BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. pelatihan dengan strategi mastery learning. Setelah melakukan tindakan melalui

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

Azizahwati Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk menumbuhkembangkan potensi dalam. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dipelajari disetiap

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

III. METODE PENELITIAN. yang berjarak kurang lebih 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Pringsewu.

BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) Oleh: Basuki,M.Pd. Widyaiswara Madya. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No : 14

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SQUARE (TPS) DAN JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Bengkulu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta didik yang mengalami kemampuan belajar spesifik dalam meningkatkan kemampuan dasar matematika mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah bahkan ditempat kerja. Menurut Bruffe (1995), manfaat peer learning antara lain: a) Mendorong aktivitas yang berpusat pada siswa, termasuk pembelajaran mandiri maupun diskusi kelompok informal untuk memastikan bahwa mereka sesuai, efektif, dan efisien. b) Meningkatkan motivasi yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pembelajaran. c) Meningkatkan ketrampilan meta kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pembelajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis. Menurut Miller et al., (1994), manfaat peer learning adalah mengembangkan kemampuan matematika peer learning yang terdiri atas: a) Classwide peer learning, semua peserta didik bekerja secara berpasangan secara bersamaan. b) Cross-age tutoring, guru lebih tua dan berasal dari sekolah yang sama. c) One to one tutoring, peserta didik hanya membutuhkan 7

8 satu peserta didik lainnya sebagai tutor. d) Small group instruction, setiap kelompok bergantian sebagai tutor untuk kelompok lainnya. e) Home based tutoring, orang tua berfungsi sebagai tutor. Menurut Goodlad (1998), tujuan peer learning adalah a) Mengembangkan kemampuan belajar. b) Mengevaluasi hasil kerja. c) Menyelesaikan masalah-masalah tertentu. d) Mendorong belajar mandiri. e) Mengurangi angka putus sekolah. f) Memberi dukungan kepada siswa. Menurut Hwa (2009), tahapan pembelajaran peer learning adalah sebagai berikut: a) Mengatur bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik. b) Mengindetifikasi topik untuk pelajaran yang akan diberikan berdasarkan kebutuhan peserta didik tahun ini. c) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. d) Setiap kelompok memilih satu topik untuk didiskusikan dan disertai dengan lembar kegiatan. e) Guru bekerja dengan kelompok untuk memastikan bahwa beberapa ketrampilan dasar dipelajari. f) Pembelajaran harus mempunyai ICT. g) Sebesar 50% dinilai dari proses pembelajaran dan lembar kegiatan serta bagaimana mereka meningkatkan pembelajaran dan 50% dinilai dari cara mereka mempresentasikan hasil diskusi. h) Mempersiapkan waktu untuk masing-masing kelompok mempresentasikan didepan kelas. i) Guru mengatur kelompok-kelompok peserta didik untuk melatih mereka mengajar dikelas. j) Siapkan lembar komentar untuk memungkinkan peserta didik untuk memberikan kritik yang membangun kepada kelompok.

9 Menurut Miller et al., (1994), tahapan pembelajaran peer learning adalah sebagai berikut: a) Membuat persiapan. b) Menjalankan program. c) Pengayaan dan ekstensi. Dalam langkah pertama, membuat persiapan sebelum pembelajaran dengan metode pembelajaran peer learning adalah sebagai berikut: a) Format bimbingan, guru harus mempertimbangkan karakteristik siswa, sumber daya yang tersedia, dan tujuan dari pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran. b) Memilih rekan, perserta didik dapat dipasangkan oleh guru, baik secara acak, atau dengan pertimbangan khusus bagi peserta didik dengan perilaku atau berprestasi, peserta didik bergiliran mempresentasikan, masing-masing menghabiskan 5 sampai 10 menit. c) Melatih tutor, melatih tutor dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. d) Mengatur suasana pembelajaran, mengatur suasana belajar memerlukan peran guru dalam penjadwalan. Dalam langkah kedua, dijalankan program antara lain: a) Pre-test. b) Latihan. c) Tes. Dalam langkah ketiga, dilakuan pengayaan dan ekstensi yaitu praktik tambahan memberikan pengayaan dan perluasan kegiatan yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Menurut Pesci (2010), tahapan metode peer learning adalah sebagai berikut: a) Guru mempersiakan bahan ajar. b) Guru membentuk kelompokkelompok kecil yang berisi 4 atau 6 peserta didik dengan perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar dan hubungan interpersonal. c) Guru mengatur waktu untuk melaksanakan metode ini. d) Selama kegiatan, guru harus selalu

10 tersedia sebagai ahli untuk menyelesaikan kemungkinan masalah yang ditemukan tutor dan sebagai pengawas kegiatan. e) Guru memberikan formulir untuk memantau kesulitan dan kemampuan tutee pada tiap pertemuan kepada masing-masing tutor. f) Tutor memberi laporan dari hasil diskusi bersama tutee. Menurut Djamarah et al., (2010), langkah-langkah metode peer learning adalah sebagai berikut: a) Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik. b) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak didik. c) Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan jawabannya. d) Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lain untuk menambahkan. e) Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya. Berdasarkan keempat pendapat tersebut, langkah-langkah metode pembelajaran peer learning pada penelitian ini sebagai berikut: a) Mempersiapkan bahan ajar sebelum memulai proses pembelajaran, pada langkah ini guru mempersiapkan bahan ajar, kemudian memerintah siswa untuk menyiapkan diri mengikuti pembelajaran. b) Membentuk kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang, pada langkah ini guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. c) Guru menentukan tutor dari tiap kelompok, pada langkah ini guru menentukan tutor dari masing-masing kelompok. Tutor merupakan siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dikelompok tersebut untuk

11 membantu guru dalam pembelajaran. d) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja kelompok, pada langkah ini guru memberikan lembar kerja kelompok dengan masing-masing kelompok diberi masalah untuk didiskusikan dengan tutor. e) Guru memberikan waktu kepada masing-masing tutor dalam kelompok memberikan materi kepada anggota kelompoknya kemudian mendiskusikan soal yang ada pada lembar LKK. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran peer learning merupakan pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik dan dapat mentransfer apa yang dipahami kepada temannya. Selain itu, pembelajaran peer learning dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerja tim. Komunikasi dan kerjasama yang baik akan memudahkan siswa memecahkan permasalahan yang dihadapi. 2. Pendekatan Mastery Learning (Belajar Tuntas) Menurut Depdiknas (2004), mastery learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa agar menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Menurut Majid (2014), Mastery learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompentensi dasar mata pelajaran tertentu. Menurut Hamalik (2001), mastery learning merupakan suatu stategi

12 pembelajaran yang diindividualkan dengan menggunakan model kelompok (group-based approach). Menurut Lalley (2003), prinsip-prinsip utama mastery learning dalah sebagai berikut: a) Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis. b) Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan dan setiap kompetensi harus diberikan feedback. c) Pemberian pembelajaran remedial dan bimbingan jika diperlukan. d) Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal (Majid, 2014). Menurut Majid (2014), agar pola pembelajaran terstuktur efektif dan efisien diperlukan hal-hal berikut: a) Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. b) Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kedua; tujuan pembelajaran kedua harus tercapai lebih dahulu sebelum siswa maju lebih lanjut; dan seterusnya. c) Memotivasi belajar dan efektivitas usaha belajar siswa harus ditingkatkan dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinu, serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhsilan atau kegagalannya pada saat itu juga (testing formatif). d) Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih kesulitan pada saat-saat yang tepat, yaitu sesudah penyelenggaraan testing formatif, dan dengan cara yang efektif untuk siswa bersangkutan.

13 Pendekatan mastery learning dikembangkan oleh Benyamin (1971) menjadi pola atau prosedur pembelajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan pembelajaran kepada satuan kelas. Secara operasional, guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang umum maupun yang khusus. b) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu. c) Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari. d) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran. e) Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, perlu diberikan pertolongan khusus. f) Setelah semua siswa paling sedikit hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran bersangkutan, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran berikutnya. g) Unit pelajaran berikutnya juga diajarakan secara kelompok, dan diakhiri dengan memberikan tes formatif bagi unit pelajaran bersangkutan. h) Setelah siswa (paling sedikit kebanyakannya) mencapai tingkat keberhasilan yang dituntut, guru mulai mengajarkan unit pelajaran ketiga. i) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain, sampai seluruh rangkaian selesai. j)

14 Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup seluruh rangkaian/ seri unit pelajaran. Mastery learning menyajikan suatu cara yang menarik dan ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan (Joice dan Weil, 1995). Menurut (Wena, 2012), model mastery learning terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi (orientation), penyajian (presentation), latihan terstruktur (structured practice), latihan terbimbing (guided practice), dan latihan mandiri (independent practice). Menurut Wena (2012), tahap-tahap mastery learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Orientasi, pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran. Guru akan menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran. b) Penyajian, pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru, maka penting untuk mengajak siswa mendiskusikan karakteristik konsep, definisi serta konsep. Jika yang diajarkan berupa keterampilan baru, maka penting untuk mengajar siswa mengidentifikasi langkah-langkah kerja keterampilan dan berikan contoh untuk setiap langkah-langkah keterampilan yang diajarkan. c) Latihan Terstruktur, pada tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas. Dalam tahap ini, siswa perlu diberi beberapa

15 pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas jawaban siswa. d) Latihan Terbimbing, pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya. Melalui kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Jadi peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan. d) Latihan Mandiri, tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing. Secara umum, keuntungan model mastery learning adalah sebagai beriku: a) Siswa dengan mudah dapat menguasai isi pembelajaran. b) Meningkatkan motivasi belajar siswa. c) Meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara mandiri. d) Meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kelemahan model mastery learning adalah sebagai berikut: a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh. b) Model ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai. c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan model ini yang relatif lebih

16 sulit dan masih baru. d) Model ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup besar. e) Untuk melaksanakan model ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan model mastery learning merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. 3. Metode Peer Learning dengan Pendekatan Mastery Learning Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat disimpulkan langkahlangkah pembelajaran dengan menggunakan metode peer learning dengan pendekatan mastery learning adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode peer learning dengan pendekatan mastery learning. No. Langkah-langkah peer learning dengan pendekatan mastery learning 1. Guru mempersiapkan bahan ajar sebelum memulai pembelajaran. 2. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa. 3. Guru menentukan tutor untuk masing-masing kelompok, siswa yang ditunjuk sebagai tutor sudah terlebih dahulu mendapatkan bimbingan oleh guru. 4. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk di diskusikan pada

17 No. Langkah-langkah peer learning dengan pendekatan mastery learning masing-masing kelompok. 5. Guru memberikan waktu kepada masing-masing tutor dalam kelompok memberikan materi kepada anggota kelompoknya kemudian mendiskusikan soal yang ada pada lembar LKK secara tuntas. 6. Guru memberikan lembar kerja siswa 7. Guru membahas hasil jawaban siswa secara tuntas. 8. Guru memberikan waktu untuk berdiskusi dengan tutor dalam kelompok kecil. 9. Guru melakukan remedial untuk siswa yang jawabannya masih salah. 4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman menurut Nana (2011) merupakan tingkat hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan yang diperoleh, perlu adanya mengenal atau mengetahui untuk dapat dipahami. Menurut Sardiman (2003), pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu, belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya, serta bagaimana aplikasinya sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Konsep merupakan gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok atau kategori yang semua anggotanya sama-sama memiliki beberapa karakteristik umum (Eggen et al.,, 2009). Menurut Winkel (1999), konsep merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri sama. Karakteristik-karakteristik yang jelas digunakan untuk memutuskan apakah

18 suatu contoh tertentu termasuk dalam kategori konsep atau tidak. Cara menyajikan konsep adalah dengan sebuah definisi. Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting dan menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan seharihari. Menurut Jihad (2012), pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep merupakan kondisi siswa mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah. Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP menerangkan bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat (Shaddiq, 2009). Indikator-indikator pemahaman konsep matematis antara lain: a) Menyatakan ulang sebuah konsep. b) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). c) Memberi contoh dan non contoh dari konsep. d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. f) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g)

19 Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah (Wardhani, 2008; Shaddiq, 2009; Jihad, 2012). Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu: a) Menyatakan ulang sebuah konsep. b) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. c) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. f) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan melakukan prosedur secara efisien dan tepat dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan pemahaman konsep matematis jika siswa mampu mendefinisikan dan mengidentifikasikan konsep serta menyajikannya dalam representasi matematis. B. Materi Pembelajaran Kompetensi dasar dan indikator : 1. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel. a. Mengenal PLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. b. Menyelesaiakan PLSV dengan substitusi.

20 2. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel. a. Mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. b. Menentukan bentuk setara PtLSV. c. Menentukan penyelesaian PtLSV. 3. Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. 4. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. a. Membuat model matematika yang berkaitan dengan PLSV dan PtLSV. b. Menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan PLSV dan PtLSV. C. Penelitian Relevan Ada beberapa penelitian yang berkenaan dengan metode peer learning yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Safitri et al., (2014) menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa-siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif peer tutoring memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran mandiri dengan e-learning, dan model pembelajaran langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Adin (2015) yaitu Studi Komparasi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 SMA Negeri 1 Tahunan Jepara, diperoleh hasil bahwa tidak

21 ada perbedaan pemahaman konsep matematis pada materi program linear antara peserta didik yang menggunakan KTSP dan kurikulum 2103. Berdasarkan penelitian di atas, menunjukkan bahwa melalui metode peer learning berdampak positif terhadap pembelajaran matematika. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode peer learning dalam pembelajarannya. Perbedaan penelitian ini adalah Pengaruh metode peer learning dengan pendekatan mastery learning terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. D. Kerangka Pikir Pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting, karena apabila siswa menguasai konsep materi yang sedang diajarkan, maka selanjutnya siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Selain itu, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi. Pemahaman konsep yang baik dapat membantu siswa mencapai hasil belajar yang baik pula. Pemahaman suatu konsep dapat tercapai apabila menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa adalah metode peer learning. Metode peer learning menenkankan siswa untuk menemukan konsep dari apa yang mereka ketahui dibantu dengan tutor. Tutor ditunjuk oleh guru untuk memberikan materi maupun latihan kepada temantemannya dalam kelompok. Dengan dibantu oleh tutor, siswa akan lebih mudah untuk menemukan konsep karena mereka tidak akan merasa canggung jika

22 bertanya kepada temannya yang menjadi tutor. Siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. Tidak hanya metode pembelajaran yang digunakan, tetapi juga perlu adanya pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara penuh materi pelajaran. Pendekatan mastery learning mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas materi pelajaran sehingga konsep matematika siswa dapat dikuasai secara tuntas. Penguasaan konsep tersebut dicapai oleh masing-masing siswa dengan adanya diskusi ulang untuk siswa yang belum tuntas dan remidial sehingga siswa dapat menguasai materi bahan ajar yang dilakukan disekolah secara penuh. Salah satu pembelajaran yang mungkin dapat menunjang pemahaman konsep matematis siswa adalah metode peer learning dengan pendekatan mastery learning. Langkah pembelajaran menggunakan metode peer learning dengan pendekatan mastery learning yaitu guru memberikan lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan dengan tutor secara tuntas. Pada tahap ini, diharapkan siswa mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep yang terdapat dalam materi, dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. Langkah selanjutnya yaitu siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, dapat menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan diharapkan siswa dapat mengaplikasikan konsep atau

23 algoritma pada pemecahaman masalah. Langkah selanjutnya, siswa yang jawabannya masih salah melakukan remedial dengan mengerjakan kembali soal yang jawabannya salah. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu sesuai soal yang ditanyakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui pembelajaran metode peer learning dengan pendekatan mastery learning dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka ada pengaruh metode peer learning dengan pendekatan mastery learning terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.