BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media pemasaran yang dikenal dengan internet marketing atau e- menjadi masalah yang berarti bagi dunia pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kehidupan konsumtif di era modern saat ini semakin menjadi gaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tercatat menempati peringkat ketiga pasar retail terbaik di Asia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin memperkuat sinergisitas hubungan antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Aktivitas bisnis ritel adalah aktivitas dimana produsen menjual produk secara

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian. Rumusan masalah di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kuliner di Jakarta sudah sampai pada titik yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi secara berkesinambungan dan terarah akan mampu mencapai hasil. tawarkan demi mencapai tujuan finansial dan nonfinansial.

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

PENGARUH BONUS PACK DAN PRICE DISCOUNT TERHADAP IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET DIPONEGORO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk dapat memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu strategi yang. serta dapat unggul dalam menghadapi persaingan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas ekonomi berupa konsumsi. Salah satu bentuk konsumsi adalah berbelanja. Menurut Hudleston dan Minahan (2011), definisi berbelanja adalah aktivitas yang melibatkan pertimbangan pembelian suatu produk maupun jasa, mencari toko yang menyediakan produk maupun jasa yang tebaik, pencarian produk ataupun jasa yang diinginkan di dalam toko tersebut, serta menentukan keputusan untuk membeli. Pada era globalisasi sekarang ini, berbelanja telah mengalami pergeseran fungsi, dahulu berbelanja hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun saat ini berbelanja telah menjadi gaya hidup untuk memuaskan emosional. Artinya terdapat perubahan perilaku pada konsumen sehingga nantinya akan muncul perilaku berbelanja yang tidak terencana. Sehubungan dengan hal tersebut dikenal istilah impulse buying, yakni konsumen tertarik secara emosional dan seringkali tidak melibatkan rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Menurut para ahli, impulse buying atau belanja impulsif adalah suatu pembelian yang dilakukan konsumen tanpa direncanakan sebelumya, biasanya terjadi ketika konsumen memiliki motivasi kuat yang berubah menjadi keinginan untuk membeli produk langsung yang dilakukan secara tiba-tiba, dimana 1

kecepatan dari proses keputusan impulse buying menghalangi suatu pertimbangan, adanya informasi dan alternatif pilihan (Yessica, 2014). Pola berbelanja masyarakat Indonesia berubah seiring dengan perubahan gaya hidup dengan mobilitas yang semakin tinggi, sehingga menuntut kenyamanan dan kemudahan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Perubahan gaya hidup tersebut didukung oleh semakin banyaknya pasar modern yang menjanjikan kesenangan, kenikmatan dan hiburan saat berbelanja. Perdagangan dalam bentuk modern seperti pasar swalayan, supermarket dan hypermarket mulai muncul di Indonesia sejak tahun 1970. Berkembangnya pasar modern dari tahun ke tahun menjadikan pasar tradisional semakin terbelakang keberadaannya karena di satu sisi pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap, sedangkan di sisi lain pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja sehingga banyak konsumen yang memutuskan pindah berbelanja dari pasar tradisional ke pasar modern. Pasar modern dan tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel (Setiyanto, 2008). Salah satu bentuk pasar modern yang berkembang saat ini adalah ritel modern, yaitu pedagang eceran dalam bentuk toko yang berkonsep swalayan konsumen melayani sendiri (self service) seperti minimarket, supermarket dan hypermarket. Beberapa contoh hypermarket yang ada di Indonesia yaitu Giant, Carrefour, Hypermarket, Makro dan Indogrosir. Kelima hypermarket ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di berbagai daerah di Indonesia (Yessica, 2014). Semakin meningkatnya jumlah ritel di Indonesia mengakibatkan persaingan antara satu ritel dengan yang lainnya, sehingga pemasar toko ritel 2

modern harus memiliki pengetahuan mengenai perilaku berbelanja konsumen atau pelanggan, (Kanjaya dan Susilo, 2010). Hal demikian tidak terlepas dari semua elemen marketing mix (bauran pemasaran) terutama sales promotion (promosi penjualan). Bentuk sales promotion yang sering ditemukan pada pasar ritel modern diantaranya adalah price discount dan bonus pack. Menurut Machfoedz (2005), price discount adalah potongan harga yang menarik sehingga harga yang sesungguhnya lebih rendah dari harga umum. Perusahaan umumnya akan memberikan diskon atas beberapa pertimbangan seperti potongan harga dapat diberikan untuk setiap pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian di luar musim. Selain price discount, bentuk sales promotion lainnya yang cukup berpengaruh di pasar ritel adalah bonus pack yang merupakan bentuk penawaran produk yang lebih banyak namun masih dalam harga yang sama. Faktor lain yang mempengaruhi impulse buying adalah emosi positif yang menurut Rachmawati (2009) adalah suatu efek dari mood yang merupakan faktor penting konsumen dalam keputusan pembelian. Faktor perasaan atau emosi bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi dan objek tertentu. Selain sales promotion, positive emotion, faktor impulse buying yang lain adalah hedonic shopping value. Menurut Arnold dan Reynolds (2003) motivasi hedonis merupakan suatu kegiatan pembelian yang didorong dengan perilaku panca indra, khayalan dan emosi yang menjadikan kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Ketika pengalaman belanja berganti menjadi suatu kebutuhan hedonis, produk yang akan dibeli terlihat seperti terpilih tanpa perencanaan 3

hingga konsumen akan menghadirkan suatu peristiwa impulse buying (Rachmawati, 2009). Fenomena impulse buying yang terjadi di toko-toko modern berlaku juga di Kota Padang.Salah satu jaringan ritel yang terbesar di Kota Padang yaitu Ramayana Department Store. Ramayana berada di Plaza Andalas yang beralamat di Jalan Pemuda No. 15, Padang, Sumatera Barat 25143, merupakan salah satu Department Store yang menyediakan produk sandang yang komplit mulai dari anak-anak hingga ukuran dewasa. Ramayana terdiri dari 2 lantai, satu lantai digunakan untuk menjual pakaian dan lantai yang lain digunakan untuk menjual sendal, sepatu, dan tas yang dapat beraneka ragam. Karena berlokasi didalam suatu Plaza, disekitar Ramayana tentu ditemui banyak tempat yang bukan merupakan pusat pembelanjaan saja, tapi juga tempat makan dengan banyak pilihan tema dan menu makanan hingga tempat karaoke dan hiburan lainnya. Sehingga konsumen yang berbelanja di Ramayana dapat membawa serta keluarga.beberapa faktor dapat mempengaruhinya, sehingga peneliti juga melakukan survey awal terhadap 25 orang responden untuk memperkuat permasalahan pada penelitian ini.pada waktu melakukan survey awal peneliti melakukan survey dengan cara wawancara langsung terhadap responden tersebut, yaitu dengan spontan mengambil secara random(acak) 25 orang pelanggan yang telah siap berbelanja pada Ramayana Department Store tanpa melihat profil dan latar belakang dari ke 25 responden. Setelah melakukan survey awal, maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut. Hasil survey disajikan pada tabel dibawah ini. 4

Tabel 1.1 Survey Awal Fenomena Berbelanja di Ramayana Department Store No Fenomena Indikator 1. 2. Sales promotion (promosi penjualan) a. Bonus pact (paket bonus) b. Price discount (diskon harga) Hedonic shopping value Saya merasa melakukan sebuah pembelian yang tepat ketika ada paket bonus/bonus pack (contoh: beli 2 gratis 1) Saya merasa melakukan pembelian yang tepat saat ketika ada potongan harga (discount). Menurut saya berbelanja adalah hal Frekuensi Ya Tidak Tabel 1.1 merupakan survey awal yang dilakukan oleh penulis terhadap 25 orang responden di Ramayana Department Store. Ada 4 pernyataan yang berkaitan dengan fenomena impulse buying di department store yang berhubungan dengan sales promotion, hedonic shopping value, positive emotion, dan impulse buying. Dari hasil survey awal menyatakan bahwa variabel sales promotion khususnya bonus pack ditemukan sebagian responden (60%) tertarik untuk mencoba merek ketika diadakannya penawaran paket bonus. Sedangkan untuk variabel price discount sebagian besar responden (76%) tertarik untuk lebih memilih merk yang menawarkan potongan harga meskipun mempunyai merk favorit sendiri. Untuk hedonic shopping value, sebagian besar responden (80%) menyatakan senang bersosialisasi dengan orang lain ketika berbelanja. Pernyataan yang berkaitan dengan positive emotion didapat responden (68%) bersemangat 15 19 60 % 76% 10 6 40% 24% 20 80% 5 20% yang menyenangkan Saya merasa penuh kegembiraan 3. Positive emotion ketika berbelanja di Ramayana 17 68% 8 32% Department Store Ketika mengelilingi Ramayana Impulse buying Department Store saya tertarik 4. 23 92% 2 8% untuk membeli pakaian model yang baru Sumber: Responden di Ramayana Department Store tahun 2016 5

ketika berbelanja. Dan pernyataan yang berkaitan dengan variabel impulse buying adalah hampir semua responden (96%) menyatakan tertarik membeli pakaian yang mereka sukai saat ada penawaran diskon. Ini berarti dari masing-masing pernyataan tersebut bahwa responden lebih banyak memilih frekuensi iya. Penulis menganggap dari hasil survey awal ini menunjukan sales promotion, hedonic shopping value, positive emotion berpengaruh terhadap responden yang berbelanja tidak terduga (impulse buying) di Ramayana Department Store. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menulis penelitian dengan judul: Pengaruh Sales Promotion, Hedonic Shopping Value dan Positive Emotion terhadap Impulse Buying (studi kasus pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh sales promotion terhadap impulse buyingpada pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang? 2. Bagaimana pengaruh hedonic shopping valueterhadap impulse buying pada pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang? 3. Bagaimana pengaruh positive emotion terhadap impulse buying pada pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh sales promotion terhadap impulse buying pada pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang. 2. Untuk mengetahui pengaruh hedonic shopping value terhadap impulse buying pada pengunjung Ramayana Department Store di Kota Padang. 6

3. Untuk mengetahui pengaruh positive emotion terhadap impulse buying pada pengunjung Ramayana Department Store di kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun pihak lainnya. Dengan adanya penelitian ini, Ramayana Department Store akan mengetahui bagaimana cara mendorong keputusan impulse buyingdan mengetahui kegiatan promosi penjualan mana yang dapat secara signifikan memicu tingkat pembelian dari konsumen sebagai bentuk keputusan impulse buying. Dengan demikian, Ramayana Department Store nantinya dapat merancang strategi promosi penjualan yang tepat dan efektif kedepannya. Dilihat dari sisi lainnya, manfaat dari penelitian ini akan dapat dijadikan bahan untuk menambah pengetahuan maupun perbandingan untuk membuat penelitian selanjutnya dengan topik promosi penjualan. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini akan diuraikan hasil tinjauan atau riset data sekunder berupa serangkaian teori yang relevan untuk digunakan sebagai landasan penulisan. 7

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjabarkan bagaimana penelitian dilakukan. Termasuk didalamnya adalah objek penelitian, populasi dan sampel, sumber data, metode dan variabel penelitian, serta rencana analisis data yang akan digunakan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis dari hasil penelitian yang kemudian akan dibahas untuk menemukan jawaban-jawaban atas masalah-masalah penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan pernyataan-pernyataan singkat yang merupakan jawaban-jawaban dari masalah penelitian. Dalam bab ini juga, peneliti dapat memberikan masukan dan saran kepada perusahaan dan pihak lainnya agar dapat memperoleh manfaat dari penelitian. 8