INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

dokumen-dokumen yang mirip
MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM TERANG LANGIT

DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

MANUAL PROSEDUR PENGABDIAN MASYARAKAT LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG LABORATORIUM (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya)

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN ASISTENSI PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

LAPORAN TINJAUAN MANAJEMEN

MODUL I RPKPS DAN TUGAS BANGUNAN PINTAR PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober 2014 Diajukan oleh. : Kepala Laboratorium. Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. : Manager Representative

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN KUNJUNGAN LABORATORIUM LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PELATIHAN / TRAINING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

sinar matahari di dalam site, sehingga diharrapkan konsep yang dituangkan Dari konsep kantor bupati diperoleh layout kelompok bagian yang dijadikan

Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

INSTRUKSI KERJA KEGIATAN PENYIMPANAN BERKAS DAN/ATAU DOKUMEN LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Bab V Metode Penelitian

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

INSTRUKSI KERJA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

MANUAL PROSEDUR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN BUKU LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEGIATAN STUDI BANDING SISTEM PENGELOLAAN STUDIO DAN LABORATORIUM KOMPUTASI ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

Spesifikasi Jurusan Arsitektur

Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Politeknik Negeri Sriwijaya

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

GERAK BUMI DAN BULAN

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

INSTRUKSI KERJA PELAKSANAAN PEMINJAMAN INVENTARIS LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

INSTRUKSI KERJA PENGELOLAAN MAJALAH DINDING LABORATORIUM PEMROGRAMAN KOMPUTER

INSTRUKSI KERJA PENJAGAAN LABORATORIUM LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

MANUAL PROSEDUR TRAINING ESKTERNAL LABORATORIUM SIMULASI DAN APLIKASI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Kode Dokumen : Revisi : Tanggal : 25 Oktober Yeni Sumantri, S.Si., MT., Ph.D. Arif Rahman, ST., MT. : Ketua Jurusan Teknik Industri FTUB

Hemat Energi dalam Kurikulum di Program Studi Arsitektur. Institut Teknologi Indonesia)

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A)

Manual Prosedur Pengendalian Dokumen dan Rekaman

BAB IV METODE PENELITIAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Transkripsi:

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kode Dokumen : Revisi : - Tanggal : 1 Maret 2016 Diajukan oleh : Tim UJM Ketua, Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. Dikendalikan oleh : Sekretaris Jurusan/ Manager Representative Ir. Rinawati P. Handajani, MT. Disetujui oleh : Ketua Jurusan Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D. i

KATA PENGANTAR Penggunaan laboratorium sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar di Program Studi S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Oleh karena itu perlu dibuat suatu manajemen pengelolaan penggunaan laboratorium di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya untuk memudahkan mahasiswa, dosen, dan pengguna lain dalam menggunakan laboratorium. Instruksi Kerja Laboratorium Pembayangan Matahari ini diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak yang terkait di Program Studi S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang, 1 Maret 2016 Ketua Jurusan Arsitektur FTUB Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D. NIP. 19740915 200012 1001 ii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii A. Deskripsi Alat Peraga... 1 B. Fungsi Alat Peraga... 1 C. Komponen Alat Peraga... 1 D. Instruksi Kerja Alat Peraga... 2 TIM PENYUSUN... 6 iii

A. Deskripsi Alat Peraga Pergerakan Matahari (Heliodon) Alat peraga pergerakan matahari adalah alat peraga yang dapat memperlihatkan bagaimana pergerakan matahari pada saat ata waktu tertentu, terhadap suatu bangunan maupun suatu kawasan lingkungan bangunan yang meliputi kelompok bangunan, tapak, koridor jalan dan vegetasi. Alat peraga pergerakan matahari ini dibuat berdasarkan perhitungan matematis dengan skala tertentu. Alat ini terdiri dari bidang model sebagai tiruan permukaan bumi dan garis lengkung yang menyerupai setengah lingkaran sebagai tiruan lintasan pergerakan matahari. Alat peraga pergerakan matahari berfungsi menirukan alam, khususnya pergerakan matahari mulai dari terbit hingga terbenam, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembayangan pada bangunan atau kawasan. Alat peraga ini merupakan alat bantu untuk memprediksi perilaku pembayangan akibat pergerakan matahari, dan bukan merupakan alat ukur. Hasil berupa data gambar perlu diolah lebih lanjut untuk menghasilkan data kuantitatif. Hasil visualisasi berupa pola pembayangan pada obyek studi membantu peneliti untuk mengamati bangunan yang sudah ada, maupun membantu perancang untuk memodifikasi desain bangunan maupun merancang bangunan baru. B. Fungsi Alat Peraga Alat peraga pergerakan matahari membantu peneliti untuk mengamati perilaku: 1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan, tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh. 2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan. 3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan. C. Komponen Alat Peraga 1. Komponen bidang model sebagai tiruan permukaan bumi berukuran 60 cm X 60 cm terbuat dari papan kayu dengan rangka besi dapat digerakkan ke arah tegak lurus garis lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) untuk menirukan posisi lokasi obyek studi terhadap garis lintang. Bidang ini dapat diposisikan mulai 45 Lintang Utara hingga 45 Lintang Selatan. Alat pengatur sudut kemiringan bidang pantul terdapat di sisi kanan dan kiri meja untuk meletakkan maket bangunan. Bidang model ini juga berperan sebagai bidang pengamatan. Bidang ini juga dapat digerakkan menjauhi dan mendekati daerah lintasan matahari (ke arah utara dan selatan) dengan menggerakkan bidang yang dilengkapi dengan roda dan rel ini. Fungsi pergerakan tersebut bertujuan untuk menirukan waktu penyinaran matahari berdasarkan tanggal dan bulan, dengan keterangan tanggal dan bulan pada dasar meja heliodon. 2. Posisi penunjukkan bulan Desember (musim dingin) hingga bulan Juni (musim panas) pada meja dasar heliodon dibuat dengan pedoman garis yang sejajar dengan garis tiruan lintasan matahari (solar chart). 3. Garis berbentuk setengah lingkaran yang terdiri dari 13 buah lampu halogen menirukan lintasan matahari mulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore, yang kedudukannya diperoleh dengan membagi lintasan setengah lingkaran yang memiliki sudut 180 ke dalam 12 bagian. Komopnen ini berpedoman pada solar 1

chart yang menggambarkan posisi matahari saat equinox berada pada bidang vertikal di atas garis equator. Posisi garis edar matahari terjauh pada 23 27 LU (musim panas) dan 23 27 LS (musim dingin) dirumuskan sebagai pengamatan pada bulan Juni dan Bulan Desember. Untuk bulan-bulan lainnya, maka kedudukan bidang pengamatan pada titik tertentu berada di antara 23 27 LU hingga 23 27 LS merupakan anggapan bahwa lintasan edar matahari berada pada titik tertentu itu. Bidang lintasan matahari ditirukan dengan membuat garis lengkung berdiameter 2 meter yang dibuat dari pipa galvanis. Cahaya lampu dapat diatur dengan menekan saklar pada sisi heliodon pada setiap tombol waktu. Selain itu tingkat cahaya dapat diatur dengan memutar tombol dimmer. 4. Maket bangunan atau tiruan obyek studi yang diteliti dapat berupa maket kawasan atau maket bangunan yang diletakkan di atas bidang pantul sebagai tiruan permukaan bumi harus memperhatikan sudut orientasi bangunan serta posisi obyek studi dalam kondisi nyata (derajat lintang pada permukaan bumi). D. Instruksi Kerja Alat Peraga Untuk alat peraga pergerakan matahari buatan dengan deskripsi di atas, skala maket studi yang diperkenankan maksimal berskala 1:100. Maket yang dibuat harus bisa menunjukkan letak desain bukaan pencahayaan baik berupa bidang transparan pada dinding maupun atap bangunan. Transparansi material pada bidang bukaan maket studi sangat penting untuk memasukkan cahaya lampu (tiruan matahari) ke ruang dalam untuk dilihat perilaku pembayangan dan sinar langsung yang masuk. Untuk maket studi perencanaan kawasan bangunan (master plan), maka tiruan bukaan transparan pada maket tidak diperlukan, karena pengamatan ditujukan pada pembayangan yang jatuh pada tapak oleh bangunan dan komponen lain di atas tapak (vegetasi dan permukaan tapak), serta pembayangan bangunan oleh bangunan lain. Berikut adalah cara penggunaan dan pengamatan hasil simulasi pada beberapa jenis obyek studi: 1. Pola pembayangan matahari pada kawasan yang terbentuk akibat geometri bangunan, tata massa bangunan, geometri tapak dan vegetasi peneduh. a. Letakkan maket kawasan yang terdiri dari miniatur bangunan, vegetasi serta elemen lain di atas tapak, pada bagian atas bidang model. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan kawasan, posisi kamera dapat diletakkan pada sudut pandang dari atas maket bangunan, tepatnya di bawah lampu 2

jam 12 siang untuk menghasilkan pola pembayangan yang menyerupai kondisi kenyataan. g. Dalam tahap perancangan awal, studi tata massa bangunan, vegetasi, elemen lansekap lainnya, serta geometri tapak dapat dipelajari dengan memindahmindahkan elemen maket untuk menghasilkan desain pembayangan kawasan yang terbaik berdasarkan parameter desain yang dijadikan acuan. Setiap susunan maket dapat diambil gambarnya dengan kamera dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan pola pembayangan kawasan yang diteliti. 2. Pola pembayangan pada dinding luar dan bukaan bangunan yang terbentuk akibat adanya shading device, tritisan atap bangunan, geometri dinding dan atap bangunan. a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari ruang-ruang yang menyerupai bangunan sesungguhnya atau yang ingin dirancang. Maket bangunan diupayakan menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan pencahayaan baik pada dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan dimensi shading devices dan geometri atap pada sekeliling selubung bangunan. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada dinding luar bangunan, ambil gambar dengan kamera pada orientasi yang dibutuhkan (Utara/Selatan/Barat/Timur). g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain shading devices pada selubung bangunan dapat dipelajari dengan mengganti-ganti komponen shading devicesdengan dimensi dan geometri yang berbeda untuk menghasilkan desain pembayangan bangunan yang terbaik berdasarkan parameter desain yang dijadikan acuan. Setiap susunan shading devices dapat diambil gambarnya dengan kamera dan dianalisis lebih lanjut untuk membandingkan pola pembayangan pada orientasi dinding luar bangunan yang diteliti. 3. Pola pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke ruang dalam bangunan. a. Letakkan maket bangunan yang terdiri dari maket ruang dengan komponen atap yang dapat dibuka-tutup. Maket bangunan diupayakan menirukan kondisi sesungguhnya, yakni menggunakan lubang atau material transparan pada bukaan pencahayaan baik pada dinding maupun atap bangunan, serta memperhatikan dimensi shading devices dan geometri atap pada sekeliling selubung bangunan. b. Atur posisi maket studi sesuai dengan orientasi bangunan terhadap arah mata angin (Utara/Selatan/Barat/Timur). 3

c. Atur posisi bidang model berdasarkan posisi bangunan sesungguhnya, berkaitan dengan derajat LS/LU dengan memiringkan bidang pantul sesuai sudut yang dibutuhkan. d. Atur posisi bidang model berdasarkan waktu pengamatan, dengan menggerakkan bidang model sesuai dengan tanggal dan bulan pengamatan. e. Nyalakan tombol lampu sesuai jam yang dinginkan untuk menghasilkan tiruan penyinaran matahari pada jam tertentu. f. Rekam hasil pengamatan pada setiap waktu yang diteliti dengan kamera untuk menghasilkan gambar visualisasi yang representatif, maupun catatan untuk mendeskripsikan pola pembayangan matahari terhadap obyek studi yang diteliti. Untuk menghasilkan visualisasi pembayangan pada ruang dalam akibat adanya bukaan pencahayaan, posisi kamera dapat diletakkan di bagian atas plafon (kamera berukuran kecil agar dapat diletakkan di atas langit-langit ruang), atau di atas ruang saat komponen atap dibuka. g. Dalam tahap perancangan awal, studi desain bukaan dapat diganti-ganti variabel posisi, dimensi dan bentuknya sesuai dengan parameter ddesain yang dijadikan acuan. Setiap perlakuan diambil data visualnya dengan kamera untuk dianalisis lebih lanjut perilaku pembayangan dan sinar langsung yang masuk ke dalam ruang. 4

5

TIM PENYUSUN Ketua Tim : Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. Anggota Tim : 1. Wasiska Iyati, ST., MT. 2. Abraham Mohammad Ridjal, ST., MT. 3. M. Satya Adhitama, ST., M.Sc. 4. Andika Citraningrum, ST., MT., M.Sc. 6