkatan efisiensi irigasi. Pertama, pengembangan persepsi publik bahwa air irigasi adalah barang ekonomi yang berharga. Kedua, berdasarkan prinsip itu dikembangkan insentif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya tersebut atau optimasi pola pengusahaan komoditas pertanian berdasarkan air yang tersedia. Ketiga, kebijakan yang ditujukan untuk mengantisipasi dampak negatif yang terjadi karena implikasinya terhadap pasokan pangan tidak selalu sinergis dengan upaya pengurangan kemiskinan (Sumaryanto dan Sinaga, 2008).

Kualitas Air Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai kualitas dari masingmasing golongan yaitu: 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai baku air minum 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003). Penilaian Ekonomi Sumber Daya Air Masalah pokok pada penggunaan penggunaan sumber-sumber air adalah adanya anggapan bahwa air merupakan suatu barang bebas (free goods) yang disediakan oleh alam. Anggapan ini membuat setiap orang merasa bebas menggunakan air tanpa membayar dengan harga tertentu (Marsono, 2004). Jasa kualitas lingkungan, kemudahan alami, udara bersih, serta air bersih sering dapat digolongkan ke dalam barang publik. Karena tidak mungkin atau berfaedah untuk memaksa semua orang yang menikmati manfaat perbaikan kualitas lingkungan untuk membayarnya dan biasa dikenal dengan masalah pengenyam gratis permintaan tersirat diambil sebagai petunjuk kesediaan membayar seseorang dan harus diukur dengan teknik penilaian tidak langsung (Hufschmidt, dkk, 1992).

Saat ini berbagai manfaat sumber daya hutan masih dinilai sangat rendah sehingga timbul eksploitasi secara berlebihan. Hal ini disebabkan masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat SDH secara komprehensif. Kerusakan hutan yang sudah sangat mengkhawatirkan menghadapkan semua pihak untuk merenungkan kembali apakah nilai ekonomi SDH yang sebenarnya sudah diperhitungkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan. SDH menghasilkan bukan hanya kayu dan non kayu, tertapi juga intangible produk seperti jasa lingkungan yang berasal dari keberadaan hutan seperti air, penyerapan dan ekowisata yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik dalam lokal, nasional dan global (Ginoga, dkk, 2007). Pendekatan statistik sudah lama dipakai untuk menganalisis sistem alami. Berbagai metode statistik telah diterapkan pada berbagai masalah dan hubungan yang beraneka ragam. Pendekatannya bertalian dengan penentuan hubungan yang secara statistik penting antara variabel tak bebas dan sejumlah variabel bebas. Variabel tak bebas merupakan indikator kualitas lingkungan dan variabel bebas adalah variabel sisa buangan, variabel iklim serta variabel lain yang mencerminkan karakteristik sistem alami yang dianalisis, seperti kedalaman tanah, kecuraman dan tinggi permukaan tanah dari laut (Hufschmidt, dkk, 1992).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas DAS Deli Sungai Deli adalah salah satu sungai terpanjang di Propinsi Sumatera Utara dan merupakan sungai terpanjang di Kota Medan. Aliran sungai ini dimulai dari bagian hulu di Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang dan mengalir melintasi Kota Medan, hingga ke bagian hilir di Desa Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Letak Sub DAS tersebut dalam DAS antara lain : Sub DAS Petani terletak di hulu, yakni ujung selatan berbatasan langsung dengan DAS yang alirannya mengalir ke selatan. Sub DAS Simai-mai berada di bagian hulu sebelah timur Sub DAS Petani, berbatasan langsung dengan DAS Percut. Sub DAS Deli terletak di tengah berbatasan langsung dengan Sub DAS Simai-mai, DAS Percut dan Sub DAS Babura. Sub DAS Babura dijumpai di tengah berbatasan dengan Sub DAS Petani, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli dan Sub DAS Sei Kambing (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Panjang dan kemiringan DAS Deli Panjang dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu kelas I (datar), kelas II (landai), kelas III (agak curam), kelasiv (curam), kelas V

(sangat curam). Panjang dan kemiringan lereng DAS Deli tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Panjang dan kemiringan DAS Deli Kelas Lereng Luas (Ha) Luas (%) I II II IV V < 5 % 5 15 % 15 35 % 35 50 % > 50 % 32.581 7.445 6.273 1.521 342 67,65 15,46 13,03 3,16 0,71 Jumlah 48.162 100,00 Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2003). Penutupan lahan atau penggunaan lahan Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti permukiman dan sebagainya. DAS Deli memiliki bentuk penggunaan lahan yang dapat dikelolmpokkan menjadi 12 kategori penutupan lahan. Lahan berupa hutan dijumpai pada bagian hulu DAS (Sibolangit ke selatan) dan di bagian pantai (Hamparan Perak). Hutan dibagian hulu biasanya didominasi oleh jenis-jenis campuran, sedang hutan pantai ditempati dengan jenis-jenis bakau. Masing masing jenis dan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Penggunaan lahan DAS Deli Kelas Luas (Ha) Luas (%) Hutan Belukar Kebun rakyat Perkebunan Sawah Tanaman Campuran 3.655 2.068 285 2.284 8.143 16.154 7,59 4,29 0,59 4,74 16,91 33,54 Tegalan 1.836 3,81 Perkebunan Tembakau 5.628 11,69 Alang-alang 479 0,99 Rawa 69 0,14 Pemukiman 5.374 11,16 Lain-lain 2.187 4,54 Jumlah 48.162 100 Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2003).

Jenis tanah Berdasarkan peta tanah DAS Deli terdapat jenis tanah yang tersebar menurut fisiografinya, yaitu yang berada di wilayah daratan dan yang terdapat di wilayah perbukitan hingga pegunungan. Peta tanah daerah DAS Deli didominasi oleh jenis hidromorfik kelagu glei seluas 22.688 Ha (47,11 %) dan podsolik coklat kekuningan seluas 11.307 Ha (23,48 %). Penyebaran pada wilayah DAS Deli dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Jenis tanah pada DAS Deli Jenis tanah Luas (ha) Persentase (%) Hidromorfik Kelabu Glei 22.688 47,11 Latosol Coklat 6.604 13,71 Podsolik Merah Kuning 2.497 5,18 Podsolik Coklat Kekuningan 11.307 23,48 Podsolik,Litosol,Regosol 5.066 10,52 Jumlah 48.162 100 Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2003).