BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berada di muka bumi ini. Kneller dalam Prasetyo (2009:3) menyebutkan

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

The Psychology of Entrepreneurship

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

PERAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMEDIASI PENGARUH NORMA SUBYEKTIF TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap harus dijalani oleh setiap lapisan masyarakat. Lapangan pekerjaan

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN 1 PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN. Fakultas TEKNIK. Ir. Agung Wahyudi B, MT., MM. Program Studi Teknik Mesin.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN, NORMA SUBYEKTIF, DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PERILAKU BERWIRAUSAHA MELALUI INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I PENDAHULUAN. negara lain ( Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN. 02Fakultas FASILKOM. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Kewirausahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Berwirausaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan pejuang. Sedangkan usaha berarti penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis. Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha. Wirausaha atau wiraswasta adalah orang-orang yang memiliki sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan dan umumnya memiliki keberanian dalam mengambil risiko terutama dalam menangani usaha atau perusahaannya dengan berpijak pada kemampuan dan atau kemauan sendiri (Saiman, 2014:43). Wirausaha dalam arti luas dimaksudkan keberanian dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Fuadi et al., 2009). Menurut Zimmerer et al. (2008:4), seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan. 14

Tidak ada definisi yang diterima secara universal mengenai kewirausahaan karena adanya perbedaan beberapa definisi antara satu ahli dengan ahli lainnya, namun setiap definisi memiliki benang merah yang sama. Ada kesepakatan bahwa kewirausahaan merupakan melibatkan proses kebutuhan, memanfaatkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dan membangun suatu perusahaan di sekitarnya (Hattab, 2014). Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan enterpreneurship yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy yang artinya syaraf pusat perekonomian, atau sebagai tailbone of economy yang artinya pengendali perekonomian suatu bangsa (Loso, 2008). Menurut Kasmir (2011:21), kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, atau kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, tekonologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Saada dan Wismandanikung, 2012). Sedangkan, menurut Suryana (2009:2), kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, seperti pengembangan teknologi, penemuan pengetahuan ilmiah, perbaikan produk barang dan jasa yang ada, dan menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. 15

2.1.2 Pendidikan kewirausahaan Pendidikan kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari nilai, kemampuan dan perilaku dalam menghadapi berbagai tantangan hidup (Nursito dan Nugroho, 2013). Salah satu instrumen kunci meningkatkan sikap kewirausahaan dan potensi munculnya pengusaha baru adalah pendidikan kewirausahaan (Linen et al., 2010). Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman, dan keterampilan sebagai wirausahawan (Aritonang, 2013). Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir (Lestari dan Wijaya, 2012). Menurut Zwan et al. (2013), pentingnya pendidikan kewirausahaan memiliki beberapa manfaat. Pertama, pendidikan mungkin ditargetkan untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan terkait seperti negosiasi atau keterampilan komunikasi. Kedua, pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, misalnya tentang pengusaha, tentang peran mereka dalam masyarakat, tentang ekonomi atau keuangan secara umum. Ketiga, hasil belajar mengacu pada pengembangan sikap kewirausahaan seperti perilaku pengambilan risiko, berpikir kreatif dan kritis, dan rasa percaya diri. Keempat, belajar tentang kewirausahaan selama pendidikan dapat menyebabkan pengurangan hambatan yang dirasakan untuk kewirausahaan, misalnya seseorang mungkin menjadi 16

sangat menyadari administrasi tertentu prosedur yang harus diikuti untuk mendirikan sebuah bisnis dan bagaimana prosedur tersebut dapat ditangani. Pendidikan kewirausahaan merupakan tujuan dari pengajaran dalam pendidikan dan materi kewirausahaan yang diberikan dalam perkuliahan kewirausahaan (Wardoyo, 2012). Pendidikan merupakan salah satu faktor fundamental sikap mahasiswa terhadap kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan yang berkualitas mengarah ke tingkat yang lebih tinggi pada niat berwirausaha (Samydevan et al., 2015). Pendidikan kewirausahaan berusaha membentuk dan memelihara perekonomian dengan berbagai tujuan terutama dalam hal mengurangi pengangguran (Babatunde dan Durowaiye, 2014). Dapat dinyatakan bahwa meskipun dalam praktiknya sebagian besar individu memulai dan mengembangkan bisnis pribadi tanpa pendidikan yang tepat, mereka mencari bentuk belajar khusus (berbagai jenis pelatihan dan seminar) untuk memperoleh atau meningkatkan pengetahuan bisnis yang dapat membantu untuk menemukan solusi bisnis yang lebih efisien, mendapatkan kepercayaan atas kemampuannya dan pengambilan keputusan sehingga faktor utama niat berwirausaha dapat dilakukan selama proses belajar (Arminda et al., 2013). 2.1.3 Efikasi diri Menurut Nursito dan Nugroho (2013), efikasi diri adalah penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang pada kemampuannya untuk mencapai tujuan tertentu (Wulandari, 17

2013). Menurut teori kognitif sosial, salah satu faktor kognitif yang memengaruhi fungsi manusia, yang paling penting adalah keyakinan efikasi diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan tertentu (Herath dan Mahmood, 2013). Self Efficacy Theory (Bandura, 1977) menjelaskan efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil menjalankan perilaku yang diinginkan dengan mengerahkan kemampuan motivasional, kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil. Efikasi diri kewirausahaan dapat terdiri dari inisiasi atau pengenalan usaha dan pengembangan usaha baru (Oyeku et al., 2014). Menurut Campo (2011), mendefinisikan efikasi diri kewirausahaan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa ia mampu berhasil memulai usaha bisnis baru berdasarkan pada penilaian orang tentang kemampuannya dalam melakukan aktivitas tertentu. Seorang wirausaha yang mempunyai efikasi diri positif akan berkreasi membuka sebuah usaha baru akan memberikan inisiatif dan ketekunan untuk meningkatkan usaha dan kinerja (Ferridiyanto, 2012). Menurut Sánchez (2011), efikasi diri adalah penentu penting perilaku kewirausahaan yang sukses. Lebih penting lagi, efikasi diri memiliki peran berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan perkembangan seperti pendidikan kewirausahaan serta program pelatihan kewirausahaan (Bagheri et al., 2013). Efikasi diri kewirausahaan memiliki pengaruh atas kemampuan belajar, motivasi dan kinerja, karena akan sering mencoba untuk belajar serta melakukan tugastugas yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses (Samydevan et al., 2015). 18

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mateja et al. (2010), efikasi diri memiliki tiga dimensi. Yang pertama, meliputi aspek tertentu dari efikasi diri kewirausahaan yang diterapkan, apakah akan memulai suatu usaha atau mengembangkan bisnis. Kedua, dimensi mengacu pada isi keyakinan efikasi diri (perilaku atau keyakinan hasil tujuan). Ketiga, sumber ke reaksi keyakinan efikasi diri kewirausahaan (keyakinan kontrol positif atau negatif). 2.1.4 Niat berwirausaha Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) merupakan faktor utama menentukan minat individu dan melakukan suatu perilaku sehingga menimbulkan niat berwirausaha. Niat ditentukan oleh 3 faktor, yaitu (1)dimana seorang individu merasa baik atau kurang baik (attitudes); (2)pengaruh lingkungan sosial yang memengaruhi individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (subjective norms); dan (4)perasaan mudah atau sulit dalam melakukan suatu perilaku (perceived behavioral control). Konsep perceived behavioral control berkaitan dengan efikasi diri. Penggunaan teori perilaku tidak dapat dipisahkan dari aspek motivasi berwirausaha atau entrepreneurial intention, artinya kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, kewirausahaan dapat menjadi pilihan kerja maupun pilihan karir bagi lulusan perguruan tinggi, apabila memang dalam diri mahasiswa ada niat serta motivasi untuk menjadi seorang entrepreneur (Sarwoko, 2011). Niat berpusat pada rencana tindakan dan keyakinan bahwa seseorang akan melakukan perilaku tertentu, sehingga dapat dikatakan niat mendahului tindakan 19

(Owoseni, 2014). Niat atau intensi merupakan sebuah istilah yang terkait dengan tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, menunjukan pada keadaan pikiran seseorang yang diarahkan untuk melakukan suatu tindakan, yang senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan dan diarahkan pada tindakan sekarang atau pada tindakan yang akan datang (Wijaya, 2007). Niat berwirausaha muncul karena didahului oleh suatu pengetahuan dan informasi mengenai wirausaha, kemudian dilanjutkan pada suatu kegiatan partisipasi untuk memperoleh pengalaman, dimana akhirnya muncul keinginan untuk melakukan kegiatan berwirausaha (Utomo et al., 2014). Keputusan untuk menampilkan tingkah laku ini merupakan hasil dari proses rasional diarahkan pada suatu tujuan tertentu dan mengikuti urutan-urutan berpikir, pilihan tingkah laku dievaluasi dan dibuat sebuah keputusan apakah akan bertindak atau tidak (Pusrikasari, 2010). Menurut Nursito dan Nugroho (2013), niat berwirausaha adalah keadaan berpikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu ke arah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru. Niat merupakan faktor motivasional yang memengaruhi tingkah laku, dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dari individu untuk melakukan perilaku, dengan demikian niat dapat dipandang sebagai hal khusus dari keyakinan yang obyeknya selalu individu dan atribusinya selalu perilaku (Sumarsono, 2013). Niat berwirausaha dapat dikatakan sebagai keinginan dan harapan memengaruhi pilihan mereka mengenai kewirausahaan (Peng et al., 2012). 20

2.2 Hipotesis 2.2.1 Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zwan et al. (2013), memberikan implikasi yang relevan ketika tampak bahwa pendidikan kewirausahaan berhubungan positif dengan niat berwirausaha, terutama ketika hubungan ini berjalan sesuai persepsi menguntungkan terhadap kewirausahaan. Serupa dengan penelitian tersebut yang dilakukan oleh Kuttim et al. (2014) juga menujukkan hal yang sama adanya pengaruh positif pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha. Dalam penelitian yang dilakukan Hussain et al. (2015), pendidikan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha pada siswa di Pakistan. Berdasarkan teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H1: Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2.2.2 Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap efikasi diri Pendidikan kewirausahaan sangat penting adanya pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri kewirausahaan (Malebana dan Swanepoel, 2014). Dalam penelitian Utomo et al. (2014), pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap efikasi diri. Penelitian yang dilakukan Patrikha (2012) menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dalam keluarga dan disekolah 21

berpengaruh siginifikan terhadap efikasi diri mahasiswa. Di dukung oleh penelitian yang dilakukan Oyugi (2011), menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap efikasi diri. Berdasarkan teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H2: Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efikasi diri pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2.2.3 Pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha Hasil penelitian yang dilakukan Peng et al. (2012), memberikan hasil bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha. Dalam penelitian yang dilakukan Samydevan (2015), efikasi diri berhubungan positif terhadap niat berwirausaha. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sarwoko (2011), menemukan bahwa efikasi diri berpengaruh secara positif terhadap niat berwirausaha, semakin tinggi rasa percaya diri dan kematangan mental, maka semakin tinggi pula niat berwirausaha. Penelitian yang dilakukan Patrikha (2012), menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh siginifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Dengan hasil yang sama pada penelitian Malebana dan Swanepoel (2014), juga menemukan adanya hubungan yang signifikan pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha. Dalam penelitian Mei et al. (2011), efikasi diri kewirausahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat berwirausaha. Penelitian yang dilakukan oleh Owoseni (2014) juga 22

menunjukkan hal yang sama adanya efikasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha. Berdasarkan teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H3: Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2.2.4 Peran efikasi diri dalam memediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha Kekurangan dalam desain kurikulum pendidikan kewirausahaan yang tidak menangani topik yang diperlukan untuk melengkapi individu dengan keterampilan, maka yang diperlukan penting adanya efikasi diri, efikasi diri dapat terbukti sebagai variabel intervening (Hattab, 2014). Efikasi diri terbukti signifikan menjadi penentu niat seseorang. Melekat dalam definisi ini adalah gagasan bahwa efikasi diri sebagai proses kognitif sosial memediasi hubungan antara pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha. Dalam hal ini efikasi diri memiliki peran mediasi terhadap hubungan antara pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha (Flavius, 2010). Di dukung oleh penelitian yang dilakukan Utomo et al. (2014), adanya pengaruh pendidikan kewirausahaan dalam keluarga dan di sekolah terhadap niat berwirausaha melalui efikasi diri memediasi secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Oyugi (2011) mendapatkan hasil bahwa efikasi diri memediasi secara parsial pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa di Universitas Uganda. 23

Berdasarkan teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H4: Efikasi diri memediasi secara signifikan pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 24