BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

PENGEMBANGAN E-MODULE

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu berubahnya sistem pembelajaran dari teacher centered menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mendukung cara tersebut makin disempurnakan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar. Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya dalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka menjapai tujuan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sehingga dapat membentuk generasi-generasi yang dapat bersaing di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktual artinya benar-benar terjadi,

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Menurut Sujarwo (2012:3), pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

I. PENDAHULUAN. anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan pembelajaran yang menjadi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Di dalam kehidupan sehari-hari peserta didik telah banyak dihadapkan dengan sebuah masalah baik dilingkungan rumah, sekolah ataupun di masyarakat. Kurangnya kepercayaan yang diberikan kepada peserta didik di lingkungan keluarga untuk menghadapi masalah-masalah yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peserta didik tidak terlatih untuk melakukan problem solving. Selain itu kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari juga faktor yang membuat susah terlaksananya problem solving. Faktor lain yang menyebabkan terlaksananya kemampuan problem solving adalah kurangnya kesiapan sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan kegiatan problem solving dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena belum adanya pendekatan yang cocok untuk menunjang kegiatan problem solving dalam pembelajaran. Masalah tersebut juga terlihat pada kegiatan pembelajaran di SMP N 1 Muntilan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketika melakukan PPL di SMP N 1 Muntilan masih banyak kegiatan pembelajaran IPA yang berpotensi dilakukan secara penyelidikan tetapi masih dilakukan dengan 1

ceramah saja. Selain itu banyak pembelajaran yang di dalamnya terkait problem solving dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari namun belum dibelajarkan kepada peserta didik di SMP Negeri 1 Muntilan. Penyelidikan erat kaitannya dengan problem solving. Penyelidikan akan membantu peserta didik secara aktif menemukan sendiri berbagai konsep holistik, bermakna, otentik, serta aplikatif untuk kepentingan pemecahan masalah. Oleh karena itu perlunya diterapkannya pendekatan inkuiri. Menurut pendapat W.Gulo (2008: 111) pemecahan masalah merupakan bagian dari inkuiri yang penekanan lebih pada keyakinan atas diri sendiri terhadap apa yang ditemukan, sedangkan penyelesaian masalah pada terselesaikannya masalah itu sendiri. Selain pendekatan inkuiri juga perlu diterapkan pendekatan authentic learning dalam melakukan problem solving yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan authentic learning merupakan pendekatan yang dapat mendorong peserta didik aktif berinkuiri, berpikir kritis dan melakukan refleksi tentang masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Paidi (2010) yang mengatakan bahwa masalah yang dipecahkan dalam pemecahan masalah adalah permasalahan atau persoalan yang otentik dan familiar dengan kehidupan peserta didik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendekatan yang mengintegrasikan problem solving dalam kehidupan seharihari belum banyak diterapkan. Salah satu pendekatan yang cocok untuk 2

melakukan problem solving dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan authentic inquiry learning. Kemampuan problem solving perlu dimiliki oleh peserta didik karena pada abad ke 21 peserta peserta didik dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan khususnya adalah keterampilan berpikir. ATCS21 membagi 21 st century skills menjadi 4 grup yang terdiri dari (a) ways of thingking; (b) ways of working; (c) tools for working; (d) living in the world. Ways of thingking merupakan kelompok keterampilan berpikir. Way of thinking terdiri dari 3 keterampilan yaitu (1) kreatif dan inovatif; (2)berpikir kritis, memecahkan masalah dan menentukan keputusan; (3)belajar dengan kemampuan metakognitif. Keterampilan ini akan membangun konsep berpikir dari berpikir sederhana sampai berpikir tingkat tinggi. Keterampilan ini menekankan cara kepada berpikir tingkat tinggi untuk lebih mudah mengingat sebuah konsep dan menarik kesimpulan. Selain kemampuan problem solving di era berkembangnya ICT peserta didik dituntut untuk belajar mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan ICT oleh peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah khususnya penggunaan yang dimanfaatkan untuk mencari informasi dalam penunjang pembelajaran secara mandiri. Hal ini juga terlihat ketika observasi pada peserta didik di SMP N 1 Muntilan bahwa mereka telah memiliki banyak fasilitas ICT seperti laptop dan handphone tetapi mereka masih menggunakannya hanya sebatas untuk senang-senang seperti bermain game. 3

Selain peserta didik, guru juga masih sangat jarang memanfaatkan ICT yang digunakan sebagai bahan ajar ataupun media pembelajaran. Padahal pembelajaran dengan memanfaatkan ICT akan sangat membantu guru mentransfer ilmu yang abstrak dengan menggunakan media visual supaya lebih efisien. Di SMP Negeri 1 Muntilan terlihat bahwa peran guru dalam pembelajaran masih menonjol sehingga peserta didik tidak terbiasa belajar mandiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 2 guru IPA di SMP Negeri 1 Muntilan mayoritas di sekolah tersebut hanya menggunakan bahan ajar berupa buku paket yang berasal dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini berlaku baik untuk kelas VII maupun kelas VIII SMP yang menggunakan kurikulum 2013. Penggunaan buku paket sebagai sumber belajar yang sama untuk setiap peserta didik akan menghambat kemampuan peserta didik yang memiliki pengetahuan akademik tinggi. Sedangkan kemampuan akademik seperti kemampuan, kesiapan, dan kecepatan belajar setiap peserta didik berbeda-beda. Oleh karena itu perlunya bahan ajar yang membuat peserta didik dapat mencapai kompetensi sesuai dengan kemampuan, kesiapan, dan kecepatan belajarnya sendiri-sendiri. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan dapat menggunakan bahan ajar berupa e-module. Penggunaan e-module sebagai bahan ajar IPA cocok dengan berkembang pasatnya ICT yang digunakan sebagai bahan ajar belajar mandiri 4

yang lebih efisien. Dengan adanya e-module peserta didik mampu belajar mandiri, tidak mengalami ketergantungan dengan informasi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Serta peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang tinggi dapat mempercepat intensitas belajarnya dengan adanya e-module. Pemanfaatan e-module dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan abad ke 21 yaitu adanya integrasi teknologi ke dalam dunia pendidikan yang akan memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan mutu dan efisiensi pendidikan. Sesuai permasalahan yang muncul dengan memanfaatkan ICT peneliti mengembangkan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning berorietasi pada kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik. B. Identifikasi masalah 1. Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan problem solving untuk menghadapi kehidupan nyata namun kemampuan problem solving peserta didik masih kurang dalam kegiatan pembelajaran. 2. Diperlukan pendekatan yang cocok untuk mengembangkan kemampuan problem solving peserta didik namun di sekolah belum banyak diterapkan pendekatan yang cocok untuk mengembangkan kemampuan problem solving.. 5

3. Pada era berkembang pesatnya ICT diharapkan peserta didik memanfaatkan ICT dalam pembelajaran namun pemanfaatan ICT belum maksimal oleh peserta didik 4. Guru sebaiknya menggunakan bahan ajar yang tepat untuk memperhatikan kecepatan dan intensitas belajar peserta didik namun masih banyak guru yang belum menggunakan e-module IPA untuk bahan ajar mandiri. 5. Dunia pendidikan sebaiknya mengitegrasikan ICT dalam pembelajaran namun masih banyak sekolah yang belum menerapkannya. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, penelitian ini difokuskan pada (1) Kurangnya kemampuan problem solving peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. (2) Belum banyak diterapkan pendekatan yang berorientasi pada kemampuan problem solving. (3) Masih banyak guru yang belum menggunakan e-module IPA untuk bahan ajar mandiri. D. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kelayakan produk hasil pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning menurut para ahli? 2. Bagaimanakah kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik? 6

3. Apakah hasil pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning dapat mengefektifkan pengembangan kemampuan problem solving peserta didik kelas VII SMP? 4. Apakah hasil pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning dapat mengefektifkan pengembangan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP? E. Tujuan Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakuakan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui kelayakan pengembangan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning menurut para ahli. 2. Mengetahui kepraktisan e-module IPA berpendekatan authentic inquiry learning yang mengintegrasikan kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik berdasarkan respon peserta didik, 3. Mengetahui efektivitas e-module untuk mengembangkan kemampuan problem solving peserta didik kelas VII SMP 4. Mengetahui efektivitas e-module untuk mengembangkan kemandirian belajar peserta didik Kelas VII SMP. 7

F. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pengembangan e-module IPA sebagai bahan ajar pembelajaran IPA kelas VII SMP pada materi perubahan benda-benda di sekitar kita memiliki beberapa manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat-manfaat tersebut yaitu: 1. Bagi peserta didik, yaitu: a. Memperoleh bahan ajar IPA yang tersaji dalam bentuk e-modul yang memberi nilai kepraktisan dan kemudahan. b. Memperoleh bahan ajar IPA yang berorientasi pada kemampuan problem solving dan kemandirian belajar peserta didik. c. Memotivasi dalam belajar IPA terutama pada materi peruahan bendabenda di sekitar kita. 2. Bagi guru, yaitu a. Memperoleh bahan ajar yang dapat digunakan untuk membimbing peserta didik memepelajari IPA, khususnya pada materi perubahan benda-benda di sekitar kita. b. Memperoleh referensi mengenai variasi bahan ajar IPA yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA c. Membuka wawasan tentang e-module IPA sebagai bahan ajar yang berorientasi pada problem solving dan kemandiriaan peserta didik. 3. Bagi sekolah 8

Memperbaiki kualitas pembelajaran IPA dengan adanya bahan ajar berupa e-module IPA kelas VII SMP/MTs. 4. Bagi peneliti, yaitu a. Melatih untuk melakukan penelitian pengembangan dan mengaktualisasi ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Mendapatkan pengetahuan tentang pengembangan bahan ajar terutama e-module IPA. G. Spesifikasi dan Karakteristik Produk 1. Pendekatan dan tujuan Dalam mengembangan produk ini menggunakan prinsip pengembangan Research and Development (RnD), dengan menggunakan pendekatan Authentic Inquiry Learning yang berorientasi pada Problem Solving dan kemandirian belajar peserta didik. 2. Materi dan Kurikulum Materi yang disajikan pada produk ini adalah perubahan benda-benda di sekitar untuk kelas VII semester 1 (ganjil). Materi ini mencakup 2 sub-bab yaitu perubahan materi dan pemisahan campuran. Untuk sub-bab perubahan materi terdiri dari perubahan fisika dan perubahan kimia, sedangkan untuk sub-bab pemisahan campuran terdiri dari pemisahan campuran secara fisika dan pemisahan campuran secara kimia. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. 9

3. Produk a. E-module ini di desain dengan menggunakan lectora. b. E-module ini dilengkapi dengan gambar, aminasi dan video yang menunjang untuk lebih memudahkan peserta didik memahami materi. H. Definisi istilah 1. E-module E-module adalah modul yang disajikan dalam bentuk elektronik dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 2. Pendekatan inquiry authentic learning Authentic inquiry learning merupakan pendekatan yang menuntun peserta didik untuk melakukan sendiri penyelidikan dari permasalahan yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. Aspek pendekatan authentic inquiry learning adalah kontekstual, investigasi (orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis atau dugaan sementara, mengumpulkan data, menguji hipotesis atau dugaan sementara, dan membuat kesimpulan), kolaborasi, produk peserta didik, variasi sumber belajar, dan refleksi. 10

3. Problem solving atau pemecahan masalah Problem solving adalah proses mencari jalan keluar terhadap masalah melalui proses berpikir yang lebih tinggi dengan tujuan tertentu (tujuan yang diinginkan). Aspek kemampuan pemecahan masalah adalah identifikasi masalah, rumusan masalah, memilih solusi alternatif, dan memilih solusi alternatif terbaik. 4. Kemandirian Belajar Peserta didik Kemandirian belajar adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik secara aktif, untuk menguasai suatu kompetensi dalam penyelesaian suatu masalah dengan tidak menonjolkan peran pengajar dalam pembelajaran di kelas dengan penuh tanggung jawab. Aspek kemandirian belajar adalah motivasi belajar, penggunaan sumber/ bahan ajar, cara belajar, tempo dan irama belajar, evaluasi hasil belajar dan refleksi. 11