BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia 0-5 tahun mengalami tubuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA SISWA SMP AR-RAHMAN MEDAN TAHUN 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DENGAN STATUS GIZI SISWA DI SD NEGERI 2 BOROKULON KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO. Fetty Chandra Wulandari, Wahyu Utami

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. kita sebagai bangsa yang dijajah, serba kekurangan dan miskin menggangap

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi asupan gizi tubuh. Susu

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu 373 per

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari

ISSN Vol 2, Oktober 2012

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pola makan dan pemilihan makanan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahkan nabi-pun juga mengkonsumsinya. Seperti diriwayatkan oleh Maimunah

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow, 1970

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi yang cukup memiliki peran yang penting selama usia sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang maksimal. Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tersebut seorang anak membutuhkan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan yang dianjurkan setiap harinya (Brown, 2005). Susu merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki kandungan gizi lengkap yang dapat menunjang proses pertumbuhan (Almatsier, 2002). Menurut Kalkwarf et al. (2003), seseorang yang mengonsumsi susu dalam jumlah yang rendah pada saat anak-anak, akan menghalangi mereka dalam mencapai kepadatan tulang maksimum (peak bone mass) saat dewasa sehingga akan terjadi penurunan massa tulang dan dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis. Piramida makanan di negara maju seperti Amerika menempatkan susu dan hasil olahannya seperti keju dan mentega pada posisi atas, sedangkan piramida makanan Indonesia menempatkan bahan makanan sumber zat pembangun seperti lauk-pauk secara keseluruhan (termasuk susu) pada bagian atas piramida setelah bahan makanan sumber zat tenaga seperti padi-padian, umbi-umbian, serta tepung-tepungan pada bagian dasar piramida, dan bahan makanan sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan pada bagian tengah piramida. Hal ini menunjukkan bahwa susu bagi bangsa Indonesia belum memiliki status penting seperti halnya di negara-negara yang sudah maju karena susu masih disejajarkan dengan lauk-pauk dan sumber zat pembangun lainnya (Khomsan, 2004). Berdasarkan data hasil sensus Susenas tahun 1998, rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia masih kalah dengan negara tetangga Singapura, Malaysia, Philipina, dan Vietnam. Tingkat konsumsi susu Singapura telah mencapai 32 liter perkapita pertahun, Malaysia 20 liter perkapita pertahun, Philipina 11,3 liter perkapita pertahun, dan Vietnam 10,7 liter perkapita pertahun. Sedangkan Indonesia menempati urutan yang paling rendah yaitu hanya 7 liter perkapita

2 pertahun. Namun, tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan rata-rata konsumsi susu Indonesia menjadi 9 liter perkapita pertahun. Di Indonesia, puncak konsumsi susu yang telah dicapai pada tahun 1995 (6,99 kg/kap/tahun), turun menjadi 5,72 kg/kap/tahun pada tahun 1996 dan terus merosot hingga 5,25 kg/kap/tahun pada tahun 1997. Jumlah tersebut terus menurun hingga 5,10 kg/kap/tahun pada tahun 1998 (Khomsan, 2004). Berdasarkan data konsumsi susu menurut propinsi tahun 2003-2007, DKI Jakarta menempati urutan ketiga terbanyak yang mengonsumsi susu (243 ton) setelah Jawa Timur (376,642 ton) dan Jawa Barat (333,509 ton), sedangkan di propinsi lainnya konsumsi susu masih sangat rendah. (Data dapat dilihat pada tabel 2.2). Budaya minum susu di Indonesia yang masih sangat rendah bisa dipahami dari beberapa segi. Pertama, susu masih dianggap barang mewah dengan harga yang mahal. Di tengah kehidupan yang semakin sulit akibat krisis berkepanjangan, maka dapat dimaklumi jika mayoritas masyarakat Indonesia lebih mementingkan membeli pangan sumber karbohidrat daripada sumber protein atau mineral. Mahalnya harga susu disebabkan karena sistem peternakan sapi perah di Indonesia belum efisien. Hal ini terjadi karena sapi perah sebenarnya berasal dari negara-negara subtropis sehingga ketika harus berproduksi di negara tropis seperti Indonesia susu yang dihasilkan tidak sebanyak seperti di negara asalnya. Data pada tahun 1998 menunjukkan bahwa permintaan susu di Indonesia sebesar 1034,6 ribu ton. Produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sepertiga dari kebutuhan tersebut, sedangkan sisanya berasal dari impor. Hal tersebut yang menyebabkan susu masih menjadi barang yang mahal (Khomsan, 2004). Menurut Siswono (2005), selain karena faktor ekonomi, pada umumnya masyarakat Indonesia berhenti minum susu setelah melewati masa balita. Hal ini salah satunya disebabkan karena anggapan dari masyarakat bahwa susu dapat memicu kegemukan. Khomsan (2004) menyatakan bahwa faktor lain yang menyebabkan masyarakat Indonesia jarang mengonsumsi susu adalah takut dengan masalah lactose intolerance. Pada usia bayi susu dapat dicerna dengan baik, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut tubuh kita menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup. Namun seiring dengan bertambahnya usia, keberadaan enzim laktase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan

3 menderita diare bila mengonsumsi susu. Padahal penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu hingga dua cangkir pada penderita lactose intolerance tidak mendatangkan masalah. Untuk mengatasi masalah lactose intolerance, tampaknya perlu bagi kita untuk membiasakan mengonsumsi susu sejak usia dini sampai dewasa sehingga tubuh akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Keterpaparan susu secara terus-menerus akan bermanfaat bagi tubuh untuk tidak memberikan respon negatif terhadap kehadiran laktosa. Konsumsi susu anak tentunya juga tidak lepas dari peran serta orang tua. Selain itu, karakteristik orang tua di antaranya yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan orang tua serta pengetahuan gizi ibu mengenai susu juga turut mempengaruhi konsumsi susu anak. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya cenderung memiliki pola konsumsi yang lebih sehat (Gibney et al., 2005). Pola konsumsi sehat tersebut salah satunya yaitu kebiasaan mengonsumsi susu. Menurut Suhardjo (1989), pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan juga merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi, selain itu pengetahuan gizi ibu juga sangat mempengaruhi konsumsi pangan anak termasuk susu. Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik mengenai susu dan memiliki kesadaran gizi yang tinggi akan melatih anak-anaknya untuk membiasakan mengonsumsi susu minimal dua gelas setiap hari, hal tersebut disebabkan karena ibu berkeyakinan bahwa minum susu akan memberikan dampak positif bagi kesehatan dan perkembangan anaknya. Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik untuk mempelajari riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar serta melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan riwayat konsumsi susu pada siswa kelas I di SMP Negeri 102 dan SMP Islam Panglima Besar Sudirman (SMPI PB Sudirman) Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan di kedua SMP tersebut dengan alasan karena siswa-siswi di kedua SMP tersebut berasal dari keluarga dengan latar belakang tingkat sosial ekonomi yang beraneka ragam. Selain itu, lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis dan pada kedua sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian sejenis.

4 1.2 Rumusan Masalah Susu merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki kandungan gizi lengkap yang dapat menunjang proses pertumbuhan (Almatsier, 2002). Namun, konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya konsumsi susu di Indonesia salah satunya disebabkan karena adanya anggapan dari masyarakat bahwa susu dapat memicu kegemukan (Siswono 2005). Susu juga masih dianggap barang mewah dengan harga yang mahal. Selain itu, masyarakat Indonesia jarang mengonsumsi susu adalah karena takut dengan masalah lactose intolerance. Hal ini disebabkan karena berkurangnya enzim laktase seiring dengan bertambahnya usia (Khomsan, 2004). Padahal menurut Kalkwarf et al. (2003), seseorang yang mengonsumsi susu dalam jumlah yang rendah pada saat anak-anak, akan menghalangi mereka dalam mencapai kepadatan tulang maksimum (peak bone mass) saat dewasa sehingga akan terjadi penurunan massa tulang dan dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini hanya kelas 1 saja karena kelas 1 SMP merupakan saat yang paling dekat dengan masa usia Sekolah Dasar (tamat SD kelas 6). 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran riwayat konsumsi susu selama masa usia Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 2. Bagaimana gambaran karakteristik anak (jenis kelamin, sikap terhadap susu) pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 3. Bagaimana gambaran karakteristik orang tua (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan ibu, serta pengetahuan gizi ibu mengenai susu) pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009?

5 4. Bagaimana gambaran respon anak terhadap iklan susu di televisi pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik anak (jenis kelamin, sikap terhadap susu) dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 6. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan ibu, serta pengetahuan gizi ibu mengenai susu) dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 7. Bagaimana hubungan antara pengaruh iklan susu di televisi dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar dan mengetahui hubungan antara jenis kelamin, sikap terhadap susu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, pengetahuan gizi ibu mengenai susu, serta pengaruh iklan susu di televisi dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Memperoleh gambaran riwayat konsumsi susu selama masa usia Sudirman Jakarta Timur tahun 2009.

6 2. Memperoleh gambaran mengenai karakteristik anak (jenis kelamin, sikap terhadap susu) pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 3. Memperoleh gambaran karakteristik orang tua (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan ibu, serta pengetahuan gizi ibu mengenai susu) pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 4. Memperoleh gambaran respon anak terhadap iklan susu di televisi pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009 5. Mengetahui hubungan antara karakteristik anak (jenis kelamin, sikap terhadap susu) dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 6. Mengetahui hubungan antara karakteristik orang tua (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan ibu, serta pengetahuan gizi ibu mengenai susu) dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 7. Mengetahui hubungan antara pengaruh iklan susu di televisi dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur tahun 2009. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan pembaca akan pentingnya mengonsumsi susu semenjak dini. 2. Memberikan pemahaman pada masyarakat luas bahwa mengonsumsi susu sebaiknya tidak hanya dilakukan pada masa kecil tetapi juga dilakukan seumur hidup.

7 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya anak-anak untuk lebih memilih susu sebagai minuman kesehatan daripada jenis minuman lainnya. 4. Sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk memotifasi siswanya agar tetap mengonsumsi susu seumur hidup. 5. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan untuk mengetahui gambaran riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar dan mengetahui hubungan antara jenis kelamin, sikap terhadap susu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, pengetahuan gizi ibu mengenai susu, serta pengaruh iklan susu di televisi dengan riwayat konsumsi susu selama masa usia Sekolah Dasar pada siswa kelas 1 SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur. Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 102 dan SMPI PB Sudirman Jakarta Timur. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2009.