TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI

STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN KESESUAIANNYA DENGAN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR SKRIPSI

III. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Gambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi

MEKANISME DAN KINERJA PADA SISTEM PERONTOKAN PADI 1. Heny Herawati 2

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Cina sudah dimulai sejak tahun sebelum masehi (Suparyono dan Setyono,

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL

BAB II LANDASAN TEORI

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas

BAB II LANDASAN TEORI

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

Abstrak. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

. II. TINJAUAN PUSTAKA

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertemuan ke-13. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pada perindustrian kecil masih menggunakan dan mempertahankan mesin

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

Jurnal Metode 3(1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB II STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

Pertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Mesin Pemanen Jagung Tipe mower

Hasil rancangan dan pembuatan pembungkus roti yang ergonomis adalah panjang pembungkus, lebar pembungkus. Dan penentukan waktu baku.

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI ARLIK, ALAT PEMANEN PADI YANG ERGONOMIS DAN NYAMAN. Oleh:

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

LAPORAN TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN ULANG MEJA DAN KURSI KERJA KARYAWAN DI BAGIAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

PANEN DAN PASCA PANEN PADI

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PERANCANGAN ALAT BANTU PENCEKAMAN PADA MESIN SERUT PLANNER JOINTER GEETECH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Perontokan dapat dilakukan dengan cara diiles/ diinjak, dibanting/ ditumbuk, atau menggunakan alat perontok gabah. a. Perontokan dengan cara diiles : potongan batang padi ditaruh pada alas yang digelar di atas tanah, kemudian di injak-injak atau diiles hingga gabah lepas dari tangkainya. b. Perontokan dengan cara dibanting (di gebot): alas (anyaman bambu atau tikar) digelar di sekitar alas juga digelar plastik lainnya. Batang padi dipukul-pukul atau dibanting sampai gabah rontok. Dengan adanya plastik tersebut butir tidak akan tercecer atau terlempar ke luar dari alas yang telah digelar. Selanjutnya gabah yang sudah dirontokkan dipisahkan dan ditaruh pada wadah yang telah disiapkan. Alat yang digunakan sebagai papan perontok ini adalah gebotan. c. Perontokan dengan alat : alat ini ada yang sifatnya manual (digerakkan dengan tenaga manusia/kaki : pedal thresher), dan ada yang digerakkan dengan listrik. Pedal thresher paling banyak digunakan karena harganya terjangkau oleh petani. Proses perontokan gabah dengan alat perontok jauh lebih cepat dari pada cara diiles atau dibanting. Selain menggunakan pedal thresher dapat juga menggunakan power thresher. Power thresher merupakan mesin yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisien kerja lebih tinggi. Dalam penelitian ini dipilih alat gebot sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan selama ini belum ada data ilmiah mengenai desai alat gebot yang sesuai dengan antropometri tubuh petani. Sehingga output dari penelitian ini adalah desain alat gebot yang sesuai dengan antropometri tubuh petani. Selain itu juga akan dilakukan analisis desain alat gebot agar alat ini dapat lebih efisien saat digunakan, dan juga untuk menghindari susut panen akibat tercecer karena desai alat yang kurang tepat. Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional dengan komponen alat terdiri dari : (1) rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan empat kaki dan dapat berdiri diatas tanah; (2) meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm; (3) dibelakang samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal, sedangkan bagian depan terbuka. Pekerjaan menggebot ini merupakan cara sederhana yang populer yang dilakukan oleh petani dan sangat kental dengan kandungan aspek sosial budaya di tingkat petani di pedesaan dan merupakan salah satu proses dalam sistem kelembagaan upah kerja di pedesaan. Kegiatan dengan pengebotan dilakukan secara sederhana sehingga terjadi susut yang tercecer lebih besar, mutu gabah kurang baik akibat busuk dari yang tidak terontok dan membutuhkan tenaga cukup besar. Kegiatan penggebotan ini merupakan kegiatan yang cukup melelahkan bagi petani. Saat melakukan penggebotan badan harus menunduk sambil membanting malai padi pada papan gebot. Kegiatan ini dilakukan terus-menerus hingga semua hasil panen selesai dirontokkan. Oleh karena itu alat gebot harus dirancang sebaik mungkin agar kelelahan yang dialami petani saat melakukan kerja bukan akibat signifikan dari kesalahan atau ketidak sesuaian desain alat. Alat ini sebaiknya dirancang sesuai dengan posisi ergonomis tubuh petani berdasarkan pengukuran antropometri tubuh petani. 3

Sehingga alat yang ergonomis ini akan membuat petani nyaman menggunakannya dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Gambar 1. Petani merontokkan padi dengan alat gebot. Gambar 2. Alat gebot yang digunakan oleh petani Perontokan padi dengan cara gebot yaitu perontokan padi dengan membantingkan segenggam batang padi pada alat gebot yang terbuat dari kayu atau besi. Dalam proses perontokan dengan cara gebot tersebut perlu diperhatikan mengenai penggunaan alas terpal untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer akibat ayunan serta terpaan angina pada saat perontokan. Menurut Suismono (2006) dalam Heny Herawati(2008), untuk menghindari adanya kehilangan hasil yang berlebihan, plastik yang berisi tumpukan padi yang masih dialasi plastik atau karung untuk menghindari tercecernya gabah dibawa ke tempat perontokan yang telah dialasi plastik terpal dengan ukuran 6x6 m yang dilengkapi dengan tirai. Penggebotan dilakukan dengan cara membanting atau memukulkan genggaman padi ke alat gebot sebanyak 6 sampai 8 kali. Pembersihan sisa gabah yang masih menempel pada jerami dapat dilakukan secara manual. Pemindahan gabah hasil panen dapat menggunakan karung plastik yang bersih serta dijahit atau diikat agar tidak tercecer. Kapasitas perontokan dengan cara gebot sangat bervariasi, tergantung kepada kekuatan orang, yaitu berkisar antara 41,8 kg/jam/orang sampai 89,79 kg/jam/orang (Setyono, 2000 dalam Heny Herawati, 2008). Kemampuan kerja pemanen di Kabupaten Bantul, Yogyakarta untuk merontok padi dengan cara gebot berkisar antara 58,8 kg/jam/orang sampai 62,73 kg/jam/orang (Mudjisihono,1998 dalam Heny Herawati, 2008). Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok berkisar antara 6,4 % sampai 8,9 % (Rachmat, 1993; Setyono,2001 dalam Heny Herawati, 2008). 4

Perontokan dengan cara dibanting atau gebot, jika alas penampung gabah tidak luas dan tanpa tirai atau dinding maka banyak gabah yang terlempar keluar wadah perontokan. Jika bantingan kurang kuat, banyak gabah yang tidak terontok dan tertinggal dimalai. Proses perontokan secara manual dengan cara gebot memiliki kelemahan diantaranya yaitu adanya keterlambatan dalam proses perontokan atau padi tertumpuk di sawah serta sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan tenaga penggebot. B. ERGONOMI Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi didasari oleh ilmu biologi manusia : anatomi, fisiologi, dan psikologi. Anatomi lebih berhubungan dengan struktur tubuh (ukuran dan konstruksi), fisiologi berhubungan dengan fungsi tubuh (proses biologi), sedangkan psikologi berhubungan dengan perilaku (respon terhadap lingkungan). (Singleton, 1972). Ergonomi adalah suatu ilmu terapan (applied science) yang bertujuan untuk mencocokkan antara kebutuhan suatu produk, pekerjaan dan tempat kerja dengan orang yang menggunakannya, atau dengan kata lain ergonomi adalah suatu ilmu terapan yang mempelajari karakter manusia yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan penyusunan sesuatau yang digunakan oleh manusia agar manusia dan sesuatu dapat berinteraksi dengan efektif dan aman. Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efisiensi kerja dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan manusia dan mempertahankan serta meningkatkan kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan kepuasan dalam proses kerja (Shavanaz, 1987 dalam Nasir, 2001) Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkunganya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan manusia dengan sistem kerjanya (Nurmianto, 1998). Seiring dengan perkembangan sistem dan teknologi kerja itu sendiri, maka berbagai hal yang mengkaji dan mengatur interaksi antara manusia sebagai pelaku atau tenaga kerja dengan peralatan, mesin ataupun lingkungan kerja berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri, yaitu ergonomi. Pada dasarnya ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan sistem kerja dimana mereka beraktifitas atau bekerja. Dapat pula dikatakan bahwa terdapat dua hal yang menjadi pokok bahasan dalam pendekatan ergonomi yakni manusia dan sistem kerjanya. Manusia sebagai pelaku kerja yang tentunya memiliki kemampuan dan keterbatasan. Amatlah penting mengkaji manusia sebagai elemen yang berinteraksi dengan sistem kerja, secara khusus dengan alat atau mesin dan lingkungan kerja. Antara manusia dan sistem kerja diharapkan terjadi kecocokan (match) agar manusia dapat bekerja secara aman, sehat dan nyaman. Agar didapatkan kecocokan tersebut, maka interaksi manusia dan sistem kerja harus berada pada kondisi yang optimal. Apabila tercipta kondisi kerja yang terdapat kesesuaian maka produktifitas kerja akan meningkat. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini 5

dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan (Gempur, 2004). C. ANTROPOMETRI Istilah Antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995). Antropometri merupakan satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi antropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja, dan produk-produk konsumtif. Menurut Kroemer (1987) dalam Sanders (1982) bahwa engineering anthropometri adalah ilmu fisik terapan dalam metode pengukuran fisik manusia untuk pengembangan standar desain alat-alat teknik. Antropometri meliputi pengukuran statik dan dinamik (fungsional), dimensi dan karakteristik fisik ruang, gerak, dan pemakaian energi sebagai fungsi dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, etnik, asal dan demografi. Menurut Mc. Cormick dan Sanders (1987) membedakan pengukuran antropometri menjadi dua tipe yaitu tipe struktural atau statik dan tipe dinamik. Tipe statik menghasilkan data dimensi tubuh dalam keadaan diam, seperti tinggi badan, tinggi bahu dan lain-lain. Tipe dinamik adalah pengukuran antroppometri dengan memperhatikan kemampuan geraknya dalam melakukan suatau aktivitas. Dalam penerapannya pengukuran antropometri selain dilakukan untuk memperoleh data utama seperti tinggi badan, tinggi bahu, panjang lengan dan lain-lain, juga dilakukan pengukuran segi antropometri lain yang lebih terperinci seperti : panjang jari, lebar tangan dan lain-lain. Sedangkan antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penangannan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (Standar Deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Data antropometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi benda yang sering digunakan manusia atau mendesain alat atau mesin agar operator dapat mengoperasikan dengan nyaman, efisiensi dan aman. (Nasir, 20001). Data antropometri tergantung dari rata-rata ukuran tubuh suatu populasi yang diukur. Perbedaan ukuran tubuh pada masing-masing populasi tidak mengikuti perbandingan yang baku, karena adanya perbedaan spesifik untuk tiap anggota tubuh. Data mengenai ukuran antropometri tergantung pada rata-rata ukuran tubuh manusia di benua Eropa misalnya akan mempunyai perbedaan dengan ukuran rata-rata orang di benua Asia. Demikian juga perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Ukuran-ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu ruang kerja yang baik sehingga dapat menurunkan beban kerja. Pergerakan tubuh yang dapar dilakukan oleh manusia normal mempunyai batas tertentu, karena keterbatasan gerakan manusia maka ada daerah yang paling optimum untuk melakukan kerja sesuai antropometri operatornya (Diantri, 1997). Dul dan Weerdmeester (2008), mengatakan bahwa dalam mendesain pekerjaan dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari, fokus ergonomi adalah manusia. Situasi yang tidak aman, tidak 6

sehat, tidak nyaman atau tidak efisien dalam bekerja atau dalam kehidupan sehari-hari dihindari dengan membuat perhitungan kemampuan fisik dan psikologi serta keterbatasan manusia. Sejumlah faktor memainkan peran dalam ergonomi; terdiri dari faktor ukuran tubuh dan gerakan-gerakan tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, dan menekan), faktor lingkungan (kebisingan, getaran, pencahayaan, iklim, zat kimia), faktor informasi dan operasi (informasi ditingkatkan secara visual atau melalui indera lain, kontrol, hubungan antara tampilan dan kontrol), organisasi kerja (tugas yang tepat, pekerjaan yang menarik). Faktor-faktor tersebut menjelaskan secara luas tingkat keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan performa yang efisien dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Ergonomi menggambarkan ilmu pengetahuan dari berbagai bidang iptek, termasuk antropometrika, biomekanika, psiologi, psikologi, toksikologi, teknik kimia, teknik industri, teknologi informasi dan manajemen. Hal tersebut dikumpulkan, diseleksi, dan diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang-bidang tersebut. Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumahrumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander 1972). Menurut Nurnianto (2004), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (ratarata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Gambar 3. Distribusi normal dan perhitungan persentil 7