sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL,Tbk (PERIODE )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sudah semakin maju. Ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

NUR AZIZ MANAJEMEN EKONOMI 2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN LIQUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang membutuhkannya. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI KINERJA KEUANGAN PT.ASTRA INTERNATIONAL, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN PADA PT. INDOSAT, Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional merupakan petunjuk atau gambaran tentang bagaimana suatu

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. MAYORA INDAH (PERSERO) Tbk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan usaha dengan tingkat persaingan yang ada saat ini

Transkripsi:

kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar. 3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan yang dianggap likuiditasnya lebih rendah. 4. untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. 5. untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 6. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dan masing masing komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar. 7. menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini. 2.6.3 Faktor faktor yang Menentukan Likuiditas Menurut Simorangkir (2000:152), secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi likuiditas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Besarnya investasi pada harta tetap dibandingkan dengan seluruh data jangka panjang,

pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Jikalau makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap. Oleh sebab itu rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah jangka panjang untuk menutup kebutuhan harta tetap yang meningkat 2. Volume kegiatan perusahaan, Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang hutang, tetapi jika hal hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan. 3. Pengendalian harta lancar Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang. Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam ini akan dapat memperbaiki rasio likuiditas 2.6.4 Rasio Likuiditas Menurut Harahap (2009:301) Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2002;53) mendefinisikan rasio likuiditas sebagai berikut:

Rasio likuiditas (liquidity ratio) yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dihitung dengan menggunakan aktiva lancar dan kewajiban lancar. Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Astuti (2004;31) mengemukakan bahwa Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Sedangkan menurut Hermanda dan Agung (2012,6.106) Rasio lancar adalah hasil pembagian antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar yang artinya tingkat keamanan bagi kreditor jangka pendek. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio lancar menutupi semua kewajiban kewajiban lancar. Perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1 : 1 yang artinya 100%. Jadi, apabila perusahaan dalam keadaan likuid maka aktiva lancar dapat menutupi semua hutang. Semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acit Test Ratio) Menurut Munawir (2002), Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas,walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya (Fahmi 2011:62). Menurut Hermanda dan Agung (2012,6.107) Rasio cepat (Quick Ratio atau Acit Test Ratio) dihitung dengan mengeluarkan pos pos aktiva lancar yang tidak likuid atau yang cukup lama prosesnya bila dijadikan kas, atau hanya pos yang lancar saja yang akan digunakan. Antara lain terdiri dari kas, wesel tagih dan piutang dagang. Rasio cepat menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid dalam menutupi hutang lancar. Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Menurut Hermanto dan Agung dalam buku Analisa Laporan

Keuangan (2012,6.108) Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan rasio yang paling likuid Siantar rasio rasio yang ada, sebab rasio ini hanya

memperbandingkan pos pos lancar yang terdapat dalam aktiva lancar yaitu cash on hand, cash in bank dan wesel, yang dibandingkan dengan jumlah hutang lancar. Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan (Muchlisin Riadi 2012,12). Rasio Kas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2.7 Solvabilitas 2.7.1 Pengertian Solvabilitas Beberapa pengertian likuiditas menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut: Menurut Sugiarso (2006:115), mendefinisikan Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Sedangkan menurut Munawir (2007:32), mendefinisikan Solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya menurut Sutrisno (2009:15), mendefinisikan Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Sedangkan menurut Harahap (2010) Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. 2.7.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir (2008,153), secara umum ada beberapa tujuan dan manfaat rasio likuiditas, yaitu: 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor). 2. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 3. Untuk melihat seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. 4. Untuk menilai seberapa besar pengaruh hutang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva 5. Untuk menilai dan mengukur berapa bagiandari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang. 2.7.3 Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir (2008;150), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Sedangkan menurut Weygant, Kieso, dan Kimmel (2008;406)

rasio solvabilitas (solvency ratio) adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan selama periode waktu yang panjang. Selanjutnya menurut Prastowo (2011:88) rasio solvabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas yang umum digunakan adalah: 1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset (Total Debt to Total Assets Ratio) Menurut Kasmir (2008:156), total debt to total asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa, seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Sedangkan menurut Sawir (2005;13), total debt to total assets ratio adalah rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Ratio Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Total Debt do Total Assets 2. Rasio Total Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio) Menurut Sawir (2005:13), total debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Sedangkan menurut Kasmir (2008:157), total debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai utang dengan ekuitas. Rasio ini merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Rasio Total Hutang Terhadap Ekuitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3. Rasio Total Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) Menurut Kasmir (2008:159) long term debt to equity ratio adalah perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuan pengukuran rasio ini adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan caramembandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rasio total hutang jangka panjang terhadap ekuitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.8 Kreditur 2.8.1 Pengertian Kreditur Kreditur adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang. 2.8.2 Kepentingan Kreditur Menurut Hermanto dan Agung (2005,9) kreditur berkepentingan untuk: 1. Melihat apakah uang yang dipinjamkan cukup terjamin 2. Apakah operasi perusahaan memberikan hasil yang memungkinkan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman beserta bunganya tepat pada waktunya. 3. Bagi para kreditor analisa laporan keuangan adalah hal yang sangat penting guna mengetahui gambaran tentang usaha perusahaan. Kepentingan kreditur baru adalah mengetahui sejauh mana perusahaan sudah dibiayai oleh modal dari luar, sebagai jaminan apakah kekayaan yang dimiliki masih mencukupi dan kredit yang diharapkan masih layak atau tidak jika dipenuhi permintaan perusahaan. Bagi kreditur lama laporan keuangan sebagai alat mengontrol kegiatan perusahaan terhadap dana yang telah diberikan betul betul

digunakan untuk kepentingan usaha sebenarnya atau telah ada terjadi penyimpangan. 2.8.3 Penilaian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P (Kasmir, 2008). Penilaian kredit dengan metode analisis 5C, yaitu: 1. Character Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang yang bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Menurut Dendawijaya (2005) informasi mengenai calon debitur dapat diperoleh dengan cara bekerjasama dengan kalangan perbankan maupun kalangan bisnis lainnya. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat atau koresponden antar bank yang dikenal dengan bank informasi, termasuk permohonan resmi kepada Bank Indonesia (BI) untuk memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta

kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5. Condition Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Penilaian kredit dengan metode analisis 7P sebagai berikut:

1. Personality Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik maka kredit dapat diberikan. Sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak dapat diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha membayar pinjamannya sedangkan kepribdian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose Purpose (tujuan) adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini akan menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit digunakan sebgai kegiatan konsumtif

maka kredit tidak dapat diberikan, tetapi jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit dapat diberikan. Jadi, analisis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat dipertimbangkan. 4. Prospect Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan dan mempunyai prospek atau sebaliknya. Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang,apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek akan ditolak. Oleh karena itu analisis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar. 5. Payment Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan hal ini dapat diketahui jika analisis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat memperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebtu sesuai dengan perjanjian. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang 2.9 Kerangka Berpikir BEI Perusahaan Telekomunikasi Laporan Keuangan Periode 2010-2014 Laba/ Rugi Arus Kas Neraca Perubahan Ekuitas Catatan atas Laporan Keuangan Perhitungan Likuiditas Perhitungan Solvabilitas Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas TDTA TDE LTDE Analisis Kesimpulan dan Saran

Dalam penelitian ini peneliti memilih perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian. Dari perusahaan tersebut kemudian penulis mengambil laporan keuangan sebagai sumber data dari penelitian ini. Akan tetapi tidak semua komponen yang ada dilaporan keuangan akan digunakan dalam penelitian ini, oleh sebab itu penulis hanya mengambil laporan posisi keuangan (neraca) yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas dan solvabilitas. Dalam mengukur tingkat likuiditas dan solvabilitas penulis menggunakan rasio rasio. Kemudian penulis menganalisis hasil dari perhitungan rasio rasio tersebut. Setelah dilakukan analisis maka dapat ditarik kesimpulan apakah tingkat likuiditas dan solvabilitas perusahaan tersebut baik atau buruk. Untuk melihat tingkat likuiditas perusahaan kita dapat mengetahuinya dengan melakukan analisis rasio likuiditas dengan menggunakan rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas. Sedangkan untuk melihat tingkat solvabilitas perusahaan kita dapat mengetahuinya dengan melakukan analisis rasio solvabilitas dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aset, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio total hutang jangka panjang terhadap ekuitas. Dari hasil analisis tersebut nantinya kita dapat mengetahui tinggi atau rendahnya likuiditas dan solvabilitas perusahaan.