EVALUASI SISTEM PERANGKUTAN SAMPAH KOTA JEMBER F.X. Dwi Susanto Nunung Nuring Hayati, ST., MT. Jojok Widodo S., ST., MT. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember 68 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember 68 e-mail: nunung.nh@gmail.com Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ. Jember Jl. Slamet Riyadi 62 Jember 68 e-mail: sofiwis@yahoo.co.id ABSTRAK Amount of garbage volumes proportional to level consumptionn every individual to used goods. DPU Cipta Karya Kabupaten Jember can be reserve garbage transportation for Kecamatan Kaliwates equal to 39% from amount arise garbages 4,37 m3 / day, for Kecamatan Patrang 26.6% from amount arise garbages 30,57 m3 / day, and for Kecamatan Sumbersari 44.2% from amount arise garbages 54,9 m3 / day, less than goal achievement of service coverage 60% resident. Intention of this research analyzes garbage transportation system in Town of Jember. Method which used in analyze is transportation model and tree network analysis. Result of research indicate that average of garbage transported in Kecamatan Kaliwates 55,28 m3/ day, pursuant to amount arise yielded garbages can be compared to DPU Cipta Karya and city Planning of Jember only can transport 39,% from amount arise garbages in Kecamatan Kaliwates. Average of garbage volume transported by Kecamatan Patrang equal 34,73 m3. Base on amount of arise yielded garbages, garbage volume able to be transported in Kecamatan Patrang only 26,6% from arise garbage that happened. Average of garbage volume transported in Kecamatan of Sumbersari equal to 68,3 m3. Amount of arise garbages that happened, DPU Cipta Karya and City Planning of Jember only can transport 44,8% arising garbage. According to target of RPJMN. For the service of Town of Jember not yet reached target equal to 60% resident. Therefore, to be earning target of RPJMN, need the existence of improvement garbage service. in this case is rising the performance of garbages transportation in Jember city. Keyword: transportation system, transportation model, tree network analysis.. PENDAHULUAN Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Menurut Hadnyanawati (2003:), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Jumlah atau volume sampah adalah sebanding dengan tingkat konsumsi setiap individu terhadap barang yang digunakan. Wilayah Kota Kabupaten Jember terdiri dari tiga kecamatan yaitu kecamatan Kaliwates, Patrang, dan Sumbersari. Saat ini penanganan sampah kota Jember dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember. Kecamatan Kaliwates memiliki luas wilayah 24,94 km 2 dengan kepadatan penduduk 3.779,50 jiwa/km 2, kecamatan Sumbersari memiliki luas 37,05 km 2 dengan kepadatan penduduk 2.774,64 jiwa/km 2, kecamatan Patrang 36,99 km 2 dengan kepadatan penduduk 2.353,06 jiwa/km 2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2008). Sampah dari tiga kecamatan tersebut seluruhnya dibuang di TPA Kertosari, desa Kertosari Kecamatan Pakusari. Data Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember Tahun 2008 menyebutkan jumlah armada pengangkutan sampah yang beroperasi yaitu 2 unit dump truck dengan total ritasi adalah 8 ritasi/hari. Laju timbulan sampah per kecamatan adalah,5 liter/jiwa/hari, dengan jumlah timbulan sampah untuk kecamatan Kaliwates adalah 4,37 m 3 /hari, kecamatan Patrang 30,57 m 3 /hari dan kecamatan Sumbersari 54,9 m 3 /hari. Sedangkan volume sampah terangkut untuk kecamatan Kaliwates adalah 55,27 m 3 /hari (39%), kecamatan patrang 34.73 m 3 /hari (26.6%) dan untuk kecamatan Sumbersari 68,3 m 3 /hari (44.2%). Angka tersebut masih jauh dari sasaran utama kebijakan persampahan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 2009 yaitu pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk (Menteri Pekerjaan Umum, 2006). Mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku tentang sasaran utama kebijakan persampahan guna meningkatkan volume sampah terangkut dengan mengoptimalkan fasilitas yang telah ada, maka diperlukan suatu studi guna mengevaluasi sistem pengangkutan sampah 392
di Kota Jember sebagai langkah awal optimalisasi kebersihan lingkungan di Kabupaten Jember. 2. TINJAUAN PUSTAKA Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota (Departemen Pekerjaan Umum, 2002). 2.. Volume/Produksi Sampah Produksi sampah domestik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: QsampahD = qsampahx P........................ () Dimana : Q sampahd = volume/produksi sampah domestik suatu kota (m 3 /hari) q sampah = laju timbunan sampah (m 3 /hari) P = jumlah populasi terlayani di area pelayanan (jiwa) Menurut Tchobanoglous (977:25) waktu yang dibutuhkan tiap trip adalah sama dengan penjumlahan waktu pick up, at site, dan haul, dengan persamaan sebagai berikut: T HCS = P HCS + s + h........................ (2) Dimana : T HCS = waktu tiap trip untuk HCS P HCS = waktu pick up tiap trip untuk HCS s = waktu at site tiap trip h = waktu haul tiap trip Jumlah trip yang dibutuhkan tiap hari dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut: N = d (V v. r)........................ (3) Dimana : N d = jumlah trip pengumpulan tiap hari, trip/hari V d = tingkat penimbulan sampah harian, m 3 /hari v = volume kendaraan pengumpul, m 3 /trip r = rasio pemadatan 2.2. Model Transportasi Ada sejumlah jenis persoalan linier yang dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur perhitungan lain yang lebih efisien daripada metode simpleks. Salah satu diantaranya adalah metode transportasi. Metode ini lebih efisien dalam memecahkan persoalan transportasi dan persoalan penugasan, yang merupakan bentuk khusus dari persoalan transportasi (Levin, et al. 995). a C ;x b a 2 2 2 b 2 a m m n Sumber C mn ;x mn Tujuan Gambar. Model Transportasi (Marpaung, 2006) b m 393
Persamaan matematis model transportasi adalah: m n Maks Min.. z = i= j. / c x ij ij........................ (4) Dimana fungsi kendala: n xij j= m xij i= a b i j i =, 2, 3,..., m........................ (5) j =, 2, 3,..., n........................ (6) x 0........................ (7) ij 2.3. Pemilihan Rute Dalam pemilihan rute ada salah satu tahapan yang cukup penting yaitu pembentukan pohon. Pohon dapat juga digunakan untuk menghasilkan informasi pada saat pasangan Asal-Tujuan sudah pasti memilih rute tertentu. Fasilitas ini sering disebut analisis ruas terpilih, memungkinkan mengenali pengendara yang terpengaruh mengenai jaringan. Analisis jaringan pohon dapat menggunakan metode all-or-nothing. Metode ini mengasumsikan bahwa proporsi pengendara dalam memilih rute yang diinginkan hanya bergantung pada ciri fisik setiap ruas jalan yang dilaluinya, dan tidak bergantung pada tingkat kemacetan (Tamin, 2000:290). 3. METODE PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja sistem perangkutan sampah eksisting kota Jember. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah model transportasi metode kuantitatif. Pengambilan data dilakukan pada 4 transfer depo selama satu minggu yang diasumsikan mewakili gambaran sistem pengangkutan sampah di kota Jember. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 2. Data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada sebelumnya yang didapat dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Jember dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Data-data tersebut antara lain: volume timbulan sampah, jumlah penduduk kota Jember, peta pelayanan pengangkutan sampah, dan lokasi transfer depo. Data primer dilakukan dengan cara mendata secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan. Survei yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei volume sampah terangkut kota Jember dan survei waktu pengangkutan sampah mulai dari waktu pengambilan sampah, waktu pengangkutan sampah, dan waktu pembuangan sampah. 394
MULAI Studi kepustakaan dan Observasi lapangan Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan Data Primer Karakteristik Sampah: Laju timbulan sampah Jumlah penduduk Karakteristik Kendaraan: Ukuran tipe (C) Kecepatan kend. (v) Karakteristik T. Depo: Volume sampah (V) Jarak Depo - TPA (d) Analisis Timbulan Sampah: Timbulan sampah Sasaran sampah terangkut Sampah terangkut Karakteristik Operasional : Waktu Tempuh per Trip Angkut (R ni ) Total Waktu Pengangkutan (R nt ) Analisis Rute Pengangkutan Sampah dengan metode All -or -nothing Karakteristik Operasional Jam Kerja ( R mak ) R nt > R mak Ya Eliminasi R nt menjadi R ni dimana R ni < R mak Tidak Daftar R ni Urutkan nilai R ni, Ambil nilai terbesar (R ni ) Hitung R si Identifikasi R si+n R si - S R si+n Sudah minimal? Tidak Ya R ngab = R ni + S R si+n = R mak Ya R ni habis? Tidak Daftar R ngab TBA =? (Total Biaya Angkut) Nilai SBA C C 2 C 3 C x TBA tot Kondisi optimal SELESAI Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian 395
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Analisis Timbulan Sampah Data yang digunakan dalam analisis timbulan sampah menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember dan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember dengan laju timbulan sampah tiap jiwa,5 liter/orang/hari dapat dilihat pada tabel. Tabel. Analisis Timbulan Sampah Kota Jember (m 3 ) No. Kecamatan Jumlah penduduk Laju Timbulan Sampah Jumlah timbulan sampah (m 3 ) 2 3 4 5 Kaliwates 94.248 0,005 4,37 2 Sumbersari 02.794 0,005 54,9 3 Patrang 87.049 0,005 30,57 Jumlah 426,3 Sumber : Pengolahan data, 2009 Sesuai dengan sasaran RPJMN 2004-2009, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember wajib melayani 60% dari jumlah timbulan sampah yang terjadi, yaitu untuk kecamatan Kaliwates adalah 85 m 3, kecamatan Sumbersari adalah 92,5 m 3 dan kecamatan Patrang adalah 78,34 m 3. Volume sampah terangkut merupakan data kondisi eksisting yang diperoleh dari pencatatan harian di masing-masing transfer depo. Survei yang dilakukan pada setiap transfer depo selama satu mingggu diasumsikan mewakili gambaran volume sampah yang terangkut setiap harinya. Hasil survei tersebut disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Volume Harian Sampah Terangkut (m 3 ) Nama Depo Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Rata 2 Jml. 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Mangli 0,3,5 9 0,6 0, 0,5 0,43 Mojopahit 5,5 6,2 4,6 6,3 5, 6, 6,6 5,77 Kenanga 5,2 5,5 5,3 3,8 4,8 4,9 4, 4,80 55,28 GOR 5,3 6,8 6,6 6,9 6,8 6, 7,6 6,59 Talangsari* 3,8 29, 28,3 24,6 26,9 25,6 27,5 27,69 Wijaya Kusuma* 3,6 3,3 2,5 4, 2,9 5, 6 3,93 Manggar,8,5 9,8 0,5 9,8 0,3 9,3 0,43 Cendrawasih 3,6 3,8 3,7 3,3 4,2 3,9 3,7 3,74 34,73 Perum Patrang 6,3 6,9 6,2 6,9 5,7 7,3 7, 6,63 Mastrip* 3, 3 3, 4,7,4 2,3 5,8 3,34 Sumbersari 4,8 4,6 4,9 3,3 3,2 3,9 3,9 4,09 Sukorejo 4,8 4,3 5 4,6 4,5 4,5 4,3 4,57 68,3 Kebonsari* 23,5 24 23,4 23,4 22,3 24,3 22,9 23,40 Muktisari 2,3 2,7 2, 2,9 3, 3, 2,9 2,73 * : untuk 2 kali ritasi Sumber : Pengolahan data, 2009 Dari hasil analisis volume sampah terangkut, diketahui bahwa volume rata-rata sampah terangkut kecamatan Kaliwates per harinya adalah 55,28 m 3, berdasarkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di kecamatan Kaliwates (tabel ) maka dapat dibandingkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember hanya mampu mengangkut 39,% dari jumlah timbulan sampah yang ada di kecamatan Kaliwates. Volume rata-rata sampah terangkut kecamatan Patrang sebesar 34,73 m 3. Berdasarkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di kecamatan Patrang, maka volume sampah yang dapat terangkut di kecamatan Patrang hanya 26,6% dari timbulan sampah yang terjadi. Volume 396
rata-rata sampah terangkut kecamatan Sumbersari sebesar 68,3 m 3. Dari jumlah timbulan sampah yang terjadi, DPU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember hanya mampu mengangkut 44,8% timbulan sampah. Sesuai dengan sasaran RPJMN tersebut, kota Jember belum mencapai sasaran cakupan pelayanan sebesar 60% penduduk. Oleh karena itu, agar dapat terwujud sasaran RPJMN tersebut, diperlukan adanya peningkatan pelayanan sampah dalam hal ini adalah peningkatan kinerja pengangkutan sampah kota Jember. 4.2. Analisis Rute Pengangkutan Sampah Metode yang digunakan dalam menganalisis rute pengangkutan sampah adalah metode all-ornothing. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap rute yang dilalui oleh kendaraan memiliki bobot yang sama dan tidak dipengaruhi oleh efek tundaan. Nilai yang digunakan sebagai bobot dalam perhitungan adalah jarak tempuh dan waktu tempuh kendaraan. Sebagai pembanding, digunakan pula alternatif-alternatif rute yang dapat dilalui kendaraan. Rute-rute pengangkutan dibentuk menjadi sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa simpul yang menghubungkan antara tempat asal dan tujuan. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa tidak semua rute eksisting pengangkutan sampah kota Jember yang ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang kabupaten Jember memiliki lintasan efektif (lintasan terpendek). Dari perbandingan antara rute eksisting dengan rute alternatif yang dibuat, diketahui bahwa kendaraan bernopol P 9982 LM dan P 9976 N memiliki lintasan terpendek pada rute alternatif daripada rute eksisting. Hasil analisis rute pengangkutan sampah menggunakan metode all-or nothing dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Rute Pengangkutan Sampah dengan Metode All-or-nothing No. Kendaraan Rute Pengangkutan Transfer depo Jarak (km) Keterangan 2 3 4 5 6. P 8004 QP Ma 2 3 TPA Mangli 7,5 Eksisting 2. P 9994 LM Mo 2 3 4 TPA Mojopahit 5,3 Eksisting 3. L 9634 CH K G 4 5 3 TPA Kenanga, GOR 7,8 Eksisting 4. P 8020 TP T 2 3 TPA Talangsari 2,4 Eksisting 5. P 802 QP W 2 TPA Wijaya Kusuma,8 Eksisting 6. P 9982 LM M 5 6 3 TPA Manggar 3,0 Alternatif III 7. P 9979 N C P 2 TPA Cendrawasih, Patrang,3 Eksisting 8. P 9978 N M 2 3 TPA Mastrip 0,7 Eksisting 9. P 8003 RP Sbr Skr TPA Sumbersari, Sukorejo 8, Eksisting 0. P 8020 SP K 2 3 TPA Kebonsari 0,6 Eksisting. P 9976 N M 2 3 4 TPA Muktisari,0 Alternatif I Keterangan :, 2, 3,... merupakan titik simpul (lihat lampiran 8) Sumber : pengolahan data, 2009 4.3. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Data yang digunakan dalam analisis pengangkutan sampah adalah data primer yang diperoleh pada waktu survei waktu kendaraan pengangkut sampah melakukan satu kali ritasi. Survei yang dilakukan pada setiap transfer depo selama satu mingggu diasumsikan mewakili gambaran pengangkutan sampah setiap harinya. Hasil survei tersebut disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Total Waktu dalam Satu Ritasi (Jam) No DEPO Jarak (km) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Rata 2 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Mangli 7,5 3,77 3,82 3,83 3,77 3,64 3,78 3,77 2 Mojopahit 5,3 3,88 3,84 3,88 3,85 3,70 3,86 3,84 3 Kenanga,6 0,94 0,92 0,98 0,93 0,9 0,89 0,93 4 GOR 4,4 2,85 2,78 2,83 2,75 2,7 2,85 2,79 5 Talangsari 2,4 2,68 2,66 2,68 2,68 2,67 2,64 2,67 6 Wijaya Kusuma 2,0 2,95 2,92 2,85 2,96 2,86 2,86 2,90 397
7 Mastrip 0,7 3,3 3,06 3,3 3,5 3,0 3,08 3,09 8 Sumbersari 8, 0,8 0,83 0,83 0,78 0,79 0,78 0,80 9 Sukorejo 6, 0,92 0,9 0,92 0,87 0,9 0,89 0,9 0 Manggar 3,4 3,2 3,06 3,06 3,02 2,99 3,44 3, Cendrawasih,3,02 0,95 0,97 0,93 0,93 0,97 0,96 2 Patrang 9,2,97,92,95,90,85,90,9 3 Kebonsari 8,48 2,49 2,48 2,48 2,49 2,48 2,49 2,48 4 Muktisari 4,5 3,06 3,05 3,03 3,03 3,05 3,04 3,04 Sumber : Pengolahan data, 2009 Analisis pengangkutan sampah dalam penelitian ini menggunakan model transportasi. Sistem pengangkutan sampah kondisi eksisting menggunakan tipe transfer depo. Perhitungan jam operasional untuk kondisi eksisting R maks diasumsikan 8 jam operasional. Satuan Biaya Angkut (Rp/km/m3) 500 450 400 350 300 250 200 50 00 50 0 8 0 2 4 6 Ukuran Tipe Kendaraan (C) V = 40 km/jam V = 30 km/jam V = 25 km/jam Gambar. Grafik Hubungan Ukuran Tipe Kendaraan (C) dan Satuan Biaya Angkut (Marpaung, 2006) Tabel 5. Perhitungan Kendaraan Kecamatan Kaliwates (Rmaks = 8 jam operasional) No DEPO Jarak Volume Bak V / Jumlah Waktu tempuh per trip Total Total ( km) Sampah (m 3 ) K Trip Trip Trip 2 Trip 3 waktu Truk 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 Kenanga,6 4,8 8 0,6 0,93 - - 0,93 2 Talangsari 2,4 27,69 8 2,8 2-2,5 2,5 5 3 GOR 4,4 6,59 8 0,8 2,79 - - 2,79 4 Mojopahit 5,3 5,77 8 0,7 3,84 - - 3,84 5 Mangli 7,5 0,43 8,3-3,77-3,77 55,28 6 7,56 6,27 2,5 6,65 5 Sumber: Pengolahan data, 2009 Tabel 5 merupakan hasil perhitungan sistem pengangkutan sampah kondisi eksisting kecamatan Kaliwates. Kolom 3 menunjukkan nilai jarak dari transfer depo ke TPA. Kolom 4 menunjukkan volume sampah terangkut dari transfer depo. Kolom 5 menunjukkan kapasitas bak truk pengangkut sampah. Kolom 6 merupakan nilai dari perbandingan antara volume sampah dengan kapasitas angkut. Kolom 7 merupakan nilai realisasi dari nilai pada kolom 6. Kolom 8, 9, dan 0 merupakan nilai waktu tempuh per trip dari transfer depo ke TPA yang merupakan nilai dari fungsi kendala dalam model transportasi. Kolom menunjukkan total waktu tempuh dalam sehari. Kolom 2 menunjukkan jumlah kendaraan yang beroperasi. Nilai pada kolom 5 dan 7 akan digunakan untuk menentukan nilai c s, selain nilai pada kolom 5 dan 7, digunakan pula nilai Satuan Biaya Angkut dengan menggunakan pendekatan grafik hubungan ukuran tipe kendaraan dengan satuan biaya angkut. 398
Dari pengamatan di lapangan tentang karakteristik kendaraan pengangkut sampah dan pemilihan rute yang sebagian besar melewati jalan perkotaan, maka kendaraan pengangkut sampah di kota Jember dengan kapasitas 8 m 3 cenderung beroperasi dengan kecepatan 25 km/jam sehingga satuan biaya angkut diasumsikan Rp 500,00/km/m 3. Nilai pada kolom 5 dan 7 dari tabel 4 disubstitusikan pada persamaan sebagai berikut: c s = SBAxkapasitasxjumlahtrip c = 500x8x = 4000 Sesuai dengan contoh perhitungan persamaan diatas, maka diperoleh nilai c = Rp 4.000,00 /km, c 2 = Rp 8.000,00 /km, c 3 = Rp 4.000,00 /km, c 4 = Rp 4.000,00 /km, dan c 5 = Rp 4.000,00 /km. Nilai c, c 2, c 3, c 4, dan c 5 serta nilai pada kolom 3 sebagai nilai ΣT t kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan sebagai berikut: z = c. Tt + c 2. Tt 2 + c3 Tt 3 + c 4 Tt 4 + c 5 Tt 5 z = (4000.,6) + (8000.2,4) + (4000.4,4) + (4000.5,3) + (4000.7,5) z = 46400 + 99200 + 57600 + 6200 + 70000 z = 334400 Nilai persamaan sebesar Rp. 334.400,00 merupakan nilai biaya operasional pengangkutan sampah kondisi eksisting di kecamatan Kaliwates. Biaya tersebut kemudian ditambahkan dengan biaya pengambilan sampah sebesar Rp. 200.000,00 sehingga total biaya operasional di kecamatan Kaliwates adalah Rp. 534.400,00 /hari. Tabel 6. Perhitungan Kendaraan Kecamatan Patrang (Rmaks = 8 jam operasional) No DEPO Jarak Volume Bak V / Jumlah Waktu tempuh per trip Total Total ( km) Sampah ( m3 ) K Trip Trip Trip 2 Trip 3 waktu Truk Perumnas 9,2 6,63 8 0,8,9 - -,9 2 Cendrawasih,3 3,74 8 0,5-0,96-0,96 3 Wijaya K.,8 3,93 8,7 2 2,9 2,9-5,8 4 Manggar 3,4 0,43 8,3 3, - - 3, 34,73 5 7,92 3,86,78 3 Sumber: Pengolahan data, 2009 Tabel 6 merupakan hasil perhitungan sistem pengangkutan sampah kondisi eksisting kecamatan Patrang. Nilai pada kolom 5 dan 7 disubstitusikan ke dalam persamaan sebagai berikut: c s = SBAxkapasitasxjumlahtrip c = 500x8x = 4000 Sesuai dengan contoh perhitungan persamaan diatas, maka diperoleh nilai c =Rp 4.000,00/km, c 2 =Rp 4.000,00/km, c 3 =Rp 8.000,00/km, c 4 =Rp 4.000,00/km. Nilai c, c 2, c 3, dan c 4, serta nilai pada kolom 3 sebagai nilai ΣT t kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan sebagai berikut: z = c. Tt + c2. Tt 2 + c3 Tt 3 + c 4 Tt 4 z = (4000.9,2) + (4000.,3) + (8000.,8) + (4000.3,4) z = 36800 + 45200 + 94400 + 53600 z = 230000 Nilai persamaan sebesar Rp. 230.000,00 merupakan nilai biaya operasional pengangkutan sampah kondisi eksisting di kecamatan Patrang. Biaya tersebut kemudian ditambahkan dengan biaya pengambilan sampah sebesar Rp. 28.000,00 sehingga total biaya operasional di kecamatan Patrang adalah Rp. 358.000,00 /hari. 399
Tabel 7. Perhitungan Kendaraan Kecamatan Sumbersari (Rmaks = 8 jam operasional) No DEPO Jarak Volume Bak V / Jumlah Waktu tempuh per trip Total Total ( km) Sampah ( m3 ) K Trip Trip Trip 2 Trip 3 waktu Truk Sukorejo 6, 4,57 8 0,6 0,9 - - 0,9 2 Sumbersari 8, 4,09 8,8 0,8 - - 0,8 3 Kebonsari 8,48 23,4 8 2,9 2-2,48 2,48 4,96 4 Mastrip 0,7 3,34 8,7 2 3,09 3,09-6,8 5 Muktisari 4,5 2,73 8,6 3,04 - - 3,04 68,3 7 7,84 5,57 2,48 5,89 4 Sumber: Pengolahan data, 2009 Tabel 7 merupakan hasil perhitungan sistem pengangkutan sampah kondisi eksisting kecamatan Sumbersari. Nilai pada kolom 5 dan 7 disubstitusikan ke dalam persamaan sebagai berikut: = SBAxkapasitasxjumlahtrip c s c = 500x8x c = 4000 Sesuai dengan contoh perhitungan persamaan 3. diatas, maka diperoleh nilai c =Rp 4.000,00/km, c 2 =Rp 4.000,00/km, c 3 =Rp 8.000,00/km, c 4 =Rp 8.000,00/km, dan c 5 =Rp 4.000,00/km. Nilai c, c 2, c 3, c 4, dan c 5 serta nilai pada kolom 3 sebagai nilai ΣT t kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan sebagai berikut: z = c. Tt + c2. Tt2 + c3 Tt3 + c4 Tt4 + c 5 Tt5 z = (4000.6,) + (4000.8,) + (8000.8,48) + (8000.0,7) + (4000.4,5) z = 24400 + 32400 + 67840 + 85600 + 58000 z = 268240 Nilai persamaan sebesar Rp. 268.240,00 merupakan nilai biaya operasional pengangkutan sampah kondisi eksisting di kecamatan Sumbersari. Biaya tersebut kemudian ditambahkan dengan biaya pengambilan sampah sebesar Rp. 40.000,00 sehingga total biaya operasional di kecamatan Sumbersari adalah Rp. 408.240,00 /hari. Tabel 8. Rekapitulasi Total Biaya Operasional Tipe Transfer Depo No Kecamatan Volume sampah Total Biaya Operasi/hari % (m 3 ) (Rp). Kaliwates 55,27 39, 534.400,- 2. Patrang 34,78 26,6 358.000,- 3. Sumbersari 68,3 44,2 408.240,-.300.640,- Sumber: Pengolahan data, 2009 Tabel 8 menyajikan rekapitulasi hasil perhitungan dari tabel 5 hingga tabel 7. Diketahui bahwa volume sampah terangkut untuk kecamatan Kaliwates memiliki selisih 29.75 m 3 atau 35% dari total sampah yang harus diangkut Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Jember yaitu 85,02 m 3. Volume sampah terangkut untuk kecamatan Patrang memiliki selisih 43,56 m 3 atau sebesar 55,6% dari total sampah yang harus diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Jember yaitu 78,43 m 3. 400
Berdasarkan tabel 8, volume sampah terangkut untuk kecamatan Sumbersari memiliki selisih 24,38 m 3 atau sebesar 26,35% dari total sampah yang harus diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Jember yaitu 92,5 m 3. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: a. saat ini, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember hanya melayani timbulan sampah kota Jember masing masing untuk kecamatan Kaliwates, Patrang, dan Sumbersari adalah 55,28 m 3 (39,%), 34,73 m 3 (26,6%), dan 68,3 m 3 (44,8%). b. Kinerja sistem pengangkutan sampah kota Jember saat ini masih belum optimal. c. Tidak semua rute eksisting pengangkutan sampah kota Jember yang ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang kabupaten Jember memiliki lintasan efektif (lintasan terpendek). Dari perbandingan antara rute eksisting dengan rute alternatif yang dibuat, diketahui bahwa kendaraan bernopol P 9982 LM dan P 9976 N memiliki lintasan terpendek pada rute alternatif daripada rute eksisting. 6. SARAN a. Perlu ditingkatkan optimalisasi kebersihan lingkungan oleh DPU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember dengan pengoptimalan sistem pengangkutan sampah di kota Jember sehingga sasaran kebijakan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 tercapai. b. Perlunya analisis tambahan mengenai sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat sehingga di masa mendatang masyarakat sendiri dapat bertanggung jawab terhadap kebersihan dan pengelolaan sampah di lingkungannya sampai dengan transfer depo, sehingga keterbatasan sumber daya yang ada pada DPU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember dapat terbantu. 7. UCAPAN TERIMA KASIH a. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala DPU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember beserta staf, atas dukungan data selama pelaksanaan kegiatan penelitian. b. Terima kasih pula disampaikan kepada Bapak Sonya Sulistyono, ST., MT. atas masukanmasukannya dalam pelaksanaan analisis selama pelaksanaan penelitian. 8. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum. 990, SK SNI T-3-990-F tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan,Yayasan LPMB, Bandung. Hadnyanawati, H. 2003, Diktat Mata Kuliah IKGM dan IKGPI Pengelolaan Sampah, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember. Levin, Rubin, Stinson, Gardner. 995. Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif (Quantitative Approaches to Management). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Marpaung, H. S. M. 2006, Model Permasalahan Transportasi Antara Beberapa Sumber dan Satu Tujuan; Studi Kasus Transportasi Angkutan Sampah. Jurnal Natur Indonesia 9(). 20 Juli 2006,Universitas Riau, Riau. Tamin, O. Z. 997, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tchobanoglous, George, Thiessien, Hilary, Eliassen, Rolf. 977, Solid Waste Engginering Principles and Management Issues. Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo. Departemen Pekerjaan Umum. 2002, SNI 9-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan [serial online]. http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/sni9-2454-2002.pdf [6 Oktober 2008] 40
Menteri Pekerjaan Umum. 2006, Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP). [Serial online] http://ciptakarya.pu.go.id [6 Oktober 2008] 402