Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERTAMBAHAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI BALI BETINA DI PTPN VI PROVINSI JAMBI

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

METODOLOGI PENELITIAN

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB 3 Analisis Ketepatan Prediksi Bobot Hidup Induk Sapi PO Dari Ukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN MENGGUNAKAN ONGGOK DI LOKASI PENDAMPINGAN PSDSK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI POTONG

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

NI Luh Gde Sumardani

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERTAMBAHAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE BETINA DAN JANTAN DI PTPN VI PROVINSI JAMBI Khoirun Nisa E10012146, dibawah bimbingan: Zafrullah Zein 1) dan Gushairiyanto 2) Jurusan Peternakan, Fakultas peternakan Universitas Jambi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertambahan ukuran-ukuran tubuh dengan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober sampai 15 Desember 2016 di PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) Provinsi Jambi. Ternak yang digunakan adalah sapi Peranakan Ongole 15 jantan dan 15 betina umur 17-24 bulan. Pemeliharaan sapi Peranakan Ongole dilakukan secara intensif yaitu dikandangkan sepanjang hari. Peubah yang diamati yaitu pertambahan bobot badan (PBB), pertambahan lingkar dada (PLD), pertambahan panjang badan (PPB), dan pertambahan tinggi pundak (PTP). Data yang diperoleh diolah secara statistik untuk menentukan koefisien korelasi (r), koefisien Determinasi R 2 dan menentukan persamaan regresi sederhana sebagai persamaan penduga pertambahan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi Peranakan Ongole memiliki nilai koefisien korelasi yang berbeda-beda pada ternak betina dan jantan. Koefisien korelasi untuk ternak betina antara pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan memiliki hubungan yang sangat erat dengan nilai r 0,81 dan 0,64. Koefisien korelasi untuk ternak jantan antara pertambahan lingkar dada dengan pertambahan bobot badan memiliki hubungan yang sangat erat dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya, yaitu sebesar 0,69. Analisis ragam yang dijumpai membentuk persamaan regresi pada ternak betina yaitu PBB = - 1,531 + 2,812PLD + 1,656PTP dengan nilai R 2 0,70. Pada ternak jantan yaitu PBB = 7,185 + 1,846PLD 1,099PTP dengan nilai R 2 0,53. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada ternak betina dan jantan pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan memiliki hubungan yang sangat erat. Pada ternak betina dan jantan pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak yang dapat digunakan untuk menduga pertambahan bobot badan. Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping PENDAHULUAN Kemampuan produksi sapi potong dapat digambarkan dari pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, cara yang paling akurat untuk mengetahui pertambahan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan menimbang ternak secara langsung, namun penimbangan ternak adakalanya tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya alat 1

timbangan yang diperlukan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari cara lain yang lebih murah dan praktis yaitu dengan pendugaan pertambahan bobot badan ternak melalui pendekatan terhadap hubungan antara satu atau lebih ukuran bagian tubuh ternak dengan bobot badannya.menurut (Kadarsih, 2003) bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan. Pertambahan bobot badan perlu diketahui untuk menentukan laju pertumbuhan ternak, yang mana pertambahan bobot badan ini dapat dilihat untuk mempermudah pendugaan pertambahan bobot badan, maka dari itu untuk menentukan pertambahan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara pengukuran tubuh ternak. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan suatu penelitian dengan judul Hubungan Antara Pertambahan Ukuran-ukuran Tubuh Dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Peranakan Ongole Betina dan Jantan Di PTPN VI Provinsi Jambi. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober sampai tanggal 15 Desember 2016 di PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) Provinsi Jambi. Materi dan Peralatan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ternak sapi Peranakan Ongole sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 15 jantan dan 15 betina umur 17-24 bulan. Cacahan pelepah sawit, BIS, dedak, onggok, molases, mineral. Alat yang digunakan pada penelitian ini timbangan bobot badan dengan kapasitas 500 kg, tongkat ukur dengan kapasitas 200 cm, pita ukur dengan kapasitas 200 cm, papan nomor, tali tambang, alat olah data, alat dokumentasi. Metode Penelitian ini dilaksanakan di kandang PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) Provinsi Jambi. Penentuan sapi-sapi yang akan dijadikan objek penelitian dilakukan dengan metoda purposive sampling yaitu penetapan sampel ini diambil berdasarkan umur ternak 17-24 bulan yang belum pernah beranak. Pengukuran dan penimbangan dilakukan setelah ternak diberi pakan. Pengukuran lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak dilakukan di kandang sempit, sedangkan untuk melihat bobot badan ternak dimasukkan dalam timbangan digital berkapasitas 500 Kg, pencatatan data dilakukan setiap kali penimbangan dengan interval waktu 3 kali penimbangan. Peubah Yang Diamati Peubah yang diamati adalah bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Analisis Data Data yang dihimpun diolah dengan menggunakan statistik, untuk menentukan koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R 2 ) dan menentukan persamaan regresi sederhana sebagai persamaan penduga. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemeliharaan sapi Peranakan Ongole di PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) dilakukan secara intensif yaitu dikandangkan secara terus menerus.kandang terbuat dari tembok dan dibatasi oleh tiang besi.model kandang yang digunakan adalah kandang koloni yaitu kandang yang menempatkan beberapa ekor ternak secara bebas tanpa diikat dalam kandang, ukuran satu kandang 18 x 7.2 m 2 untuk 40 ekor ternak. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, pakan yang diberikan berupa campuran pelepah sawit dan konsentrat. Konsentrat berupa Bungkil inti sawit, Onggok, Dedak, Molasses, Garam dan Feed suplemen. Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole Dari hasil penelitian dilakukan 3 kali penimbangan dan diperoleh bobot badan dan ukuranukuran tubuh (lingakar dada, panjang badan dan tinggi pundak) pada sapi Peranakan Ongole tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole Betina dan Jantan Penimbangan Peubah n Ternak Betina Ternak Jantan N Rataan KK Rataan KK Y 15 173,4±19,63 11,32 15 170±23,03 13,55 Awal X1 15 134,2±4,84 3,61 15 129,3±6,49 5,02 X2 15 110,3±2,99 2,71 15 109,6±4,45 4,06 X3 15 111,3±2,85 2,56 15 111,9±4,47 4,00 Y 15 183±18,84 10,29 15 181,4±23,43 12,91 Akhir X1 15 137,3±4,71 3,43 15 132,6±6,34 4,78 X2 15 111,9±2,63 2,35 15 111,7±4,23 3,79 X3 15 112,8±2,55 2,26 15 113,6±4,19 3,69 Keterangan :Y = Bobot Badan, X1 = Lingkar Dada, X2 = Panjang Badan, X3 = Tinggi Pundak, n = Jumlah Sampel, KK = Koefisien Keragaman Berdasarkan tabel di atas rataan bobot badan pada ternak betina dan jantan terjadi peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bobot badan lebih tinggi, ukuran lingkar dada lebih rendah, ukuran panjang badan lebih tinggi dan ukuran tinggi pundak lebih rendah dibandingkan hasil Hardjosubroto dkk., (1981) melaporkan bahwa sapi Peranakan Ongole umur 1 tahun, bobot badan : 160,22 kg,lingkar dada: 155, 37 cm,panjang badan: 110, 71 cm, dan tinggi pundak: 124,77 cm. Menurut Mansyur (2010), rata-rata Sapi Peranakan Ongole jantan berumur 2 sampai 3 tahun pengukuran bobot badan diperoleh hasil rata-rata 302 kg, pengukuran lingkar dada diperoleh hasil rata-rata 164 cm, pengukuran panjang badan diperoleh hasil rata-rata 131 cm, dan pengukuran tinggi pundak diperoleh hasil rata-rata 132 cm. Korelasi Hubungan Antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Koefisien korelasi menunjukkan nilai keeratan hubungan antara variabel 3

pengamatan bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh sapi peranakan ongole. Hasil penelitian memperlihatkan nilai koefisien korelasi antara bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada sapi peranakan ongole betina dan jantan dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Nilai Koefisien Korelasi Antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Pada Penimbangan Akhir No Ukuran Tubuh Nilai r Signifikan Keterangan Ternak Betina 1 Lingkar Dada (X1) 0,99 0,00 Signifikan 2 Panjang Badan (X2) 0,97 0,00 Signifikan 3 Tinggi Pundak (X3) 0,98 0,00 Signifikan Ternak Jantan 1 Lingkar Dada (X1) 0,99 0,00 Signifikan 2 Panjang Badan (X2) 0,97 0,00 Signifikan 3 Tinggi Pundak (X3) 0,95 0,00 Signifikan Nilai koefisien korelasi antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh ternak betina dan jantan pada (tabel 3), nilai korelasi yang di dapat untuk ternak betina sebesar (r = 0,99) lingkar dada, (r = 0,97) panjang badan dan (r = 0,98) tinggi pundak, untuk ternak jantan nilai korelasi yang di dapat (r = 0,99) lingkar dada, (r = 0,97) panjang badan, (r = 0,95) tinggi pundak. Menurut Supranto (1996), yang menyatakan bahwa nilai korelasi mendekati 1 menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dan positif antar variable. Persamaan Regresi dan Analisia Sidik Ragam Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Berdasarkan analisis ragam dijumpai hubungan yang nyata (p<0,05) antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak baik pada ternak betina maupun ternak jantan dapat dlihat pada tabel 3. Tabel 3. Persamaan Regresi dan Analisa Sidik Ragam Bobot Badan dan Ukuranukuran Tubuh Penimbangan Akhir Jenis Kelamin Persamaan Regresi R 2 Betina Jantan Y = - 361,898 + 3,970X1 Y = - 419,821 + 3,137X1 + 1,538X2 Y = - 465,333 + 2,532X1 + 1,059X2 + 1,616X3 Y = - 303,959 + 3,661X1 Y = - 333,338 + 2,930X1 + 1,130X2 Y = - 336,384 + 3,139X1 0,748X2 + 1,630X3 0,98 0,98 0,99 0,98 0,98 0,98 Keterangan Y: Bobot Badan, X 1: Lingkar Dada, X 2: Panjang Badan, X 3: Tinggi Pundak, R 2 : Determinasi 4

Nilai determinasi (R 2 ) untuk ternak betina adalah sebesar 0.99 dan untuk ternak jantan sebesar 0,98. Keadaan ini menggambarkan bahwa sapi Peranakan Ongole betina dan jantan, bobot badan dapat ditentukan secara bersama oleh ukuran lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak sebesar 99 % untuk ternak betina dan 98% untuk ternak jantan. Akan tetapi untuk mempermudah penetapan bobot badan cukup melihat ukuran lingkar dada karena nilai determinasi R 2 antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh hanya sedikit mengalami kenaikan. Ozkayaand Bozkurt (2009) bobot tubuh ternak memiliki korelasi yang erat terhadap panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada R 2 = 91.3% (Brown Swiss) dan R 2 = 93.9 % (sapi Persilangan). Tabel 4. Hasil Sidik Regresi Berganda Hubungan Bobot Badan Dengan Ukuran- Ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole Betina Penimbangan Koefisien Nilai Signifikan Keterangan Akhir Konstanta (a) -465,333 - (X1) 2,53 0,00 Signifikan (X2) 1,16 0,31 Tidak Signifikan (X3) 1,61 0,30 Tidak Signifikan Tabel 5. Hasil Sidik Regresi Berganda Hubungan Bobot Badan Dengan Ukuran- Ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole Jantan Penimbanagn Koefisien Nilai Signifikan Keterangan Konstanta (a) -336,384 - (X1) 3,14 0,00 Signifikan Akhir (X2) -0,75 0,54 Tidak Signifikan (X3) 1,63 0,07 Tidak Signifikan Keterangan : (X1) Lingkar Dada, (X2) Panjang Badan, (X3) Tinggi Pundak Apabila dilihat dari hasil sidik regresi hubungan ukuran tubuh terhadap bobot badan untuk ternak betina dan untuk ternak jantan (Tabel 4 dan 5) pada penimbangan akhir hanya lingkar dada yang signifikan. Keadaan ini memang bisa terjadi karena pertumbuhan lingkar dada disebabkan oleh pertambahan besarnya ukuran rongga dada akibat pengisian oleh organ-organ dalam yang terus bertambah, sedangkan tinggi pundak diakibatkan oleh pertumbuhan tulang. White and Green diacu dalam Yurnalis (2007) menyatakan bahwa koefisien korelasi antara lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dengan bobot hidup sangat tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya. Pertambahan Bobot Badan dan Pertambahan Ukuran-Ukuran TubuhSapi Peranakan Ongole Pertambahan bobot badan harian didapat dari penimbangan bobot badan akhir dikurang dengan penimbangan bobot badan awal. Hasil penelitian diperoleh bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak yang tercantum pada Tabel 6. 5

Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Badan dan Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole Betina dan Jantan. Jenis Kelamin Peubah Ternak Betina Ternak Jantan n N Rataan KK (%) Rataan KK (%) PBBH 15 0,16±0,05 35,28 15 0,19±0,04 23,01 PLDH 15 0,05±0,01 26,05 15 0,06±0,02 33,38 PPBH 15 0,03±0,01 39,53 15 0,04±0,01 24,21 PTPH 15 0,03±0,01 33,68 15 0,03±0,01 34,25 Keterangan : PBBH: pertambahan bobot badan harian, PLDH: pertambahan lingkar dada harian, PPBH: pertambahan panjang badan harian, PTPH: pertambahan tinggi pundak harian, KK: koefisien keragaman Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rataan PBBH sapi Peranakan Ongole pada ternak betina memiliki pertambahan bobot badan 0,16 dengan standard deviasi (sd) 0,05. Rataan PBBH pada ternak jantan memiliki pertambahan bobot badan 0,19 dengan standar deviasi (sd) 0,04. Nilai pertambahan bobot badan ini sangat rendah dibandingkan dengan pendapat Astuti (2003), menyatakan pertambahan bobot badan harian sapi PO umur 13-24 bulan berkisar 0,31-0,40 kg, umur 2 tahun berkisar 0,44-0,98 kg. Hal ini disebabkan karena pakan yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara, sehingga asupan nutrisi yang diperoleh antar ternak tidak merata. Selain itu rendahnya pertambahan bobot badan ternak ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Menurut Siregar(2008), pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum dan palatabilitas. Pertambahan bobot badan dapat dilihat melalui pertambahan ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Rataan pertambahan lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak betina memiliki nilai sebesar (0,05), (0,03), (0,03) dengan standar deviasi (0,01). Rataan pertambahan lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak jantan memiliki nilai sebesar (0,06), (0,04), (0,03) dengan standar deviasi (0,02) dan (0,01). Bertambahnya Bobot badan di pengaruhi dengan berambahnya ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak, karena pada pertumbuhan bukan hanya otot dan lemak yang bertambah struktur penyusun tubuh seperti tulang pun juga ikut bertambah.menurut (Tillman dkk., 1998) Pertumbuhan tulang akan meningkat pada laju pertumbuhan awal, kemudian akan diikuti dengan perkembangan dan terakhir dengan adanya kandungan energi pakan yang diberikan, maka lemak akan mengalami peningkatan pesat. Djagra (1994) menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. 6

Korelasi Antara Pertambahan Bobot Badan Dengan Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh Koefisien korelasi menunjukkan nilai keeratan hubungan antara variabel pengamatan pertambahan bobot badan dengan pertambahan ukuranukuran tubuh sapi Peranakan Ongole tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Antara Pertambahan Bobot Badan dan Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh No Ukuran Tubuh Nilai r Signifikan Keterangan Ternak Betina 1 Pertambahan Lingkar Dada 0,81 0,00 Signifikan 2 Pertambahan Panjang Badan 0,29 0,29 Tidak Signifikan 3 Pertambahan Tinggi Pundak 0,64 0,00 Signifikan Ternak Jantan 1 Pertambahan Lingkar Dada 0,69 0,00 Signifikan 2 Pertambahan Panjang Badan 0,13 0,62 Tidak Signifikan 3 Pertambahan Tinggi Pundak 0,03 0,90 Tidak Signifikan Pada tabel 7 nilai koefisien korelasi pada sapi Peranakan Ongole betina dan jantan dijumpai adanya korelasi antara pertambahan ukuranukuran tubuh terhadap pertambahan bobot badan, untuk ternak betina nilai korelasi lingkar dada (r = 0,81), panjang badan (r = 0,29), dan tinggi pundak (r = 0,64). Untuk ternak jantan nilai korelasi lingkar dada (r = 0,69), panjang badan (r = 0,13), dan tinggi pundak (r = 0,03). Nilai koefisien korelasi lingkar dada dan tinggi pundak sangat erat hubungannya dengan pertambahan bobot badan, sedangkan panjang badan tingkat korelasinya sedang untuk ternak betina. Pada ternak jantan nilai koefisien korelasi pertambahan lingkar dada sangat erat hubungannya dengan pertambahan bobot badan, sedangkan pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak rendah. Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa inverval koefisien korelasi antara 0,00 0,20 menunjukan tingkat hubungan korelasi rendah, interval koefisien kolerasi antara 0,20 0,50 tingkat hubungan korelasi adalah sedang, serta interval koefisien korelasi 0,5 1,00 menunjukan tingkat hubungan korelasi sangat kuat atau kategori tinggi. Persamaan Regresi dan Analisa Sidik Regresi Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh Berdasarkan analisis ragam dijumpai hubungan pertambahan bobot badan dengan pertambahan ukuran-ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak betina dan jantan dapat dilihat pada Tabel 8. 7

Tabel 8. Persamaan Regresi Pertambahan Ukuran-ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Jenis Kelamin Persamaan Regresi R 2 Betina Jantan PBB = - 0,963 + 3,455PLD PBB = - 1,042 + 3,428PLD + 0,102PPB PBB = - 1,531 + 2,812PLD + 1,656PTP PBB = 5,985 + 1,635PLD PBB = 6,566 + 1,681PLD 0,345PPB 0,65 0,66 0,70 0,47 0,48 0,53 PBB = 7,185 + 1,846PLD 1,099PTP Keterangan : R 2 = Determinasi, PBB = Pertambahan Bobot Badan, PLD = Pertambahan Lingkar Dada, PPB = Pertambahan Panjang Badan, PTP = Pertambahan Tinggi Pundak Dari tabel diatas dapat dilihat pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan memiliki nilai determinasi sebesar 0,70 untuk ternak betina dan 0,53 untuk ternak jantan. Yang artinya 70% pertambahan bobot badan secara bersamaan akan ditentukan oleh pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak untuk ternak betina dan 53% pertambahan bobot badan secara bersamaan ditentukan oleh pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak untuk ternak jantan. Tabel 9. Hasil Sidik Regresi Berganda Hubungan Pertambahan Bobot Badan Dengan Pertambahan Ukuran-Ukuran Tubuh Sapi Peranakan Ongole. Jenis Kelamin Koefisien Nilai Signifikan Keterangan Konstanta (a) -1,541 - Betina Pertambahan Lingkar Dada 2,81 0,01 Signifikan Pertambahan Panjang Badan 0,01 0,99 Tidak Signifikan Pertambahan Tinggi Pundak 1,65 0,25 Tidak Signifikan Konstanta (a) 7,180 - Jantan Pertambahan Lingkar Dada 1,84 0,00 Signifikan Pertambahan Panjang Badan 0,00 0,99 Tidak Signifikan Pertambahan Tinggi Pundak -1,09 0,30 Tidak Signifikan Dilihat dari hasil sidik regresi hubungan pertambahan ukuranukuran tubuh terhadap pertambahan bobot badan untuk ternak betina dan ternak jantan hanya lingkar dada yang signifikan.sapi jantan memiliki nilai koefisien regresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan betina yang menunjukkan perbedaan pertambahan bobot badan terhadap 8

setiap pertambahan lingkar dada (Sugana dan Duldjaman, 1983).Menurut Zaed (1993) lingkar dada merupakan parameter yang terbaik untuk menaksir bobot badan sapi.selanjutnya Sariubang (1992) dalam penelitiannya pun memperoleh hubungan yang erat antara berat badan dengan lingkar dada. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada ternak betina dan jantan pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan memiliki hubungan yang sangat erat. Pada ternak betina dan jantan pertambahan lingkar dada dan pertambahan tinggi pundak yang dapat digunakan untuk menduga pertambahan bobot badan. Saran Penelitian ini dapat dilakukan pada sapi Peranakan Ongole dengan kelompok umur yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Astuti, M. 2003. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Peranakan Ongole (PO). Wartazoa. 14(4):30-39. http://www.scribd.com/doc/ 6548740/sapo046.[18 Januari 2017]. Djagra, I.B. 1994. Pertumbuhan sapi Bali. Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh. Majalah Ilmiah Universitas Udayana: Tahun XXI : No. 39, Bali. Hardjosubroto, W., Supiyono, Atmodjo, P. Dan Mulyadi, H., 1981a.Base Line Data on Native Cattle (Grade Ongole cattle) in the Special District of Yogyakarta.In Beef Cattle and Goat Production.Final Report.Faculty of Animal Husbandry, Gadjah Mada University, Yogyakarta. Kadarsih, S. 2003. Peranan Ukuran Tubuh Terhadap Badan Sapi Bali di Propinsi Bengkulu. J. Penelitan UNIB. 9 (1): 45-48. Mansyur. 2010. Hubungan Antara Ukuran Eksterior Tubuh Terhadap Bobot Badan Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) Jantan.Jurnal. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ozkaya S, Bozkurt Y. 2009. The accuracy of prediction of body weight from bodymeasurements in beef cattle.archiv Tlerzucht.52 (4): 371-377. Prihandini, P. W. & U. Umiyasih. 2008. Pembibitan sapi lokal (PO) di Peternakan Rakyat (Desa Bodang Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Laporan Loka Penelitian Sapi Potong. http://lolitsapi.litbang.deptan. go.id/eng/images/dokumen/ 7.pdf.[18 januari 2017]. Sariubang, M. 1992. Hubungan antara pertambahan berat badan dan ukuran lingkar dada sapi Bali betina bibit. Balai Penelitian Ternak (1985-2007). Hlm. 149-153. 9

Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugana, N & M. Duldjaman. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba yang digemukkan dengan bahan sisa hasil ikutan. Laporan penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Supranto, J. 1996. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jilid 1. Penerbit Erlangga.Jakarta. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.Labdosoekojo. 1998. Cetakan ke 4. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wijono, B. D., Aryogi, &A. Rasyid. 2001. Pengaruh Berat Badan Awal Terhadap Pencapaian Hasil Pada Penggemukkan Sapi Potong di Peternakan Rakyat. Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan.Ba lai Penelitian dan Pengembangan. Departemen Pertanian, Bogor. Zaed, M.R.A.S. 1993. Model statistik pendugaan. Puslitbangnak, Bogor. 10