1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik pada Tahun 2009 Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan dari peternakan mengalami peningkatan. Pada Tabel 1 dapat dilihat mengenai produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (miliar rupiah). Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha 2008 2009 Tanaman Bahan Makanan 349.795,0 418.963,9 Tanaman Perkebunan 105.969,3 112.522,1 Peternakan 82.676,4 104.040,0 Kehutanan 40.375,1 44.952,1 Perikanan 137.249,5 177.773,9 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 Salah satu komoditas unggulan agribisnis perternakan unggas yang dapat dikembangkan adalah ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis ayam ras yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Salah satunya adalah pemeliharaan yang hanya lima sampai enam minggu sudah dapat dipanen, sehingga modal yang ditanamkan akan cepat kembali (Rasyaf, 2009). Pengelolaan usaha ternak ayam broiler di masyarakat semakin berkembang dan meluas. Di Indonesia usaha ternak ayam broiler juga sudah dijumpai hampir disetiap provinsi. Usaha ini berkembang dengan pesat di berbagai provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dari sepuluh provinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia (Dirjen Peternakan, 2007). Daerah asal pemasukan dan ternak komoditas unggas di Jawa Barat berasal dari Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, dan Depok. Pada Tabel 2 dapat dilihat mengenai informasi populasi ternak ayam di Kota Bogor. Berdasarkan data tersebut dapat 1
dinyatakan bahwa pertumbuhan populasi unggas di Kota Bogor terjadi pada komoditas ayam broiler yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 2. Populasi Ternak (ekor) di Bogor 2006 2008 Ternak 2006 2007 2008 Ayam Buras 291.085.000 272.251.000 290.803.000 Ayam Layer 100.202.000 111.489.000 116.474.000 Ayam Broiler 797.527.000 891.659.000 1.075.885.000 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 Data perkembangan populasi ternak ayam broiler selama kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu 2006 sampai 2008 mengalami peningkatan. Sektor peternakan selain berperan dalam bidang ekonomi, juga berperan dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi diikuti dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup, dan pendapatan sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan akan protein hewani. Seiring meningkatnya tingkat pendidikan di kalangaan masyarakat maka dapat menyebabkan seseorang selektif dalam memilih suatu produk untuk dikonsumsi. Hal ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi daging yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani. Untuk itu perlu diimbangi dengan peningkatan produksi dari produk produk peternakan. Salah satu sumber protein hewani yang sangat mendukung ketersediaan protein adalah daging ayam broiler. Pada Tabel 3 dapat dilihat rata rata konsumsi protein per kapita pada tahun 2007 2009 menurut kelompok makanan. Tabel 3. Rata rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan 2007 2009 No Komoditas 2007 2008 2009 1 Padi-padian 23.33 22.43 22.75 3 Ikan 7.49 7.77 7.94 4 Daging Ayam 1.95 2.4 2.62 5 Telur dan susu 2.51 3.23 3.05 Jumlah 35.28 36.05 36.14 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 2
Rata rata konsumsi protein per kapita pada tiga tahun terakhir menunjukan bahwa permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah di Indonesia. Salah satu langkah yang dapat ditempuh dalam memenuhi permintaan adalah dengan meningkatkan produksi. Peningkatan produksi yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan tatalaksana pemeliharaan yang baik dan benar. Oleh sebab itu, peternakan ayam broiler memiliki peluang yang sangat baik untuk dikembangkan dimasa kini dan mendatang. Peluang ini didukung oleh semakin tingginya konsumsi protein hewani serta adanya kesempatan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Hal inilah yang mendorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler ini. Namun demikian kondisi peternakan Indonesia dihadapkan pada permasalahan pengusahaan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, serta manajemen sumberdaya yang kurang. Peternakan dengan skala ekonomi kecil masih dihadapkan pada permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi dan ketidakjelasan informasi pasar. Selain itu peternakan skala kecil menghadapi masalah lain seperti ketersediaan sarana produksi peternakan seperti DOC, pakan, obat obatan, dan vitamin. Pada Tabel 4 dapat dilihat jumlah perusahaan peternakan ayam broiler menurut badan hukum. Tabel 4. Jumlah Perusahaan Peternakan Ayam Broiler Menurut Badan Hukum di Indonesia Badan Hukum 2006 2007 2008 2009 CV, PT, Firma 87 106 163 222 Koperasi 19 25 25 33 Perorangan 2.617 3.248 3.289 2.710 Sumber : Badan Pusat Statistik 2009 Berdasarkan pada Tabel 4 menunjukan bahwa peternakan ayam broiler di dominasi oleh peternakan rakyat mandiri. Akan tetapi, setahun terakhir perusahaan perorangan yang dikelola oleh rakyat mengalami penurunan. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di sektor peternakan khususnya peternakan ayam broiler yaitu dengan adanya lembaga lembaga kemitraan. Hal tersebut adalah basis yang melatarbelakangi munculnya konsep kemitraan. 3
Landasan peraturan mengenai kemitraan di Indonesia diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Artinya diperlukan suatu kerjasama yang sinergis antara peternak atau usaha kecil yang memiliki lahan dan tenaga kerja dengan perusahaan besar yang mempunyai modal dan tenaga ahli, dibawah pengawasan pemerintah dengan tujuan untuk menggali potensi peternakan. Kemitraan merupakan suatu strategi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya peternak kecil. Pada pola kemitraan pihak perusahaaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen yang modern dan kepastian pemasaran hasil, sedangkan pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak pengusaha besar. Sinergi antara pihak yang memiliki modal kuat, teknologi maju, manajemen modern dengan pihak yang memiliki lahan, dan tenaga kerja dapat menghasilkan tingkat efisiensi dan produktivitas yang optimal. Tujuan kemitraan usaha agribisnis adalah untuk membantu para pelaku agribisnis (peternak dan pengusaha serta pihak pihak terkait) dalam mengadakan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan dan bertanggung jawab. Pandangan teoritis mengenai kemitraan menyatakan bahwa kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi sumberdaya yang dimiliki oleh pihak pihak yang bermitra dan hal tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra. Selain itu, kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Sebagai upaya untuk mewujudkan kemitraan usaha yang mampu memberdayakan ekonomi rakyat sangat dibutuhkan adanya kejelasan peran masing masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut. Peranan perusahaan dan lembaga lembaga kemitraan kepada peternak mitra adalah memberikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak mitra seperti pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi. Kemudian menyusun rencana usaha dengan peternak mitra untuk disepakati bersama. 4
Perusahaan mitra juga mempunyai peran sebagai penyandang dana atau penjamin kredit, memberikan pelayanan dan penyediaan sarana produksi untuk keperluan usaha bersama. Menjamin pembelian hasil produksi pengusaha mitra sesuai dengan kesepakatan. Promosi hasil produksi untuk mendapatkan pasar yang baik. Serta pengembangan teknologi yang mendukung pengembangan usaha dan keberhasilan kemitraan. Peran perusahaan dan lembaga lembaga agribisnis ini sangat membantu petani peternak yakni dalam menyiapkan sarana produksi berupa bibit (Day Old Chick), pakan, obat obatan, vaksin, vitamin dan pemasaran hasil peternakan dengan pola kemitraan. Mengingat potensi potensi, serta manfaat yang dapat ditimbulkan dalam kemitraan agribisnis. Kemitraan sangat penting bagi peternak ayam broiler. Diharapkan dengan keberadaan perusahan mitra, peternak mandiri sebagai pelaku agribisnis mendapatkan manfaat dalam kemitraan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga untuk menjamin ketersediaan daging di pasar, mendapatkan pelatihan pemeliharaan dan kualitas ayam yang baik, serta mendapat jaminan pasokan sarana produksi peternakan. 1.2 Perumusan Masalah Kemitraan agribisnis dalam usaha ternak ayam broiler dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku agribisnis yang dapat saling menguntungkan. Bagi pihak perusahaan tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan perolehan bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribinis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pemasaran dan manajemen. Hal ini membutuhkan kerjasama dan kepercayaan antara perusahaan mitra dengan peternak ayam. Salah satu lembaga kemitraan yang berkembang baik di Bogor adalah CV Tunas Mekar Farm. Lembaga kemitraan Tunas Mekar Farm telah berdiri selama enam tahun. Lembaga kemitraan ini berkantor pusat di Kecamatan Ciluar dan 5
telah mempunyai 70 peternak mitra yang tersebar di seluruh Kabupaten Bogor seperti Cibinong, Pamijahan, Cariu, Leuwiliang, Nanggung, dan Ciampea. Cibinong adalah salah satu daerah yang mempunyai populasi peternak terbanyak yang bermitra dengan CV TMF. Dalam kemitraan yang berjalan, CV TMF menyediakan sarana produksi peternakan yang diperlukan oleh peternak mitra, memberikan program kemitraan, bantuan panen, dan menampung hasil ayam broiler yang sesuai dengan kualitas standar yang ditetapkan. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerjasama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi peternakan (sapronak), dan harga DOC (Day Old Chick). Pihak yang menentukan prosedur, harga, waktu panen dan pemberian bonus sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan inti, sedangkan peternak hanya menjalankan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan mengikuti segala peraturan dari pihak inti. Berdasarkan hal tersebut, ingin dikaji lebih dalam bagaimana pelaksanaan kemitraan CV TMF dengan peternak mitra. Keberadaan perusahaan kemitraan banyak memberikan keuntungan bagi peternak mitra. Salah satunya peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala modal yang dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat obatan dari perusahaan inti. Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapatkan hasil panen. Perusahaan inti ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan pasokan sapronak, dan turut berperan dalam mengembangkan usaha peternakan. Akan tetapi program kemitraan tidak selalu berjalan sesuai harapan karena banyak ditemui kendala kendala di lapangan. Tunas Mekar Farm memberikan bantuan berupa pinjaman modal, DOC, pakan, vaksin, vitamin, dan obat obatan sesuai dengan luas areal yang dimiliki oleh peternak. Kemudian setelah panen peternak harus menjual ayam broilernya pada CV TMF dengan harga kontrak yang telah disepakati diawal perjanjian. Fakta yang terjadi di lapangan, pernah ditemukan kejadian bahwa peternak menjual sapronak kepada pihak luar dengan harga yang lebih tinggi. Mereka berdalih melakukan hal tersebut untuk memperoleh pendapatan lebih. 6
Kemitraan antara pelaku dapat dipengaruhi oleh tujuan masing masing pelaku sebagai pendorong internal dan faktor faktor yang berasal dari eksternal yang dihadapi oleh pelaku kemitraan. Faktor faktor kemitraan pasti akan mendapat penilaian berbeda, karena terkait dengan kemampuan kedua pelaku yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah diantara CV TMF dengan peternak mitra. Hal ini mengindikasikan kemitraan yang telah dijalankan belum memberi manfaat sepenuhnya kepada kedua belah pihak. Manfaat yang diinginkan sangat berkaitan sekali dengan harapan yang akan diperoleh kedua pihak. Keadaaan ini berhubungan dengan pendapatan peternak terhadap sistem kemitraan yang dijalankan. Permasalahan tersebut akan dapat mengakibatkan ketidakharmonisan antara peternak ayam dengan CV TMF. Terkait dengan hal tersebut, akan dikaji mengenai bagaimana kemitraan yang sedang dijalankan beperan dalam peningkatan pendapatan peternak. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara peternak mitra Cibinong dengan perusahaan CV TMF. 2. Menganalisis pendapatan peternak mitra Cibinong dengan CV TMF 3. Menganalisis peran kemitraan dalam pendapatan peternak mitra Cibinong dengan CV TMF 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Perusahaan Sebagai masukan atau bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan untuk memperbaiki kekurangan, dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan peternak. 7
2. Penulis Penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisa permasalahan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dan disesuaikan dengan pengetahuan yang didapat selama kuliah. 3. Pihak lain Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat karakteristik dan tingkat pendapatan peternak pada skala tertentu serta dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian sebelumnya. 8