KATA PENGANTAR. Semarang, Maret 2009 BKKBN Provinsi Jawa Tengah K e p a l a,

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Semarang, Maret 2009 BKKBN Provinsi Jawa Tengah K e p a l a, Dra. Sri Murtiningsih. MS Pembina Utama Madya NIP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

BAB. I TARGET SASARAN KINERJA PELAKSANAAN KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

PROGRAM KB NASIONAL BAGI MHS KKN UNDIP

KATA PENGANTAR. Semarang, Desember 2007 BKKBN Provinsi Jawa Tengah K e p a l a, Pristy Waluyo Pembina Utama Madya NIP

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB IV GAMBARAN UMUM

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Kebijakan Pembangunan Kependudukan dan KB di Pemprov Jawa Tengah. disampaikan oleh: Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jawa Tengah

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KONDISI SOSIO-EKONOMI KELUARGA DI KOTA SALATIGA JAWA TENGAH 1 BAB 1. PENDAHULUAN

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN

BAPPEDA PROV. JATENG

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

PELAYANAN KB DAN PENURUNAN AKI AKB DI JAWA TENGAH

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN NOVEMBER Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN (RADALGRAM) DATA sd. SEPTEMBER 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN DESEMBER Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN NOVEMBER Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016

DAFTAR ISI B. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA C. PROGRAM KETEHANAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA D. PROGRAM PENGUATAN PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Perwakilan BKKBN Provinsi Banten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN OKTOBER Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

EVALUASI PROGRAM KB NASIONAL TAHUN 2008

KERANGKA ACUAN KERJA

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

RAPAT KERJA DAERAH (RAKERDA) PROGRAM KB NASIONAL Mamuju, 1 8 Maret 2009

LAPORAN AKHIR TAHUN 2008 PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI PROVINSI GORONTALO

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

PROFIL DATA KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DATA S.D BULAN MEI Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Banten

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013

RUMUSAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2009

A. UMUM B. LANDASAN HUKUM

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JULI 2012

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PENGARUH PENDIDIKAN, PDRB PERKAPITA, DAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP FERTILITAS DI 35 KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATENBANYUWANGI

dalam Pulap:

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Swt, karena atas limpahan rahmat dan Karunia-Nya, maka Buku Profil Program Keluarga Berencana Nasional Jawa Tengah tahun 2008 telah dapat diselesaikan. Buku Profil ini merupakan sarana penyebarluasan data dan informasi Program KB Nasional di Jawa Tengah yang meliputi aspek : 1). Kependudukan, 2). Program KB/KR, 3). Program KRR, 4). Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga dan 5). Program Penguatan dan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas tahun 2008 dengan gambaran kondisi Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini, kami mengucapkan banyak terima kasih, kami harapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan penerbitan selanjutnya. Semarang, Maret 2009 BKKBN Provinsi Jawa Tengah K e p a l a, Dra. Sri Murtiningsih. MS Pembina Utama Madya NIP. 19551201 198003 2 001 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, namun dalam perkembangannya telah disempurnakan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pengertian Keluarga Berencana ternyata mengalami perubahan, yaitu didalam UU No 10 Tahun 1992, pengertian Keluarga Berencana adalah peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kehamilan, Pembinaan Ketahanan Keluarga, Peningkatan Kesejahteraan Keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, sedangkan berdasarkan UU Nomor 52 Tahun 2009, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB) adalah : Upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Jawa Tengah sekarang masih mengalami persoalan dan menghadapi permasalahan kependudukan yang cukup serius, walaupun berdasarkan sensus penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sudah mengalami penurunan tetapi karena 1

jumlah penduduknya besar, maka pertambahan penduduk relatif masih cukup tinggi. Pada periode 1980 1990 LPP Jawa Tengah sebesar 1,74 % dan turun menjadi 0,84 % pada periode tahun 1990-2000 dan terus turun sehingga pada periode 2000 2005 LPP pada posisi 0,62%. Permasalahan kependudukan yang dihadapi oleh Jawa Tengah antara lain dari aspek kuantitas cukup besar, dari aspek kualitas masih membutuhkan perhatian serius, yaitu apabila dilihat dari tahapan kesejahteraan keluarga ternyata jumlah keluarga pra sejahtera masih cukup besar, yaitu 2.997.410 atau sebesar 31,59 % dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 9.489.024, sedangkan Keluarga Sejahtera I sebanyak 1.813.895 atau 19,12 % dari keluarga yang ada, sehingga lebih dari 50 % keluarga di Jawa Tengah pada tahapan Pra Sejahtera dan KS I yang membutuhkan perhatian dan fasilitasi dari Pemerintah untuk bisa mencukupi kebutuhan dasar. (Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009) Disamping itu masih ada permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tingkat kelahiran yaitu angka kelahiran total per wanita (TFR) berdasarkan hasil SDKI menunjukkan peningkatan dari 2,1 pada tahun 2002/2003 menjadi 2,3 pada tahun 2007. Sebagai salah satu program sosial dasar yang sangat penting, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN 2004 2009 ), telah menggariskan arah kebijakan Program KB Nasional untuk periode lima tahun. Dalam Peraturan Presiden, pembangunan keluarga berencana diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta 2

meningkatkan keluarga kecil berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan keluarga berencana diselenggarakan melalui 4 program pokok yaitu : Program Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, dan Program Penguatan Kelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas. Program Keluarga Berencana Nasional dalam mengendalikan tingkat kelahiran melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB untuk seluruh masyarakat yang membutuhkan. upaya tersebut terutama diprioritaskan bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil yang sulit dijangkau pelayanan atau pada daerah tertinggal. Secara bersamaan dilakukan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rengka menyiapkan kehidupan keluarga yang lebih baik, termasuk dalam rangka pendewasaan usia perkawinan pertama melalui upaya upaya peningkatan pemahaman dan peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja. Selain itu juga dilakukan upaya program ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuh kembangan anak, peningkatan pendapatan keluarga khususnya bagi Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (keluarga miskin), peningkatan kualitas lingkungan keluarga dan memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB bekerja sama dengan masyarakat luas. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta PP Nomor 47 Tahun 2007 tentang 3

Organisasi Perangkat Daerah (OPD), maka jelas bahwa Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) merupakan salah satu dari 28 urusan wajib (Pasal 7), hal ini berarti bahwa Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat sehingga Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakannya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tersedianya data dan informasi dari aspek Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2009 2. Tujuan Khusus a. Tersedianya data dan informasi kependudukan, b. Tersedianya data dan informasi dari aspek Program KB/KR, c. Tersedianya data dan informasi dari aspek Program KRR, d. Tersedianya data dan informasi dari aspek program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, e. Tersedianya data dan informasi dari aspek Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas C. Ruang Lingkup Ruang lingkup Profil KB dan Kependudukan ini meliputi : 1. Aspek Kependudukan ( Hasil Susenas 2008 ) a. Perkembangan Jumlah Penduduk 4

b. Persentase, Distribusi dan Kepadatan Penduduk c. Struktur Umur Penduduk d. Penduduk Perempuan umur 15-49 Berstatus Kawin e. Rata-rata Anak Lahir Hidup f. Angka Kelahiran Total (TFR) g. Rata-rata Anak Lahir Masih Hidup 2. Aspek Program KB dan KS a. Dukungan Input Program b. Hasil 9 (sembilan ) Indikator Kinerja Program KB Tahun 2009 c. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 5

BAB II GAMBARAN UMUM JAWA TENGAH A. Peta Provinsi Jawa Tengah JEPARA PATI KUDUS REMBANG BREBES PEKALONGAN TEGAL BATANG PEMALANG KAB. TEGAL KAB. PEKALONGAN KENDAL SEMARANG DEMAK GROBOGAN BLORA CILACAP BANYUMAS SALATIGA TEMANGGUNG BANJARNEGARA PURBALINGGA KAB.SMG WONOSOBO MAGELANG BOYOLALI KAB.MAGELANG KEBUMEN PURWOREJO KLATEN SRAGEN SURAKARTA KARANGANYAR SUKOHARJO DIY WONOGIRI Wilayah Administrasi 1. Kabupaten : 29 2. Kota : 6 3. Kecamatan : 573 4. Desa/Kelurahan : 8.574 5. RW : 48.869 6. RT : 205.693 Sumber : Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 6

B. Letak, Batas Wilayah dan Luas Wilayah Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 5 0 40 dan 8 0 30 Lintang Selatan dan antara 108 0 30 dan 111 0 30 Bujur Timur ( termasuk Pulau karimunjawa ). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 km ( tidak termauk Pulau Karimunjawa ) dengan batas batas wilayah : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Provinsi DIY dan Laut Indonesia Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur (Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2008) Kondisi Jawa Tengah tahun 2009 secara administratif terbagai menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Jumlah Kecamatan 573, Desa/Kelurahan 8.574, Dusun/RW 48.869 dan jumlah RT 205.693. (Sumber : Hasil Pendataan Keluarga 2009) Luas wilayah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 % dari luas Pulau Jawa ( 1,70 % dari luas Indonesia ). Luas yang ada terdiri dari 996 ribu hektar ( 30,61% ) lahan sawah dan 2,26 juta hektar ( 69,39%) bukan lahan sawah (tanah kering) (Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2008) 7

C. Keadaan Iklim Menurut stasiun Klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah tahun 2008 berkisar antara 24 0 C sampai dengan 29 0 C. Tempat tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata rata relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata rata bervariasi, dari 75 persen sampai dengan 92 persen. Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen, sebesar 3.586 mm dan hari hujan terbanyak tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap sebesar 234 hari. (Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2008) D. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia dan merupakan penyangga utama dalam pembangunan nasional khususnya dalam pelaksanaan Program KB Nasional, artinya kegagalan atau keberhasilan Provinsi Jawa Tengah akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tingkat nasional. Berdasarkan hasil proyeksi Supas 2005, jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2008 tercatat sebesar 32,626 juta jiwa, terdiri dari 16,192 juta laki-laki dan 16,434 juta perempuan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP), jumlah penduduk Jawa Tengah terus meningkat. Hasil SP tahun 1961 jumlah penduduk Jawa Tengah masih sekitar 18 juta jiwa, tahun 1971 naik menjadi sekitar 22 juta jiwa, tahun 8

1980 sebesar 25 juta jiwa, tahun 1990 sebesar 28,52 juta jiwa, tahun 2000 sebesar 30,92 juta jiwa dan hasil proyeksi Supas jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2008 mencapai 32,63 juta jiwa.(tabel.1) Secara nasional, Jawa Tengah termasuk provinsi dengan jumlah penduduk relatif besar setelah Jawa Barat (40,92 juta jiwa) dan Jawa Timur (37,09 juta jiwa). Kabupaten Brebes tetap merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di antara 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, yakni 1,789 juta jiwa atau 5,48 persen dari total penduduk Jawa Tengah. Sedangkan Kota Magelang dan Kota Salatiga merupakan dua daerah yang berpenduduk tidak lebih dari 200 ribu jiwa, masingmasing sebesar 134,62 ribu jiwa dan 178,45 ribu jiwa. Tabel 1 Jumlah dan kepadatan penduduk Jawa Tengah Tahun 1961-2008 Jumlah Persentase Kepadatan Tahun Penduduk 1 ) Penduduk Penduduk (jiwa) Perkotaan (jiwa/km 2 ) (1) (2) (3) (4) 1961 18 407 471 10,07 534 Sept 1971 21 865 263 10,73 634 Okt 1980 25 367 344 18,75 735 Okt 1990 28 515 737 26,98 876 Juni 2000 2 ) 30 924 164 39,34 950 2005 31 873 456 41,86 979 2006 32 128 600 41,97 987 2007 32 380 279 42,00 995 2008 32 626 390 48,60 1.003 9

Gambar. 1 Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah Tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, 2007, 2008 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 0 1961 1971 1980 1990 2000 2007 2008 Jml Pddk 18,407,4 21,865,2 25,367,3 28,515,7 30,924,1 32,380,2 32,626,3 Sumber : - BPS, Hasil SP 1961 - BPS, Hasil SP 1971 - BPS, Hasil SP 1980 - BPS, Hasil SP 1990 - BPS, Hasil SP 2000 - BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Supas 2005 Keterangan : 1 ) Belum termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap 2 ) Belum termasuk penduduk non respon Hampir 16 juta jiwa atau sebesar 48,60 persen dari total penduduk Jawa Tengah tinggal di daerah perkotaan. Sejak tahun 1961, persentase penduduk perkotaan terus meningkat. Kenaikan ini dapat diakibatkan oleh semakin derasnya arus penduduk yang masuk ke perkotaan, namun juga dapat dikarenakan adanya perluasan wilayah perkotaan maupun perubahan status daerah dari perdesaan menjadi perkotaan. Sejalan dengan semakin bertambahnya penduduk Jawa Tengah, kepadatan penduduk juga semakin tinggi. Kepadatan penduduk merupakan indikator untuk melihat keseimbangan persebaran penduduk dengan luas wilayah. 10

Wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi umumnya dihadapkan pada berbagai masalah lingkungan, perumahan, kesehatan dan masalah sosial lainnya. Pada tahun 2008, kepadatan penduduk di Jawa Tengah tercatat sebesar 1.003 jiwa setiap kilometer persegi. Daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Tengah adalah Kota Surakarta dengan kepadatan 11.877 jiwa setiap kilometernya, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Blora dengan tingkat kepadatan 465 jiwa setiap kilometernya. E. Laju Pertumbuhan Penduduk ( LPP ) Dalam empat dekade terakhir, penduduk Jawa Tengah mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 1,74 persen (periode 1961-1971) menjadi 0,84 persen (periode 1990-2000) 1 ) setiap tahunnya. Periode tahun 2000-2005 laju pertumbuhan 0,62 persen setiap tahunnya dan periode tahun 2007-2008 laju pertumbuhan sebesar 0,76 persen. Penurunan ini tidak dapat dipungkiri sebagai akibat turunnya angka fertilitas yang cukup berarti. Dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk pada periode 1961-1971 dibanding periode 1990-2000, jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2010 diperkirakan sebesar 33,095 juta jiwa. Berarti ada pertambahan penduduk sebanyak 2,17 juta jiwa selama periode 2000-2010. (Tabel. 2) 1) Tidak memperhitungkan penduduk non respon 11

Tabel 2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Tengah Tahun 1961-2010 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 1 ) Periode Laju Pertumbuhan Per tahun (persen) (1) (2) (3) (4) 1961 18 407 471 XXX XXX Sept 1971 21 865 263 1961-1971 1,74 Okt 1980 25 367 344 1971-1980 1,66 Okt 1990 28 515 737 1980-1990 1,18 Juni 2000 2 ) 30 924 164 1990-2000 0,84 2010 33 094 600 2000-2005 0,62 Gambar. 2 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Tengah Tahun 1961, 1980, 1990, 2005 2 1.5 1.74 1.66 1 0.5 1.18 0.84 0.62 0 1961/71 1971/80 1980/90 1990/00 2000/05 Sumber : - BPS, Hasil SP 1961 - BPS, Hasil SP 1971 - BPS, Hasil SP 1980 - BPS, Hasil SP 1990 - BPS, Hasil SP 2000 - BPS, Hasil Proyeksi Supas 2005 Keterangan : 1 ) Belum termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap 2 ) Belum termasuk penduduk non respon 12

F. Komposisi Penduduk Struktur umur penduduk Jawa Tengah mengalami transisi menuju ke struktur penduduk tua. Kondisi ini terlihat dari perubahan komposisi penduduk menurut kelompok umur tahun 1990 ke tahun 2007. Struktur umur pada tahun 2008 persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) naik dari 67,42 persen menjadi 67,64 persen, sedangkan penduduk usia muda (di bawah 15 tahun) turun dari 25,54 persen menjadi 25,28 persen dan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) meningkat dari 7,04 persen menjadi 7,08 persen. Tabel 3 Persentase Penduduk menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 dan 2008 Kelompok 2007 2008 Umur Laki-laki Perempua Laki-laki+ Laki-laki Perempua n Perempua n Laki-laki+ Perempua n n (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 0-14 26,37 24,72 25,54 26,07 24,50 25,28 15-64 67,38 67,46 67,42 67,65 67,63 67,64 65 + 6,25 7,82 7,04 6,28 7,87 7,08 Jawa Tengah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : - BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2007-2008 Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki muda yang berumur 0 sampai dengan 14 tahun tercatat sebesar 26,07 persen, atau lebih tinggi dibanding penduduk perempuan muda yang tercatat sebesar 24,50 persen. Kondisi sebaliknya terjadi pada kelompok usia produktif dan usia lanjut, dimana 13

persentase penduduk laki-laki lebih rendah dibanding penduduk perempuan. G. Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008, di Jawa Tengah jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yakni 16,434 juta jiwa berbanding 16,192 juta jiwa. Dengan nilai rasio jenis kelamin (sex rasio) sebesar 98,5, hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pada tahun 2008 di Jawa Tengah terdapat 985 orang laki-laki untuk setiap 1.000 orang perempuan. Kondisi dimana penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki di Jawa Tengah tercatat sejak tahun 1971. Gambar. 3 Rasio Jenis Kelamin, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2007 dan 2008 120 110 100 90 80 70 2007 2008 0-4 10-14 20-24 30-34 40-44 K e l o m p o k 50-54 U m u r 60-64 70-74 Sumber : - BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2007-2008 Dilihat menurut kelompok umur, hanya beberapa kelompok saja yang menunjukkan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, yaitu pada kelompok usia 0-24 tahun dan kelompok usia 50-59 tahun. 14

Rasio jenis kelamin biasanya terus turun (makin banyak perempuan dibandingkan laki-laki) secara berangsur-angsur sejalan dengan kenaikan umur, sehingga pada kelompok umur tua rasio jenis kelamin semakin jauh di bawah angka 100. Pola ini terlihat sama pada tahun 2007 maupun 2008. H. Rasio Ketergantungan Salah satu indikator kependudukan lainnya yang mengalami perubahan sebagai akibat terjadinya perubahan struktur penduduk menurut umur adalah angka rasio ketergantungan. Angka ini diartikan sebagai banyaknya penduduk non produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Secara fungsional, indikator ini dari tahun ke tahun cenderung semakin kecil sebagai akibat turunnya jumlah penduduk usia muda dan naiknya jumlah penduduk usia produktif. Tabel 4 Rasio Ketergantungan Penduduk, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1971-2008 Tahun Rasio Ketergantungan Muda Tua Total (1) (2) (3) (4) 1971 80,81 4,97 85,78 1980 70,19 6,28 76,48 1990 58,87 7,76 66,63 2000 44,40 9,05 53,44 2005 40,20 9,84 50,05 2006 39,13 10,32 49,63 2007 37,88 10,32 48,32 2008 37,37 10,47 47,83 15

Gambar. 4 Rasio Ketergantungan Penduduk Jawa Tengah Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2005, 2006 dan 2007 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85.78 76.48 66.63 50.05 48.32 53.44 49.63 47.83 1971 1980 1990 2000 2005 2006 2007 2008 Sumber : - BPS, Hasil SP 1971 - BPS, Hasil SP 1980 - BPS, Hasil SP 1990 - BPS, Hasil SP 2000 - BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Supas 2005 Untuk Jawa Tengah secara total, angka rasio ketergantungan, pada tahun 1971 masih tercatat sebesar 85,78 namun pada tahun 2008 sudah menjadi 47,83. Penurunan angka rasio ketergantungan di Jawa Tengah lebih dipengaruhi turunnya angka rasio ketergantungan penduduk muda dari 80,81 (tahun 1971) menjadi 37,37 (tahun 2008). Sebaliknya terjadi kenaikan pada angka ketergantungan penduduk tua dari 4,97 (tahun 1971) menjadi 10,47 (tahun 2008). I. Rasio Anak Wanita Rasio anak balita terhadap jumlah perempuan berumur 15-49 tahun juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan 16

tingkat kelahiran/fertilitas di suatu daerah. Kelompok anak yang digunakan adalah penduduk berumur 0-4 tahun tanpa membedakan jenis kelamin, sedang kelompok perempuannya adalah yang berumur 15-49 tahun tanpa membedakan status perkawinannya. Angka rasio anak terhadap perempuan merupakan salah satu ukuran kelahiran yang sederhana pada suatu populasi, meskipun jumlah penduduk 0-4 tahun sangat dipengaruhi oleh kematian dan jumlah penduduk perempuan berumur 15-49 tahun dipengaruhi oleh migrasi. Tabel 5 Rasio Anak terhadap Wanita menurut Daerah Perkotaan/Perdesaan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1971-2008 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) 1971 533,05 645,70 632,82 1980 500,42 562,79 550,50 1990 370,80 454,80 430,83 2000 275,30 311,84 296,81 2005 137,75 149,31 144,29 2006 123,01 133,54 128,94 2007 285,91 315,84 302,72 2008 282,42 313,13 297,52 Sumber : - BPS, Hasil SP 1971 - BPS, Hasil SP 1980 - BPS, Hasil SP 1990 - BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2005-2008 17

Rasio anak terhadap perempuan / Child Women Ratio (CWR) di Jawa Tengah tahun 2008 tercatat sebesar 297,52 yang berarti bahwa setiap 1.000 perempuan terdapat balita sebanyak 298. Selama periode tahun 1971-2000 angka ini terus mengalami penurunan dimana rasio anak terhadap perempuan di Jawa Tengah tercatat sebesar 632,82 (tahun 1971), 550,50 (tahun 1980) 430,83 (tahun 1990) dan 296,81 (tahun 2000). Penurunan angka rasio anak terhadap perempuan di atas memberikan indikasi adanya penurunan terhadap tingkat kelahiran. Hal yang cukup mengkhawatirkan terlihat pada tahun 2007dan 2008, mengalami peningkatan yang tajam bila dibandingkan tahun 2006 terutama di daerah perdesaan terlihat bahwa rasio anak terhadap perempuan di perdesaan menjadi sebesar 313,13 sedangkan di perkotaan sebesar 282,42 pada tahun 2008. J. Angka Kelahiran Total Turunnya fertilitas di Jawa Tengah terlihat dari turunnya angka kelahiran total/ total fertility rate (TFR) dari 5,33 (berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971) menjadi 2,30 (berdasarkan hasil SDKI 2007). Turunnya angka kelahiran ini tidak dapat dipungkiri merupakan hasil kerja keras dari semua pihak dan dukungan dari masyarakat terutama kaum wanitanya untuk mengendalikan jumlah penduduk, melalui program keluarga berencana. Selain itu, program transmigrasi yang mendapat sambutan positip dari seluruh masyarakat Jawa Tengah juga menyebabkan penurunan laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah. 18

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI 2007), estimasi angka kelahiran total Jawa Tengah periode tahun 2002-2007 sebesar 2,30. Hal ini menunjukkan bahwa estimasi angka kelahiran total Jawa Tengah lebih rendah bila dibandingkan dengan estimasi angka kelahiran total nasional (2,6). Meskipun estimasi angka kelahiran total Jawa Tengah lebih rendah dari angka nasional, tetapi tetap diperlukan perhatian lebih besar terhadap pertumbuhan penduduk. Tabel 6 Estimasi Angka Kelahiran Total, Provinsi Jawa Tengah Angka Tahun Kelahiran Sumber data Total (1) (2) (3) 1967-1970 5,33 SP 1971 1971-1975 4,92 SUPAS 1976 1976-1979 4,37 SP 1980 1981-1984 3,82 SUPAS 1985 1984-1987 3,20 SPI 1987 1986-1989 3,05 SP 1990 1988-1991 2,85 SDKI 1991 1991-1994 2,77 SDKI 1994 1994-1997 2,63 SDKI 1997 1997-2002 2,10 SDKI 2002 2002-2007 2,30 SDKI 2007 Sumber : BPS 19

Gambar. 5 Perkembangan TFR Jawa Tengah Tahun 1970 s/d 2007 6 5 4 3 2 1 5.33 4.91 4.37 3.82 3.04 2.58 2.1 2.3 0 1970 1975 1979 1984 1989 1994 2003 2007 Sumber : BPS Keterangan : 1) Berdasarkan SP 1971 2) Berdasarkan SUPAS 1976 3) Berdasarkan SP 1980 4) Berdasarkan SUPAS 1985 5) Berdasarkan SP 1990 6) Berdasarkan SUPAS 1995 7) SDKI 2002-2003 8) SDKI 2007 K. Anak Lahir Hidup Salah satu indikator yang menunjukkan tinggi dan rendahnya tingkat kelahiran adalah rata-rata anak yang pernah dilahirkan hidup (ALH). Indikator ini membandingkan antara banyaknya anak lahir hidup dengan banyaknya wanita. Rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh wanita umur 45-49 tahun pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 dari 3,45 anak menjadi 3,38 anak. Angka ini menggambarkan kondisi kelahiran dari wanita yang 20

telah mencapai akhir masa reproduksinya, sehingga dapat mewakili kelahiran lengkapnya. Rata-rata anak yang dilahirkan hidup terendah di Jawa Tengah terlihat pada wanita berumur 15-19 tahun yaitu sebesar 0,46 orang anak. Rendahnya angka ini dapat dimaklumi mengingat bahwa masih banyak wanita dari kelompok umur tersebut yang masih berstatus "belum kawin" sehingga banyak anak yang dilahirkan hidup masih rendah. Semakin tua umur wanita terlihat rata-rata anak yang dilahirkan hidup semakin tinggi mengingat semakin tua umur wanita semakin dekat mereka pada akhir masa reproduksinya. Di Jawa Tengah, ratarata anak yang dilahirkan hidup pada kelompok umur 45-49 tahun pada tahun 2008 tercatat sebesar 3,38 dan angka ini dapat dikatakan sebagai proksi/pendekatan tingkat fertilitas total di Jawa Tengah. 21

Tabel 7 Rata-rata Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup dan Proporsi Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Perempuan, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2007 dan 2008 2007 2008 Kelompok Rata-rata Rata-rata Proporsi Rata-rata Rata-rata Proporsi Umur Anak Lahir Anak Masih Anak Masih Anak Lahir Anak Masih Anak Masih Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 15-19 0,46 0,44 0,96 0,48 0,46 0,97 20-24 0,89 0,86 0,97 0,90 0,88 0,97 25-29 1,33 1,29 0,97 1,30 1,26 0,97 30-34 1,96 1,89 0,96 1,94 1,87 0,96 35-39 2,53 2,40 0,95 2,44 2,33 0,95 40-44 3,07 2,83 0,92 2,93 2,72 0,93 45-49 3,45 3,11 0,90 3,38 3,05 0,90 15 49 2,29 2,14 0,93 2,26 2,12 0,94 Sumber : BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2007-2008 Pada tabel diatas terlihat bahwa di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 97 dari 100 anak yang dilahirkan hidup oleh perempuan kelompok umur 15-19 tahun tercatat masih hidup, sedangkan pada kelompok umur perempuan 45-49 tahun hanya 90 dari 100 anak yang dilahirkan hidup yang tercatat masih hidup. Selama dua tahun terakhir (tahun 2007 2008), di setiap kelompok umur mengalami penurunan nilai rata-rata anak lahir hidup. Penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 40-44, rata-rata ALH turun dari 3,07 menjadi 2,93. Disusul pada kelompok umur 35-39 tahun, rata-rata ALH turun dari 2,53 menjadi 2,44. 22

L. Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Umur perkawinan pertama seorang perempuan mempengaruhi jumlah anak yang akan dilahirkan selama masa reproduksinya, karena semakin dini umur perkawinan seorang wanita semakin banyak jumlah anak yang akan dilahirkannya. Singulate Mean Age of Marriage (SMAM) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung rata-rata umur perkawinan pertama baik untuk perempuan maupun laki-laki. Tabel 8 Rata-rata Umur Perkawinan Pertama menurut Jenis Kelamin Dan Daerah Perkotaan/Perdesaan, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2007 dan 2008 Jenis 2007 2008 Kelamin Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perkotaa Perdesaa Perko + n n taan + Perdesaan Perde saan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-laki 28,10 26,16 27,04 28,17 26,28 27,28 Perempuan 24,18 21,21 22,56 24,24 21,36 22,88 Laki-laki+ Perempuan 26,12 23,63 24,76 26,18 23,74 25,02 Sumber : BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2007-2008 23

Hasil penghitungan SMAM untuk Jawa Tengah menunjukkan bahwa rata-rata umur perkawinan pertama perempuan di Jawa Tengah tahun 2008 tercatat sebesar 22,88 tahun. Angka ini sedikit meningkat bila dibandingkan tahun 2007 dimana rata-rata umur perkawinan pertama perempuan tercatat sebesar 22,56 tahun. Pada periode yang sama, rata-rata umur perkawinan pertama laki-laki di Jawa Tengah juga sedikit meningkat, dari 27,04 tahun menjadi 27,28 tahun. Kondisi ini juga terlihat di daerah perkotaan maupun perdesaan, sehingga secara total juga sedikit meningkat. Rata-rata umur perkawinan pertama di perdesaan lebih rendah dibandingkan di perkotaan, baik pada kelompok perempuan maupun laki-laki. Rata-rata umur perkawinan pertama perempuan di perdesaan yang lebih rendah dibandingkan di perkotaan dimungkinkan karena masih banyaknya perkawinan di bawah umur di perdesaan. Pada Tabel 12 terlihat bahwa dari jumlah perempuan yang pernah kawin di Jawa Tengah sebesar 37,13 persen menikah pada umur 16-18 tahun, dan sebesar 39,00 persen menikah pada umur 19-24 tahun. Meskipun demikian ternyata di Jawa Tengah masih relatif banyak perempuan yang menikah pada usia di bawah 16 tahun yaitu sebesar 13,75 persen. 24

Tabel 9 Persentase Perempuan Pernah Kawin menurut Kelompok Umur dan Usia Perkawinan Pertama, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2008 Kelompok Umur Perkawinan Pertama (tahun) Jumlah Umur 10 15 16-18 19-24 25 + (1) (2) (3) (4) (5) (6) 15 19 13,30 77,27 9,43 0,00 100,00 20 24 3,96 34,31 61,72 0,00 100,00 25 29 3,67 27,38 57,20 11,75 100,00 30 34 5,26 31,85 46,60 16,30 100,00 35 39 6,62 33,32 44,00 16,06 100,00 40 44 10,32 35,51 39,97 14,19 100,00 45 49 13,47 39,33 38,22 8,97 100,00 50 + 25,05 42,06 26,43 6,46 100,00 Jumlah 13,75 37,13 39,00 10,12 100,00 Sumber : BPS Jawa Tengah, Hasil Pengolahan Susenas 2008 M. Motalitas Angka Kematian Bayi Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI 2007), estimasi Angka Kematian Bayi (AKB)/ Infant Mortality Rate (IMR) Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup, dibanding hasil SPI 1987 mengalami penurunan yang cukup berarti (AKB sebesar 47,8). Estimasi angka kematian bayi Jawa Tengah ternyata lebih rendah dibanding estimasi Nasional (34 per 1.000 kelahiran hidup). Pada Tabel 10 menyajikan estimasi Angka kematian bayi, angka kematian anak dan angka kematian balita berdasarkan hasil SPI 1987, SDKI 1991, SDKI 1994, SDKI 1997, SDKI 2002 dan SDKI 2007. Dari tabel tersebut tampak terjadi penurunan Angka kematian bayi, 25

angka kematian anak dan angka kematian balita yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Tabel 10 Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak, dan Angka Kematian Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2007 Tahun Angka Kematian Bayi ( 1 q 0 ) Angka Kematian Anak ( 4 q 1 ) Angka Kematian Balita ( 5 q 0 ) (1) (2) (3) (4) 1987 (SPI) 47,8 35,4 81,6 1991 48,8 32,6 79,8 1994 51,1 25,0 74,8 1997 45,3 15,7 59,9 2002 36,0 8,0 44,0 2007 26,0 6,0 32,0 Sumber : SPI 1987 dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Keterangan : Termasuk periode dalam kalender SPI 1987 (1997-1987) SDKI 1991 (1981-1991), SDKI 1994 (1991-1994) SDKI 1997 (1994-1997), SDKI 2002 (1997-2002) SDKI 2007 (2002-2007) Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa penurunan AKB cukup menggembirakan. Hal ini kemungkinan karena makin meningkatnya pelayanan dan fasilitas kesehatan, serta membaiknya gizi masyarakat. Pembangunan di segala sektor yang sedang digalakkan sekarang ini telah menaikkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. Ini mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pun bertambah baik, terutama 26

tingkat kesehatan individu dan masyarakat yang selanjutnya akan membuat AKB mengalami penurunan. Proporsi Anak Masih Hidup Salah satu indikator yang memberi petunjuk tentang tinggi rendahnya tingkat kematian adalah indikator proporsi anak yang masih hidup (AMH) yang didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah anak yang masih hidup dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup pada masing-masing kelompok umur perempuan. Nilai mendekati 1 menunjukkan bahwa hampir seluruh anak yang dilahirkan hidup tetap berada dalam kondisi masih hidup saat pencacahan. Nilai indikator ini sangat banyak dipengaruhi oleh kondisi dan fasilitas kesehatan dengan dasar pemikiran bahwa kondisi dan pelayanan kesehatan yang lengkap dan baik akan mencegah terjadinya tingkat kematian pada anakanak yang dilahirkan hidup. Menurut kelompok umur perempuan, proporsi anak masih hidup dari kelompok umur muda umumnya lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lebih tua. Dengan kata lain, anak-anak yang dilahirkan hidup oleh kelompok perempuan yang berumur muda umumnya masih hidup pada saat pencacahan dibandingkan anak-anak yang dilahirkan hidup oleh kelompok perempuan usia yang lebih tua sepanjang masa reproduksinya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat angka kematian anak dari wanita-wanita yang lebih tua lebih tinggi dari pada wanita-wanita yang lebih muda. Proporsi anak yang meninggal memang cenderung meningkat sesuai dengan umur ibu, karena anak dari wanitawanita yang lebih tua dilahirkan lebih dulu sehingga anak-anak 27

tersebut menghadapi resiko meninggal yang lebih besar dari pada anak-anak dari wanita yang lebih muda. Gambar 6 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Perempuan, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2008 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Rata-rata ALH Rata-rata AMH Pada gambr diatas dapat dijadikan ilustrasi perubahan rata-rata AMH yang dibandingkan dengan rata-rata ALH. Perbedaan garis antara keduanya menunjukkan terjadinya kematian. Terlihat bahwa perbedaan antara keduanya semakin melebar seiring dengan meningkatnya umur perempuan. 28

BAB III VISI, MISI, STRATEGI DAN NILAI Mengantisipasi lingkungan strategis yang berubah dan sejalan dengan era desentralisasi saat ini BKKBN telah merumuskan visi,misi dan strategi dasar (Grand Strategy) sebagai acuan dan arah program KB ke depan. Hal ini diperlukan dalam membangun kembali sendi-sendi program yang oleh berbagai kalangan disinyalir melemah pada era desentralisasi. Melalui perumusan kembali arah kebijakan program KB kedepan, diharapkan kinerja program dapat meningkat dan sasaran Program KB Nasional dapat dicapai. A. Visi Selaras dengan filosofi BKKBN yang sejak awal diarahkan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam KB, BKKBN telah menetapkan visi yang baru yaitu : Seluruh Keluarga Ikut KB, Melalui visi ini BKKBN diharapkan dapat menjadi inspirator, fasilitator dan penggerak program KB Nasional sehingga di masa depan seluruh keluarga Indonesia menerima ide keluarga berencana. Visi ini pada hakekatnya bermakna ganda yaitu : (1) Setiap pasangan atau calon pasangan suami istri harus sejak dini melalkukan perencanaan keluarga secara matang dan bertanggung jawab sehingga mereka menjadi keluarga-keluarga yang bahagia dan sejahtera. (2) Seluruh anggota keluarga seyogyanya mengikuti program-program yang merupakan bagian dari Program KB yaitu pasangan suami istri mengatur 29

kehamilan dengan cermat, keluarga memiliki anak balita ikut kegiatan Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB), para remaja mengikuti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR), dan keluarga lanjut usia masuk dalam kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), serta malakukan peningkatan kesejahteraan bagi keluarganya. B. Misi Misi suatu organisasi pada hakekatnya adalah merupakan tujuan mengapa organisasi ini dibentuk. Sejak awal BKKBN dibangun untuk mengemban tugas membangun keluarga Indonesia sebagai keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Untuk itulah, maka misi yang diemban oleh BKKBN tidak lain adalah untuk : Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Patut dicatat bahwa Indonesia saat ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat, sedangkan Jawa Tengah saat ini adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur. Penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta kualitas yang rendah sangat tidak kondusif bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berpotensi semakin terpuruknya status sosial dan ekonomi masyarakat dan menyulitkan upaya-upaya pengentasan kemiskinan. Itulah sebabnya, sejalan dengan upaya-upaya peningkatan kualitas penduduk melalui program pendidikan, kesehatan dan pembangunan lainnya, tidak kalah pentingnya adalah upayaupaya untuk melakukan perencanaan keluarga secara cermat 30

sehingga pertambahan dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat dihindari. C. Strategi Untuk mewujudkan visi dan misi organisasi BKKBN telah merumuskan 5 Strategi Dasar yang bertujuan untuk memberikan daya ungkit yang besar bagi Program KB Nasional sehingga kinerja program dapat meningkat dan sasaran RPJMN 2009 dapat dicapai, Lima strategi dasar yang dirumuskan oleh BKKBN sebagai arah kebijakan program ke depan adalah sebagai berikut : 1. Menggerakkan dan Memberdayakan Seluruh Masyarakat dalam Program KB 2. Menata kembali Pengelolaan Program KB 3. Memperkuat SDM Operasional Program KB 4. Meningkatkan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga melalui Pelayanan KB 5. Meningkatkan Pembiayaan Program KB Berbagai sasaran yang mempunyai daya ungkit yang tinggi serta ingin dicapai dari masing-masing strategi dasar tersebut sebagai berikut : 1. Menggerakan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB. 31

1) Setiap Desa / Kelurahan memiliki Toga/Toma yang melakukan advokasi KIE KB 2) Setiap Desa / Kelurahan memiliki PPKBD yang berperan aktif sebagai fasilitator KB Desa 3) Seluruh Desa / Kelurahan terutama daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan mendapatkan pelayanan KB yang bermutu. 4) Setiap Kecamatan memiliki PIK-KRR yang aktif. 5) Seluruh tempat pelayanan KB memberikan promosi dan konseling KB dan Kesehatan Reproduksi. 2. Menata kembali pengelolaan Program KB. 1) Seluruh Unit kerja menerapkan program yang terintegrasi dengan out come yang jelas. 2) BKKBN Menerapkan sistem informasi yang uptodate. 3) Setiap BKKBN Provinsi mencapai sasaran program diwilayahnya. 4) Pengelolaan Program KB disetiap Provinsi mendapat fasilitasi, advokasi, supervisi dari BKKBN Pusat. 5) Setiap tingkatan wilayah mempunyai jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja. 6) Setiap kabupaten/kota memiliki Dinas KB yang dikukuhkan dengan perda. 3. Memperkuat SDM Oprasional Program KB. 1) Setiap Desa/Kelurahan dilayani oleh tenaga PLKB / PKB yang terlatih. 2) Setiap Kecamatan memiliki tenaga pengelola KB. 32

3) Seluruh Petugas memenuhi standart kompetensi dengan jumlah yang memadai. 4. Meningkatkan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Melalui Pelayanan KB 1) Seluruh Keluarga yang memiliki balita menjadi anggota aktif BKB. 2) Setiap keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 anggota UPPKS yang memiliki usaha ekonomi produktif. 3) Setiap kecamatan memiliki kelompok percontohan BKR. 4) Setiap kabupaten/kota memiliki kelompok percontohan Bina Lingkungan Keluarga. 5. Meningkatkan Pembiayaan Program Keluarga Berencana 1) Program KB mendapatkan prioritas penggarapan Pemerintah pusat dan daerah. 2) Terciptanya sistem jaminan pembiayaan program KB terutama rakyat miskin. 3) Di setiap kecamatan tersedia alokon swasta dengan harga terjangkau. Penjabaran dari Strategi Dasar dimaksud, untuk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 telah dirumuskan Strategi sebagai berikut : 33

1. Penguatan Komitmen dengan mitrakerja ( Pemerintah, Swasta, LSOM dan Perguruan Tinggi ) baik dari aspek demand maupun supply di setiap tingkatan wilayahn( Provinsi sampai dengan Desa maupun RT ) melalui Advokasi dan Koordinasi. 2. Penguatan Jaringan pelayanan kesehatan dalam pelayanan KB ( Pria dan Wanita ) melalui penumbuhan, pembinaan dan pengembangan pelayanan jalur pemerintah dan swasta, meliputi : a. Pelayanan Kesehatan Dasar ( Puskesmas maupun PKD ) b. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 3. Mengoptimalkan momentum melalui pelayanan statis maupun mobile ( Harlah Muslimat NU, Bhayangkara, Bhakti Sosial TNI KB Kes,Bhakti Bhayangkara KB Kes, Kesatuan Gerak PKK KB Kes, KORPRI, PGRI, Hari Jadi Pem Kab dll ) 4. Mengoptimalkan media pengembangan Pemberdayaan dan Ketahanan Keluarga melalui berbagai evaluasi / lomba dalam rangka peringatan HARGANAS. 5. Memberdayakan Institusi Masyarakat dan LSOM yang peduli KB 6. Mengintegrasikan pelayanan KB dengan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan kegiatan lain, yang dilaksanakan secara internal maupun bersama sektor lain 7. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas tenaga yang kompeten, baik dari sisi demand maupun supply 34

8. Memberikan dukungan beaya operasional bagi pelayanan IUD, MOP dan MOW 9. Memperkuat Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK) di setiap tingkatan wilayah 10. Membagi tahapan pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan waktu sebagai berikut : a. Tribulan I : 25 % b. Tribulan II : 60 % c. Tribulan III : 85 % d. Tribulan IV : 100 % 11. Efektifitas fasilitasi dan monitoring evaluasi seluruh komponen BKKBN dan jejaring kerja Program KB 12. Konsistensi hasil kegiatan dalam pencatatan dan pelaporan, sesuai dengan Sistem dan mekanisme yang ada. D. Nilai Nilai yang diterapkan untuk mencapai sasaran program KB Nasional adalah : 1. Cerdas (Smart) Bertindak dengan cepat, tepat, efektif dan efisien 2. Ulet (Resilient) Mampu bertahan dan pulih dengan cepat dalam kondisi sulit 3. Kemitraan (Partnership) Membangun jejaring dan kerjasama dengan prinsip saling menguntungkan 35

BAB IV SASARAN DAN KEBIJAKAN A. SASARAN Program KB Nasional merupakan salah satu program sosial dasar yang sangat strategis sebagai upaya peningkatan kualitas keluarga yang memberikan peluang dalam pembentukan sumber daya manusia yang lebih tangguh dan mandiri, serta memberikan dampak positif terhadap pengendalian kualitas dan kuantitas penduduk. Dalam menghadapi tantangan program KB Nasional kedepan maka langkah-langkah yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2009 adalah tetap mengacu pada : 1. Sasaran dalam RPJM, antara lain sbb : 1) Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 2) Menurunnya fertilitas (TFR) 3) Menurunnya unmet need 4) Meningkatnya peserta KB Pria 5) Meningkatnya pengguna kontrasepsi rasional 6) Meningkatnya rata-rata Usia Perkawinan Pertama Perempuan 7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam Bina Keluarga 8) Meningkatnya jumlah keluarga pra sejahtera dan KS 1 dalam usaha ekonomi produktif (UPPKS) 9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan program KB Nasional. 36

2. Sasaran Kinerja Program KB Nasional Jawa Tengah tahun 2009 : 1) Jumlah Peserta KB Baru selain Peserta KB Baru Pria : 678.539 2) Jumlah Peserta KB Baru Pria : 125.444 3) Jumlah Pusat Informasi dan Konsultasi kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) : 739 ( Tumbuh 628, Tegak : 74 dan Tegar : 37 ) 4) Jumlah Keluarga Balita Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) yang Aktif : dalam kegiatan BKB : 574.731 5) Jumlah Keluarga Remaja anggota Bina Keluarga Remaja (BKR) yang Aktif dalam kegiatan BKR : 268.724 6) Jumlah Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang terdaftar pada Direktori Data Basis UPPKS : 20.005 7) Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan KS I Anggota UPPKS yang aktif Berusaha : 548.534 8) Jumlah Kab/ Kota penerima DAK melapor setiap tribulan 100 % ( jumlah laporan 140 ) 9) Jumlah Kabupaten/Kota telah membentuk PERDA Organisasi Perangkat Daerah Bidang Keluarga Berencana (OPD-KB) sesuai PP 41 tahun 2007 berbentuk Badan 100 % ( 35 Kabupaten/ Kota ) B. KEBIJAKAN Kebijakan Program KB Nasional memberikan kesempatan seluas-luasnya pada masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera melalui : 37

1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, peningkatan kuantitas PIK-KRR dan upaya penurunan kematian ibu, bayi dan anak. 2. Peningkatan peran aktif masyarakat dalam pemberdayaan ketahanan keluarga melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok kegiatan pemberdayaan keluarga, peningkatan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif, pengembangan kemitraan melalui 4 pilar (Pemerintah, Swasta,LSOM dan Perguruan Tinggi), peningkatan kapabilitas pengelola dan pelaksana program serta pengembangan jejaring kerja dan informasi. 38

BAB V HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KB NASIONAL JAWA TENGAH - TAHUN 2009 Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah dari Laporan Kabupaten/Kota melalui Rek/Kab/F/I/Dallap dan Rek/Kab/F/II/KB sampai dengan bulan Desember 2009 serta laporan dari komponen fungsional terkait dengan substansi programnya, disampaikan bahwa pelaksanaan program terus berjalan baik di provinsi maupun di Kabupaten/Kota. Kegiatan pokok dan rutin yang berskala nasional maupun regional juga terus dilakukan, hal ini dapat dilihat dari hasil 9 Sasaran Indikator Kinerja yang dicapai sampai dengan bulan Desember 2009 sebagai berikut : PENCAPAIAN INDIKATOR SASARAN KINERJA BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 No. Indikator TARGET REALISASI % 1. Jumlah Peserta KB Baru Selain KB Baru Pria - IUD - MOW - Implant - Suntik - Pil 678.539 49.809 21.098 95.863 363.719 148.050 821.669 32.420 17.318 92.179 529.336 150.416 121,09 65,09 82,08 96,16 145,53 101,60 2. Jumlah Peserta KB Baru Pria - MOP - Kondom 125.444 3.944 121.500 47.398 1.968 45.430 37,78 49,90 37,39 Jumlah Peserta KB Baru seluruhnya 803.983 869.067 108,10 39

3. Jumlah Pusat Informasi dan Konseling KRR - Tumbuh - Tegak - Tegar 739 628 74 37 870 747 83 40 117,73 118,95 121,16 108,11 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jumlah Keluarga Balita Anggota BKB Aktif Jumlah Keluarga Remaja Anggota BKR Aktif Jumlah Kelompok UPPKS Terdaftar di Direktori Data Basis Jumlah KPS dan KS.1 Anggota UPPKS aktif Berusaha Jumlah Kab/Kota Penerima DAK melapor setiap triwulan Jumlah Kab/Kota telah membentuk PERDA OPD-KB sesuai PP 41 Tahun 2007 berbentuk Badan 574.731 268.724 20.005 548.534 140 35 530.217 238.876 20.724 468.468 140 33 92,25 88,89 103,59 85,40 100 94,29 Sementara untuk melihat perkembangan lebih jauh dari hasil pelaksanaan program secara lengkap dapat di informasikan sebagai berikut : A. PROGRAM KELUARGA BERENCANA 1. Pencapaian Peserta KB Baru Jumlah total Peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2009 tercatat 869.067 peserta atau sebesar 108,10 % yang rinciannya berdasarkan mix kontrasepsi seperti tabel dibawah ini : 40

Tabel 11 Pencapaian PB Per Mix Kontrasepsi s/d Desember 2009 NO. KONTRASEPSI PPM PB REALISASI % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. IUD MOW MOP KONDOM IMPLANT SUNTIK PIL 49.809 21.098 3.944 121.500 95.863 363.719 148.050 32.420 17.318 1.968 45.430 92.179 529.336 150.416 65,09 82,08 49,90 37,39 96,16 145,53 101,60 JUMLAH 803.983 869.067 108,10 Dari jumlah realisasi diatas peserta KB terbanyak menggunakan Alat Kontrasepsi Suntik sebanyak 145,53 % dan terendah menggunakan Kondom sebesar 37,39 %. Sementara kalau kita lihat pencapaian dimasing-masing Kab/Kota s/d Bulan Desember 2009 yang mendapatkan Peserta KB Baru tertinggi ada di Kabupaten Wonosobo dengan 128,29 %, sedangkan terendah ada di Kab. Magelang sebanyak 79,85 % sebagaimana terlihat dalam grafik dibawah ini : 41

Gambar 7 Grafik Peserta KB Baru Kabupaten/Kota s/d Bulan Desember 2009 Wonosobo Kudus Semarang Kota Salatiga Kota Surakarta Demak Pekalongan Rembang Kendal Blora Sragen Boyolali Brebes Banjarnegara Kebumen Sukoharjo Batang Wonogiri Kota Semarang Temanggung Kota Pekalongan Karanganyar Cilacap Jepara Purbalingga Grobogan Klaten Pemalang Purworejo P a t i Banyumas Kota Tegal Tegal M agelang Kota M agelang 128.29 127.54 126.09 125.27 121.95 120.87 119.62 118.25 118.24 117.91 116.63 113.43 111.46 111.38 109.85 108.25 107.60 107.38 106.84 106.69 105.70 104.98 104.76 104.48 104.45 102.99 101.76 101.72 99.59 97.80 97.73 97.58 89.88 88.18 79.85-20 40 60 80 100 120 140 42

Apabila dilihat dari perkembangan pencapaian PB dari bulan ke bulan dapat kita gambarkan seperti grafik dibawah ini. Gambar 8 Perkembangan Pencapaian PB perbulan 90000 70000 50000 30000 10000 JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Peserta KB Baru 61808 64595 73220 75045 77073 78691 80073 70724 82747 78104 75732 869066 Sedangkan persentase pencapaian PB per bulan s/d Desember 2009 dibanding dengan PPM PB 2009 dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut. Gambar 9 Perkembangan Kumulatif Persentase Pencapaian PB s/d Bulan Desember 2009 dibanding PPM PB 2009 120 100 80 60 40 20 0 99.06 80.05 108.1 63.45 89.77 43.75 72.25 34.16 15.72 53.47 7.69 24.83 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES % PB/PPM 43

2. Pencapaian Peserta KB Baru selain PB Pria Jumlah Peserta KB Baru selain Peserta KB Baru Pria sampai dengan bulan Desember 2009 telah mencapai 802.395 peserta atau sebesar 97.56 % dari sasaran kinerja : 822.450, yang rinciannya berdasarkan mix kontrasepsi sebagai berikut: Tabel 12 Pencapaian PB Selain PB Pria s/d Desember 2009 NO. KONTRASEPSI PPM PB REALISASI % 1. 2. 3. 4. 5. IUD MOW IMPLANT SUNTIK PIL 49.809 21.098 95.863 363.719 148.050 32.420 17.318 92.179 529.336 150.416 65,09 82,08 96,16 145,53 101,60 JUMLAH 678.539 821.669 121,09 3. Peserta KB Baru (PB) Pria Pencapaian Peserta KB Baru Pria sampai dengan bulan Desember 2008 sebesar : 29.727 peserta atau sebesar 93.78 % dari PPM sebesar : 31.700, yang rinciannya berdasarkan mix kontrasepsi sebagai berikut : 44

Tabel 13 Pencapaian PB Pria s/d Desember 2009 NO. KONTRASEPSI PPM.PB REALISASI % 1. 2. MOP KONDOM 3.944 121.500 1.968 45.430 49,90 37,39 JUMLAH 125.444 47.398 37,78 Peserta KB Baru Pria ini realisasi tertinggi s/d bulan Desember 2009 dicapai oleh Kab. Rembang sebesar 122,69 % dan terendah dicapai oleh Kab. Tegal besar 12,57 % seperti gambar dibawah ini. 45

Gambar 10 Grafik Peserta KB Baru Pria Kabupaten/Kota s/d Bulan Desember 2009 Rembang Kudus Sragen Temanggung Banjarnegara Banyumas Purbalingga Wonogiri Wonosobo Kota Semarang Kota Salatiga Batang Boyolali Kota Surakarta Kota Magelang Blora Sukoharjo Brebes Pekalongan Cilacap Jepara Grobogan Karanganyar Kebumen Magelang Pemalang Demak P a t i Kota Tegal Klaten Semarang Purw orejo Kendal Kota Pekalongan Tegal 20.82 19.93 18.54 13.16 12.57 33.53 28.89 28.82 28.03 27.66 27.57 24.79 24.35 24.29 22.93 21.86 21.68 42.22 42.22 41.19 38.44 37.20 36.27 36.25 36.05 62.12 60.56 52.58 52.56 49.10 47.85 46.92 44.69 103.54 122.69-20 40 60 80 100 120 140 46

4. Peserta KB Baru (PB) per Metode Kontrasepsi Sebagai bahan evaluatif perkembangan pencapaian Peserta KB Baru per metode kontrasepsi dapat digambarkan sebagai berikut : a. Peserta KB Baru IUD Pencapaian PB IUD sebesar : 32.430 atau 65,09 % dari PPM : 49.809, yang secara rinci perkembangan pencapaiannya per bulan adalah sebagai berikut : Gambar 11 Perkembangan pencapaian PB IUD perbulan 5000 4000 3000 2000 1000 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES PPM/ Bln 2176 2226 2999 2647 2755 3254 3296 2648 1692 2937 2985 2807 4151 Dari gambar diatas jelas bahwa pecapaian PB IUD setiap bulannya masih jauh dibawah PPM yang seharusnya : 4.151. b. Peserta KB Baru MOW. Pencapaian PB MOW sebesar : 17.318 atau 82,02 % dari PPM : 21.098, yang secara rinci perkembangan pencapaian PB MOW setiap bulan sebagai berikut : 47

Gambar 12 Perkembangan Pencapaian PB MOW perbulan 2000 1500 1000 500 0 JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEPT OKT NOV DES PPM/ BLN 15000 12000 9000 6000 3000 1156 1223 1446 1708 1532 1502 1624 1147 543 1768 1755 1914 1758 Pencapaian PB MOW setiap bulannya fluktuatif tertinggi pada bulan Desember : 1.914 dan terendah pada bulan September : 543. c. Peserta KB Baru Implant. Pencapaian PB Implant sebesar : 92.179 atau 96,16 % dari PPM : 95.863, yang secara terinci perkembangan pencapaian PB Implant setiap bulannya sebagai berikut : Gambar 13 Perkembangan Pencapaian PB Implant perbulan 0 JAN FEB MRT APR MEI JNI JLI A GS SPT OKT NOV DES PPM / BLN 5757 6505 9167 7542 6696 7640 7901 7614 2926 9567 8307 12559 7989 48

Pecapaian PB Implant tertinggi pada bulan Desember : 12.559 dan terendah pada bulan September 2..926, dan hanya pada bulan Maret, Oktober, Nopember dan Desember pencapaiannya diatas PPM. d. Peserta KB Baru Suntik Pencapaian PB Suntik sebesar : 529.335 atau 145,53 % dari PPM 363.719, dengan rincian perkembangan PB Suntik setiap bulannya sbb : Gambar 14 Perkembangan Pencapaian PB Suntik perbulan 50000 40000 30000 20000 10000 0 JAN FEB MRT APR MEI JNI JLI AGS SPT OKT NOV DES PPM /BLN 4099 4167 4410 4665 4730 4868 4812 4401 4229 4457 4214 3874 3031 Pencapaian PB Suntik setiap bulannya rata-rata diatas PPM, tertinggi buln Juni : 4.868 dan yang terendah pada bulan Desember: 3.874 e. Peserta KB Baru Pil Pencapaian PB Pil sebesar : 150.416 atau 101,60 % dari PPM : 148.050, yang terinci pencapaian PB Pil perbulannya adalah sebagai berikut : 49